Time | Selamat datang di Black Order Headquarters! Waktu dunia Black Order HQ saat ini adalah: Februari 1880 |
| | [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed | |
| | |
Author | Message |
---|
Vanya Muller
Posts : 58 Pemilik : masamune11
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 23 tahun
| Subject: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 21st December 2009, 16:38 | |
| Timeline: Tiga hari setelah 'Of Tea and Twilight' Lokasi: Ruang Rekreasi GryffindorWaktu: Siang hari, 1200 Status: Semi-closed [Limited]
- Spoiler:
Tata Cara Bermain Speed dalam Thread Ini- Dimulai dengan pengocokan dadu. Setelah dadu dikocok, poin diambil dengan format:
[dadu 1] ([dadu 2] + [dadu 3]) = [poin variabel awal]
- Poster pertama mengocok dua dadu. Poin yang bisa ia dapat adalah
[AGI][dadu 1] + [LCK][dadu 2] = [poin poster X] Poin ini dibandingkan dengan poin sebelumnya; apabila poin poster X lebih besar daripada poin variabel awal, maka poster pertama berhak menimpa kartu dengan kartu yang ia punya sejumlah: [selisih poin]/[10] = [Jumlah kartu, digenapkan ke bawah]
- Poster kedua melakukan hal yang sama dengan poster pertama, kemudian nilainya dibandingkan dengan nilai poin sebelumnya. Apabila nilai poin dari poster sesudah lebih rendah daripada nilai poin poster sebelumnya, maka poster awal berhak menimpa kartunya sejumlah sama dengan perhitungan di atas.
- Apabila terjadi selisih dari poin berada dalam jangkauan 0 – 9, permainan dihentikan sesaat (dikatakan mencapai kebuntuan). Kartu yang ada di samping tumpukan tengah ditarik untuk menutup kebntuan ini. Setelah itu, nilai variabel awal kembali diformulasikan.
Input dadu yang digunakan memakai sistem "Roll a die" di bawah kotak reply. Hal ini dimaksudkan agar, kalaupun ada kesalahan menghitung, pos masih bisa dibetulkan dan tidak mengubah nilai awal dari dadu sebelumnya. Format dadu: [Dadu I], [Dadu II], [Dadu III] ---> untuk poin variabel awal [Dadu I], [Dadu II] ---> untuk poin adu antara poster satu dengan poster yang lain. Hal-hal yang harus dicantumkan untuk perhitungan pada header pos: - Code:
-
[b]Poin yang diterima:[/b] [Masukkan poin yang diterima poster di sini] [b]Selisih Poin:[/b] [Selisih poin dengan poster sebelumnya. Positif dan negatif berlaku, karena menentukan apakah poster valid menumpuk atau tidak] [b]Jumlah kartu yang dapat ditumpuk:[/b] [Pakai rumus pada nomor 2] [b]Jumlah [i]card-in-posession[/i]:[/b] [Jumlah kartu yang ada di tangan dan yang masih menjadi cangkulan] [b]Jumlah kartu sisa:[/b] [Jumlah kartu dipunya] – [jumlah kartu yang dapat ditumpuk] Selamat bermain
Bosan. Ada perkataan bahwa kebosanan dapat menurunkan daya imajinasi seseorang. Vanya Muller yang hidup melalui sampah dan lagu berpikir bahwa kebosanan dapat mematikan inspirasinya akan lagu--dan itu terbukti. Satu hal yang pasti, kenyataan bahwa gadis berambut hitam ini tengah duduk di ruang santai dari markas, tanpa apapun yang dilakukan kecuali menggertakkan gigi karena bosan... yah, katakan saja hal tersebut merupakan pertanda yang kurang baik. Memangnya, apa yang bisa dilakukan seorang gadis ketika kebosanan? Tangan kanannya mengambil satu kotak kartu, dari kantong barang-barang yang biasa ia ikat di pinggang. Kantong tersebut berisikan barang-barang yang harus ia bawa ke mana pun ia pergi, bahkan ketik atasannya mengirimkan dirinya ke Asia sana--seakan-akan seorang Finder cabang Afrika akan dikirim ke sana saja. Kotak tersebut--sebuah kotak dari kertas yang terikat tali lusuh--kini terletak di atas meja, tampak tak berdosa dengan lipatan kertas yang rapi. Senyum segera merayapi wajah gadis tersebut, namun bukan senyum tulus. Tali lusuh ditarik, sementara kertas dibuka. Kotak yang berisi kertas karton tersebut adalah... ...kartu remi. Lebih tepatnya, satu pak kartu remi peninggalan ibunya yang sudah lama meninggal. Kartu yang legendaris, karena dengan satu dek kartu tersebut, ibunya berhasil menarik banyak uang dari para penantangnya. Memori tersebut terasa sangat menyenangkan dan membuat sang anak bangga sendiri, hingga pada akhirnya senyum yang awalnya terlihat agak licik tersebut kini berubah menjadi sebuah senyum tenang. Matahari memang sudah tinggi--sejajar dengan kepalanya malah--namun perutnya belum berbunyi. Hawa panas dari ruangan tidak membuatnya haus; mungkin, karena sudah terlalu lama mengembara di gurun (ia tidak bisa protes, toh medan yang ada memang gurun), meskipun dirinya memang asli orang eropa. Tidak, hal-hal tersebut tidak menurunkan semangat dari gadis ini. Hanya saja... Senyum tersebut segera hilang, berubah menjadi lengkungan tajam. Mata birunya menyapu seisi ruangan--tidak ada orang di sana. Memangnya ada orang yang bisa ia ajak bermain?
OOC: Limited. Hanya bermain dengan Abiel. Tapi, kalau mau menonton boleh
Last edited by Vanya Muller on 27th December 2009, 21:12; edited 5 times in total (Reason for editing : Penambahan cara main di header) | |
| | | Abiel Nathanieth
Posts : 43 Pemilik : *nbla
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 22
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 23rd December 2009, 12:08 | |
| "Kartu remi, Vanya?"
Hembusan napas si pemuda bersintesa dengan udara, seiring lajunya ia berjalan. Tempat ini panas, dan memang akan jadi selalu panas. Turki memang tempat yang tergolong sangat kering jika dibandingkan dengan kampung halamannya—yang tak tergantikan, dan akan selalu dirindukan. Epicly. Ah. Tangan kanan si pemuda dalam posisi santai, setengah menyangga pada dinding demi memperlihatkan kesan kasual seperti biasa. Ia tahu bahwa ini hanyalah satu-satunya cara untuk mengimbangi sikap sang lady yang... Ah, bagaimana mengatakannya ya—kelewat serius. Formal, kalau boleh diakuinya. Abel tak mau, dia tak mau kalau jadi cepat-cepat tua.
Jean—ah bukan, Vanya. Tatapannya madesu, atau dalam bahasa keseharian bisa diartikan sebagai sesuatu yang begitu melankolis. She was, sesuatu yang lazim ditemui jika mereka sedang berada di luar lingkungan pekerjaan, setidaknya oleh seorang Abel. Katakanlah ia sok tahu padahal baru mengenal gadis, sang senior itu dalam waktu kurang 1 tahun. 1 tahun sendiri baginya bukan dikategorikan sebagai waktu yang singkat, cukup untuk menyelami keprobadian seseorang lebih dalam. Kalau sang pribadi memang terbuka, maka waktu beberapa minggu sudah sampai. Kalau memang si objek dari sananya tertutup, maka... Butuh bertahun-tahunlah sampai semuanya tuntas.
Complicated.
"Kenapa, mau main?"
Menutup pintu ruangan dengan menyisakan sedikit celah, ia tahu bahwa ruang rekreasi akan terasa begitu kering jika tanpa celah terbuka. Udara yang sedikit sejuk memang dibutuhkan di sini, apalagi untuk mengatasi segala kemungkinan yang memungkinkan bahwa hari ini akan berlangsung lebih lama dibandingkan biasanya jika melihat segala sikon. Abel suka bermain kartu. Mahir. Dan Vanya juga sama. Mereka sama-sama tidak suka jika dikalahkan. Dan mari lihat kondisi yang berkembang sampai setidaknya permainan itu selesai.
"Kalau mau, jangan sungkan-sungkan minta. Aku tahu kau sebetulnya mau."
Bahkan sekalipun seorang Abiel Nicolo Nathanieth tidak punya kemampuan membaca pikiran, ia tetap saja tahu—dengan mengandalkan ke-sok tahuannya.
"Poker, atau speed? Aku juga tahu kau mahir dua-duanya.
"—hari ini mainnya tanpa bet, ya?"
Tak sadar bahwa sebenarnya hari ini ia kelewat banyak berbicara—ketahuan siapa yang paling bersemangat untuk main di sini sekarang. | |
| | | Vanya Muller
Posts : 58 Pemilik : masamune11
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 23 tahun
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 23rd December 2009, 21:56 | |
| "Kartu remi, Vanya?"Perasaannya, atau memang ada orang yang sengaja menutup jalan masuk udara dari luar menuju paru-paru? Yang pasti, pada detik yang sama, Vanya Muller merasakan apa yang dinamakan perasaan tersedak--suara tersebut selalu menjadi trigger dari rentetan masa lalunya bersama dengan dia; orang yang ia cintai, sekali seumur hidup-- --dan ketika mata birunya berpaling dari jendela, menuju pintu kayu yang terbuka karena dorongan pemuda tersebut hanya untuk menutup kembali. Setiap kali wanita ini melihat seberapa biru bola mata tersebut, seberapa kotor warna pirang yang menjadi mahkotanya, dan seberapa tekstur dan bentuk wajah dari pemuda bernama Abiel Nathanieth, sesuatu dalam dirinya terasa ingin menendang sang gadis untuk mengalungkna tangannya di bahu tersebut, lalu menangis sejadi-jadinya sembari menggumamkan nama pria yang telah lama mati. Vanya tidak berlaku apa-apa; hanya saja beberapa lembar kartu yang ada di tangannya sempat terjatuh--satu kartu joker hitam--bersamaan dengan mulutnya yang sempat menganga beberapa saat, sebelum akhirnya menutup kembali dan membentuk sebuah garis tipis. 'Dia. Bukan. Leon.' "Kenapa, mau main?"...Yap, Leon von Konigswalde bukanlah orang yang senang bermain kartu--apalagi untuk berhadapan dengan seorang seperti Vanya. Hei, gadis ini anak dari seorang mantan dealer sebuah kasino; tidak terlalu besar, namun pengalamanlah yang penting bukan? Inti dari cerita, gadis ini memang sulit untuk ditaklukkan, apalagi dalam permainan kartu. Maka, garis tipis tersebut perlahan berubah menjadi sebuah senyum tipis--agak dipaksakan, karena pada diri Abiel, masih terngiang wujud Leon. Apa sebenarnya anak ini, inkarnasi jelas dari putra bangsawan itu? Kesamaan yang mereka punya terlalu ekstrem. "Kalau mau, jangan sungkan-sungkan minta. Aku tahu kau sebetulnya mau."Mata segera naik, muka memelas karena heran bercampur rasa dicemooh; memangnya pria ini tidak pernah melihat dirinya begitu bersemangat dalam permainan kartu? Vanya Muller cukup memiliki jiwa gambling dalam permainan kartu seperti ini. Yah, dia sendiri sebenarnya lebih tertarik pada permainan kartu daripada taruhannya juga. "Tak bisa melihat semangatku kah, Herr Abiel?" Senyum tipis tersebut berubah menjadi sebuah senyum jahil... dan perlahan berubah menjadi senyum sedikit licik. Oh, Vanya memang merencanakan sesuatu--dan hasilnya mungkin akan menyenangkan. "Poker, atau speed? Aku juga tahu kau mahir dua-duanya.
"—hari ini mainnya tanpa bet, ya?"Baru saja mulutnya ingin menjawab pertanyaan pertama, alis wanita ini mengerut. Tidak ada taruhan? Tentunya, pria ini bercanda, bukan? Apalah artinya sebuah permainan dengan kartu tanpa sebuah taruhan kecil yang mungkin... tidak akan terasa menggigit? Ingin rasanya ia membalas pertanyaan tersebut dengan protes, namun bibir yang sempat cemberut kembali berubah menjadi senyum. A sly smirk."Speed, dengan taruhan; unless you're not man enough to even beat me with--" Tangannya segera menunjukkan satu dek kartu tua miliknya. " --a game of cards."
OOC: @Abiel: Rep aja dulu. Sistemnya saya tulis di pos Vanya selanjutnya. | |
| | | Abiel Nathanieth
Posts : 43 Pemilik : *nbla
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 22
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 25th December 2009, 21:06 | |
| Agak lesu seperti biasa, gadis itu. Ya, ya. Apa tidak capek cemberut terus seperti itu? Senyum saja lebih mudah untuk dipraktekkan, sebagaimana seorang Abiel biasa lakukan. Bagaimana pun toh itulah kesan yang akan orang lain dari kita--banyak tersenyum=ramah, baik. Impresi luar, setidaknya begitu. Entahlah dengan dalamnya [smirk]. Berikut ketika wanita tersebut menatapnya balik, mengguratkan senyum tipis. Senada dengan yang sang pemuda lakukan. Tanpa pernah bosannya. Ia suka tersenyum, dan sekalinya itu dilakukan hanya kepada sang senior tersebut.
Bagaimana. Jean sendiri pasti akan senang kan melihatnya tersenyum? Meskipun bukan ditujukan pada dirinya. Vanya Muller, bukan seorang Jean--tidak jika dilihat dengan mata dan indera penglihatan. Gunakan mata hati, lalu sadari betapa banyak kemiripan yang mereka miliki. Gestur tubuh nan tegas itu. Senyum tipis yang begitu langka itu. Ketegaran yang mereka miliki dibalik semua fisik kewanitaan itu.
"...Herr Abiel?"
Cara mereka menyebut namanya--juga. Sudah ia duga sejak lama kalau Vanya itu reinkarnasinya Jean, benar kan? Benar? Ya, tentu saja.... Bukan. SIGH.
"Tidak, kamu memang tidak pernah menunjukkan semangat secara langsung soalnya."
Mendekatlah si pemuda, mengarahkan indera penglihat berlapis iris itu ke arah satu-satunya tempat duduk yang ada di pinggiran meja, selagi lengan kurus itu menariknya mendekat. Lalu menyandarkan kedua punggungnya di sana. Tersenyum sesaat, kembali melirik ke arah Vanya--tepatnya ke arah kartu remi yang ada di genggamannya saat itu. "Lebih sering kalau aku yang tidak mengajakmu main duluan, maka kau tidak akan pernah mengajakku bermain. Mungkin seperti itu."
Ke-sok tahuannya lebih sering menganggap begitu. Nyatanya dalam kehidupan selama ini Abel lebih sering berperan sebagai pihak aktif... Seperti selama ini Jean lebih sering mengalah dan menuruti apa kata laki-laki itu saja. Dan nyatanya Vanya tidak bisa bersikap yang sama.
"Speed, dengan taruhan; unless you're not man enough to even beat me with--"
Jelas karena wanita itu bukan kakaknya.
"--a game of cards."
Dan itu artinya Vanya tidak akan pernah menyerah begitu saja.
"Jangan begitu Van, aku hanya sedang bokek--sekali ini saja, sekali permainan ini saja. Atau hutangnya bayar di pertandingan minggu depan--"
....Melirik kembali ke arah sang lawan bicara, tepat di tengah kedua matanya. ia berharap benar kalau Vanya paling lemah untuk diperlakukan seperti itu (atau mungkin sesuatu yang kedengaran seperti tindakan 'mengintimidasi', or something. Lalu kembali ke arah sesuatu yang seolah melekat tepat di kedua maniknya tepat sejak ia pertama kali memasuki ruangan permainan... Sesuatu yang bisa disebut dengan 'binar'--atau apapun itu namanya. Sama seperti wanita ketika bertemu dengan koleksi sepatu mereka.
"Tidak tega, ok--lanjutlah kalau begitu."
Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bermain speed, mungkin kecepatannya sudah jauh lebih berkembang dibandingkan dulu--sesekali mengharapkan hal yang mustahil (jika dilakukan tanpa latihan) memang menarik untuk dilakukan. | |
| | | Ethan Hartmann
Posts : 55 Pemilik : Ressa Poin RP : 20
Biodata Posisi: General Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 28
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 26th December 2009, 14:40 | |
| Hari ini Ethan luar biasa bosan. Kemarin malam dia sudah menyelesaikan laporan tentang misinya, dan hari ini dia sudah bermain piano selama satu setengah jam seielah sarapan. Jam makan siang sebentar lagi, tapi Ethan tidak lapar. Dengan santai ia berjalan menyusuri ruangan demi ruangan yang ada di markas Afrika-Timur Tengah tersebut, berharap menemukan sesuatu yang..menyenangkan.
Ethan tengah beruntung. Ia berjalan mendekati sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Ya, itu adakah ruang santai umum. Dilihat dari kondisi pintu yang mengang, pasti ada orang di dalamnya. Siapa pun tidak masalah, yang penting bisa mengurangi kebosanannya.
"Speed, dengan taruhan; unless you're not man enough to even beat me with--a game of cards."
"Jangan begitu Van, aku hanya sedang bokek--sekali ini saja, sekali permainan ini saja. Atau hutangnya bayar di pertandingan minggu depan--"
Suara-suara ini, bukan suara orang-orang yang biasa melewatkan waktu bersama Ethan. Tapi, ya, sudahlah. Tadi mereka menyebutkan sesuatu tentang main kartu. Mungkin ia bisa mampir untuk menonton.
Ethan memasuki ruangan tersebut tanpa suara. Seorang gentleman yang menguasai 'wilayah'-nya -- daerah di sekitarnya -- memang sebaiknya bergerak tanpa mengganggu telinga orang lain.
"Selamat siang, semuanya," sapa Ethan sembari memasuki ruangan. Ia menebarkan pandangan dan mengenali Vanya dan Abiel di situ. "Gutten Tag, Fraulein Muller, dan Tuan Nathanieth, kalau tidak salah."
"Maaf, aku tidak sengaja mendengar kalian akan bermain kartu. Kalau boleh, aku ingin menonton permainan kalian. Apa kalian keberatan?"
Tanpa menunggu jawaban mereka, Ethan segera duduk di kursi terdekat. Tampaknya aa yang baru saja ia katakan bukanlah sebuah pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan yang tidak akan terpengaruh olah kata 'Tidak'. | |
| | | Vanya Muller
Posts : 58 Pemilik : masamune11
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 23 tahun
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 26th December 2009, 20:20 | |
| Poin Variabel Awal: 1 * (4 + 4) = 8
"Lebih sering kalau aku yang tidak mengajakmu main duluan, maka kau tidak akan pernah mengajakku bermain. Mungkin seperti itu."
Vanya Muller terpaksa menahan tawanya, pelan. Entahlah, semenjak dirinya sendiri mengneal persona berambut pirang jabrik inkarnasi dari memorinya ini, Vanya... entah, menjadi lebih gila? Secara alamiah, gadis ini memang sudah bersikap dan bersifat baik, mungkin karena dirinya sebagai seorang gadis dari keluarga pemungut sampah. Bagaimanapun juga, hidup dalam keluarga demikian, gadis ini cepat atau lambat harus belajar bersabar, bukan? Karena itu, janganlah pria tersebut heran ketika melihat bagaimana Vanya Muller jadi... yah, lebih bersemangat daripada biasanya?
“Haha, lucu sekali, Abiel.” Masih tersenyum, bahkan ketika tangan kirinya mempersilahkan pemuda tersebut duduk di seberang meja. Tangan tersebut bergabung bersama dengan tangan kanan, kemudian membuat sebuah gerakan pada kartu remi lusuh milik Vanya—kocokan, berkali-kali.
"Jangan begitu Van, aku hanya sedang bokek--sekali ini saja, sekali permainan ini saja. Atau hutangnya bayar di pertandingan minggu depan--"
Dahinya sempat mengerut. Hei, siapa bilang Vanya Muller hendak bermain dengan pria ini dengan taruhan uang? Yah, mungkin dari cara bicaranya, mungkin orang lain pun akan menangkap hal semacam itu. Padahal, ia sendiri ingin memproposikan hal lain, seperti—
“Sebenarnya, aku ada proposisi lain.” Vanya berujar dengan senyum mistrerius bercampur iseng. Tangannya masih sibuk mengocok kartu lusuh miliknya. Mata birunya menatap bola mata biru milik Abiel, mencari nyali. “Siapapun yang kalah wajib menuruti perintah dari yang menang, selama sehari penuh—Dua-puluh-empat jam. Permintaannya juga hanya satu, dan bisa terdiri dari apa saja. Bagaimana?”
Tangannya pun berhenti mengocok kartu dan mulai membagikan kartu yang ada di tangan. Vanya membaginya menjadi beberapa bagian dalam beberapa kelompok, hingga akhirnya kartu tersebut membentuk dalam tumpukan seperti ini. Satu sisi diperuntukkan Abiel, sementara sisi yang lain untuknya. Hanya saja, sebelum sisi miliknya—lima kartu untuk tangan—menyentuh meja, gadis ini segera meraih dan meniti kartu-kartunya, kemudian mengurutkannya dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Sekali ini, ia akan bermain jujur—begini-begini, gadis ini juga tahu cara bermain dengan sikap bersih.
“Mau dimulai—”
"Selamat siang, semuanya. Gutten Tag, Fraulein Muller, dan Tuan Nathanieth, kalau tidak salah."
Oh, ternyata ada orang lain?
Sontak, gadis ini mengalihkan pandangannya dari kartu-kartu, dan langsung berhadapan dengan salah satu exorcist Jendral cabang Afrika. Oh, tolong jangan salahkan dirinya kalau ia kaget—hei, ia sendiri jarang disapa dan diingat oleh seorang jendral! Ke mana keahliannya dalam berkomunikasi dengan orang lain di saat syok seperti ini? Mulutnya saja masih sempat menganga, jelas-jelas masih belum bisa lepas dari rasa heran.
“Er, eh... Gutten Tag, Herr Hartmann. Ada urusan apa hingga Anda berada di sini—”
"Maaf, aku tidak sengaja mendengar kalian akan bermain kartu. Kalau boleh, aku ingin menonton permainan kalian. Apa kalian keberatan?"
Mata biru segera berkedip beberapa kali. Telinganya tidak salah dengar? Seorang jendral tertarik untuk menyaksikan bagaimana Abiel dan dirinya bertanding dalam permainan kartu? Ah, hari yang aneh... namun Vanya tidak bisa menolak; seaneh-anehnya hari ini, setidaknya ia tidak merasa bosan—yap, rasa bosan lebih parah daripada harus melalui hari-hari macam ini.
“Tidak, tentu saja saya tidak keberatan.” Oho, Vanya memang menekankan kata saya secara sengaja. Yah, dia tidak tahu juga kalau soal Abiel, namun apa masalahnya juga? Abiel sudah terlanjur mau bermain dan Ethan tidak mungkin diusir dari ruangan (perhitungan antara jabatan dan kekuasaan)... seakan Vanya punya opsi lain saja. Gadis berambut hitam ini menghela napas panjang.
“Ayo Abiel.” Tangan kiri memegang 5 lembar kartu, sementara tangan kanannya menyentuh selembar kartu tertutup yang ada di tengah—bersiap membukanya. Tentu saja, tangan tersebut menunggu Abiel untuk melakukan gestur yang sama.
OOC: OKE, waktunya mengetes sistem!
Dadu yang keluar setelah pos Vanya digunakan untuk penentu poin variabel awal~
Last edited by Vanya Muller on 26th December 2009, 20:26; edited 2 times in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 26th December 2009, 20:20 | |
| The member ' Vanya Muller' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Abiel Nathanieth
Posts : 43 Pemilik : *nbla
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 22
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 26th December 2009, 20:55 | |
| - Spoiler:
Poin yang diterima: 10*2 + 3*2=26 Selisih Poin: 26-8(variabel)=18 Jumlah kartu yang dapat ditumpuk: 18/10 = 1.8 = 1 Card In Possession: 20 Jumlah kartu sisa: 20 – 1 = 19
Lalu tersenyum-senyum kembali, perlahan. Lalu tak kala ia merasa telah bisa mengendalikannya, maka ia memilih untuk diam. Kedua tangannya terlipat di belakang kepala, kakinya lurus agak ke depan. Melirik kembali si gadis dengan ekspresinya yang biasa... Tak terbaca. Abel, sudah terlatih sejak lama sekali untuk mampu menyembunyikan emosi dan ekspresinya dengan sempurna. Pilih emosi, atau rasionalitas. Sulitnya jadi manusia kadang, ya itu. Tak tahu harus bersikap apa lagi berikutnya--lalu berikutnya memilih untuk diam. Tersenyum bersama wanita itu. Abel, menyukai senyum itu. Bukan sebagai senyum Jean. "Oke.... Boleh-boleh saja." Mengangguk kembali, menyanggupi tawaran wanita itu setelahnya. Kalau ia menang... Itu juga akan menjadi sesuatu yang menarik, ia bisa meminta Vanya untuk.... Entahlah, ia sendiri toh tak begitu memikirkannya. Juga tak memikirkan atas segala resiko yang kemungkinan akan ia dapatkan jika ia menjadi pihak yang kalah kelak. Tak perlulah kelihatanny untuk diperkirakan--hari ini, bermain nothing-to-lose sebagaimana adanya saja eh? Playing mode yang hanya boleh diterapkan jika melibatkannya dengan Vanya. Karena sebagaimana seharusnya, ia tahu benar bagaimana semangat gadis itu. Terbaca dari setiap gerakan mengcoknya. Lalu memutar balikkannya, membentuknya atas satu layout tersendiri. Rapi dan bukan hanya sekadar asal-asal main. ...Begitu semangat permainan lawannya saat ini, lalu Abel menanggapinya dengan seadanya saja? "Silahkan tuan; kenapa saya harus keberatan, eh?" Lihat, tuan Hartmann saja ikut menonton. Masih mau untuk bermain nothing to lose apa kadarnya, tuan? Mungkin ada baiknya juga hal itu untuk diperhatikan sekarang. Pemuda itu melemaskan kedua tangannya sekali lagio, untuk berikutnya mulai merenggangkannya. Menarik kembali sejenak sendi serta ototnya yang mulai kaku. Speed, berarti permainan mengasah kecepatan dan ketepatan, dan ia sendiri juga tahu bahwa Vanya sama sekali tak bisa dikatakan tidak mahir dalam hal-hal yang menggunakan kedua unsur tersebut. Ia ingat benar justru bagaimana ketika justru wanita itu yang pertama kali mengajarkan permainan ini padanya. Lalu... Mulai, ketika 5 kartu yang awalnya dalam posisi tertutup tersebut ia ambil dan masukkan ke dalam genggaman tangannya. Menyusunnya perlahan, sambil berikutnya mulai membuka satu kartu yang ada di tengah dalam satu aba-aba yang disepakati. Dan... Mulai. Komposisi kartunya hari ini... Tampaknya agak jelek. Atau hanya alibinya saja. [edited later kalau dibutuhkan =w= masih coba-coba sistemnya juga =))]
Last edited by Abiel Nathanieth on 26th December 2009, 21:15; edited 3 times in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 26th December 2009, 20:55 | |
| The member ' Abiel Nathanieth' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Vanya Muller
Posts : 58 Pemilik : masamune11
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 23 tahun
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 26th December 2009, 21:22 | |
| - Spoiler:
Poin yang diterima: [13*2] + [7*4] = 26 + 28 = 54 Selisih Poin: 54 - 18 = 36 Jumlah kartu yang dapat ditumpuk: 36/10 = 3.6 --> 3 lembar Jumlah card-in-posession: 20 kartu Jumlah kartu sisa: 20 - 3 = 17 kartu
Oh, Sepertinya Abiel memulai langkah barunya. Dahi gadis ini sempat mengerut melihat bagaimana pemuda tersebut menumpuk satu kartu, langsung dari tangannya. Hei, ketika keduanya menarik kartu dari tumpukan awal, gadis ini memang tidak bisa melakukan apa-apaz; tak ada yang bisa ia lakukan, karena kartunya tidak menyesuaikan diri dengan apa yang ada di tangan. Di lain pihak, ketika pemuda berambut pirang tersebut menyabetkan satu kartu miliknya, mata gadis ini berbinar. Agak seram sebenarnya, karena dengan cepat Vanya menumpuk tiga kartu, dengan tiga gerakan beruntun, dan sukses menyisakan kartu di tangan menjadi hanya dua lembar. Masih dengan pemikiran sama, tangan kirinya memegang kartu yang tersisa, sementara tangan kanan segera mencangkul. Senyum menghiasi bibirnya--sebuah senyum iseng. Ah, kalau ini terus berjalan, mungkin taruhan kecil tersebut memang akan jadi miliknya. Dalam speed, seseorang tidak perlu berkata; toh pada akhirnya, fokus dari gadis ini bukan pada kata-kata yang dilontarkan lawannya, namun pada kartu yang keluar pada tumpukan.
Last edited by Vanya Muller on 26th December 2009, 21:39; edited 1 time in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 26th December 2009, 21:22 | |
| The member ' Vanya Muller' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Abiel Nathanieth
Posts : 43 Pemilik : *nbla
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 22
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 27th December 2009, 10:44 | |
| - Spoiler:
Poin yang diterima: 1*10+1*3=13 GRAO GRAOOOOO Selisih Poin: 13-51 = [min] 38 Jumlah kartu yang dapat ditumpuk: 38/10 = [min] 3-->giliran Vanya yang berhasil menumpuk Jumlah card-in-posession: 19 Jumlah kartu sisa: 19 (tetap)
Melirik perlahan kembali ke arah ke arah kartu yang ada di genggamannya, kembali. Lalu melirik perlahan ke arah sang lawan. Vanya--wajahnya tampak lebih serius daripada biasanya--masih ada di kursi seberangnya. Sesekali mengulum bibir, tatapan matanya agak tajam ke depan, sesekali memotong gerakan sang Nathanieth yang terputus sejak tadi. Tepat masih ada di tempatnya. Duduk sambil melirik kosong ke arah kartunya. Tanpa harapan. Tersenyum kecil. Ok, setidaknya dalam speed, bukanlah keberuntungan dan variasi kartu yang menentukan kemenangan mereka, kan? Kartu tidak akan berguna tanpa pemiliknya. Mereka tak menentukan kemenangan, tetapi pemainlah nya. Kartu yang begitu bagus tidak akan bisa keluar jika sang pemilik tidak menghendakinya untuk keluar, ataupun memang karena sang pemilik tidak punya kesempatan untuk mengeluarkannya. Terlalu banyak alasan kali ini. Abel, tahu benar—bukanlah pekerjaan laki-laki untuk mengeluh, dan menyalahkan keadaan atas ketidakberdayaan mereka. Bukan juga wewenangnya untuk berbohong dan seolah-olah membela diri atas ketidakmampuan mereka. Laki-laki, tidak seperti perempuan—mereka tidak mempedulikan alasan, jika memang tanpa bukti kongkrit. Abel sendiri sekarang hanya memerlukan sesuatu untuk membantunya sekarang. Pencerahan, atau— sret— Keberuntungan. Tiga salipan lembar kartu dari Vanya kembali. Abel, masih terpaku pada posisinya yang semula. Batas satu cangkulanlah yang ia butuhkan sekarang, namun tak juga memberikan semacam penyegaran bagi komposisi awalnya yang sudah kacau sedari awal tersebut, ah—lakukan dengan benar, kalau begitu. Dan jangan; jangan lagi menyalahkan kartunya sekali lagi. Ini yang terakhir kalinya. [Menarik napas] Amen.
Last edited by Abiel Nathanieth on 27th December 2009, 15:50; edited 3 times in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 27th December 2009, 10:44 | |
| The member ' Abiel Nathanieth' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Vanya Muller
Posts : 58 Pemilik : masamune11
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 23 tahun
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 27th December 2009, 18:54 | |
| - Spoiler:
Poin yang diterima:[13][4] + [7][1] = 52 + 7 = 59 Selisih Poin: 59 - 13 = 46 Jumlah kartu yang dapat ditumpuk: 46/10 = 4.6 --> 4 kartu Jumlah card-in-posession: 17 kartu Jumlah kartu sisa: 17 - 3 (dari abiel) - 4 = 10 kartu
Siapa bilang tangannya tidak cepat? Dalam gerakan kilat, gadis ini menaruh kembali tiga kartu langsung dari tangannya, kemudian menarik dari tiga lembar. Senyum puas; sepertinya kelengahan dari pria yang duduk di seberangnya cukup... bisa dieksploitasi? Mata birunya kembali mengamati tumpukan kartu yang ada di hadapannya. Tersenyum kembali. Tangan yang sama kembali meletakkan tiga kartu, kemudian sama cepatnya menarik tiga lembar dari cangkulan. Oh, Abiel... kelengahan tidak dapat ditoleransi dalam permainan kartu. Mata birunya mengamati gerak-gerik Abiel, kemudian kartunya, lalu pada tumpukan tengah... What's next? Oh, kalau terus begini, kemenangan mungkin sudah berada di dalam pandangan. 'Simpan rasa tersebut Vanya, setelah kemenanganmu terjamin.'
Last edited by Vanya Muller on 27th December 2009, 19:36; edited 1 time in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 27th December 2009, 18:54 | |
| The member ' Vanya Muller' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Abiel Nathanieth
Posts : 43 Pemilik : *nbla
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 22
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 27th December 2009, 20:59 | |
| - Spoiler:
Poin yang diterima: 5*10 + 5*3=65 Selisih Poin: 65-59=6 [<10] Jumlah kartu yang dapat ditumpuk: 0-->recharge Jumlah card-in-posession: 19 Jumlah kartu sisa: 19
Mengetuk-ngetukkan jarinya sekali lagi ke atas permukaan meja, tak peduli bahwa tindakannya yang seperti itu berpotensi untuk mengganggu kenyamanan dan konsentrasi pemain lainnya. Ah, taktik permainan yang sungguh childish, eh? Ketika ia tak berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, satu-satunya cara untuk mendapatkan adalah dengan mensabotase lawan dan keadaan, semisal seperti itu? Ia tahu benar itu bukan keadaan yang dikehendaki siapapun, terlebih lawannya. Bukan termasuk sopan santun dalam bermain. Juga bukan tata krama dalam menghadapi lawannya. Ia sudah hapal akan segala urusan ketata kramaan seperti ini sejak ia masih belajar berjalan, lalu--kenapa untuk mempraktekkannya saja terasa susah sekali? Karena untuk menghadapi Vanya, tak akan berhasil hanya dengan cara-cara yang biasa. Nah lagi. Yang barusan itu alibinya lagi. Karena nyatanya toh tak berhasil juga. Sejenak ia menemukan kesempatan, sampai akhirnya sadar bahwa baru saja ia dilangkahi lagi. Gerak tangan gadis itu seolah tak berhenti, mungkin sedang kalap--err, entahlah. Yang jelas, ia memperhatikan bahwa cangkulan milik wanita itu sudah semakin menipis, sementara milik Abiel saja 5 awalnya tak kunjung-kunjung habis. Sempat-sempatnya ia mmeperhatikan yang begitu di keadaan seperti ini, eh? Wajar saja, karena sekarang ia merasa tak ada lagi yang bisa dilakukannya. selagi menunggu kesempatan untuk memotong giliran vanya, atau menanti waktu dimana gadis itu sudah berhenti karena kelelahan sendiri. Tsk, mungkin bisa dilihat saja nanti.
Last edited by Abiel Nathanieth on 27th December 2009, 21:29; edited 1 time in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 27th December 2009, 20:59 | |
| The member ' Abiel Nathanieth' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Vanya Muller
Posts : 58 Pemilik : masamune11
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 23 tahun
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 27th December 2009, 21:42 | |
| Poin Variabel Awal [II] = 3 [6 + 3] = 27
Dahi mengerut.
Baiklah, matanya memang sempat menangkap gerak-gerik dari Abiel untuk menumpuk setidaknya satu kartu. Dengan demikian, setidaknya masih ada kesenangan yang bisa didapatkan dari sebagaimana cepatnya adrenalin memacu otak untuk berpikir jauh lebih cepat.
Hanya saja, mata hitam tersebut sempat menangkap bagaimana... tum[pukan kartu di tengah yang lain tidak memberikannya sebuah pencerahan. Singkat kata, permainan mereka mandek di tengah jalan.
Bicara soal mandek, Vanya mulai lapar. Oh, dia takkan heran ketika perutnya akan berbunyi, malah.
"Haiyah, tak ada kartu untuk ditumpuk?" alis kanan terangkat, sementara segala macam otot yang bekontraksi pada tangannya--merasakan adrenalin rush sehebat-hebatnya--kini berelaksasi. Setidaknya, ia pun punya hak untuk... yah, merasa tenang sedikit?
Tangan kanan segera menuju tumpukan 5 kartu dan segera membuka kartu paling atas, kemudian meletakkannya pada tumpukan pertama--sebuah deal baru, kalau mereka berbicara tentang... Black Jack?
Last edited by Vanya Muller on 27th December 2009, 21:50; edited 1 time in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 27th December 2009, 21:42 | |
| The member ' Vanya Muller' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Abiel Nathanieth
Posts : 43 Pemilik : *nbla
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 22
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 28th December 2009, 10:55 | |
| - Spoiler:
Poin yang diterima: 10*2 + 3*2=26 Selisih Poin: 26-27= [min]1 [<10] Jumlah kartu yang dapat ditumpuk: 0-->recharge lagi 8'D Jumlah card-in-posession: 19 Jumlah kartu sisa: 19
Akhirnya... Seorang Vanya Muller menemukan kebuntuan juga. Tak perlu banyak diutarakan dengan kata-kata. Si pemuda masih menopangkan dagunya di atas tangan, gestur santai yang seolah-olah menunjukkan bahwa ia hanya perlu satu tangan dalam permainan kali ini. Tidak, ia tidak meremehkan permainan ini sampai sebegitunya juga sebenarnya; speed memang bukan permainan yang bisa dipandang remeh--terlebih jika lawanmu adalah seorang gadis yang selalu menanggapi hal dengan serius sekalipun ini hanyalah sebuah permainan kartu, dan menuntutmu untuk melakukan permintaan yang ia inginkan jika ia berhasil dinobatkan sebagai pemenang. ...Abel benar-benar melupakan soal itu sebenarnya. Bebannya dalam bermain kali ini jadi terasa sungguh banyak--menyatakannya seolah-olah itu adalah beban dalam hidupnya, yang sudah cukup berat tanpa menanggung dosa lagi. Touchy. Yah, itu kalau ia tidak berhasil menjadi pemenangnya, yang akan segera ditentukan setelah ini. Setelah langkah Vanya terhenti dan memutuskan untuk mengambil cangkulan yang berikutnya. "Lanjutkan, mulai dari awal lagi kalau begitu." 3, 2, 1-- tarik. "Ayo." ... Nihil. Kembali tatapannya tak lepas dari tangan Vanya, menunggu gadis itu bergerak sembari mencuro-curi kesempatan darinya. ...Kapan?
Last edited by Abiel Nathanieth on 28th December 2009, 11:07; edited 1 time in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 28th December 2009, 10:55 | |
| The member ' Abiel Nathanieth' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Vanya Muller
Posts : 58 Pemilik : masamune11
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 23 tahun
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 28th December 2009, 11:18 | |
| Poin Variabel Awal [III] = 4 (1 + 5) = 24
Buntu. Lagi.
Dahi kembali mengerut. Apa dewi fortuna tengah menikmati waktu-waktu bermain dengannya? Baiklah, mungkin sejauh ini ia belum melihat semacam ketidakberuntungan yang berarti. Tapi tetap saja, kebuntuan dalam dua kali tarik-kartu?
"...Baiklah, satu kartu lagi!"
Tangan kanan wanita ini kembali pada tumpukan kartu pengganti, bersiap menarik selembar dari tempatnya. Dilihat tangan Abiel melakukan hal yang sama; tanpa menunggu pemuda yang setahun lebih muda darinya tersebut menarik kartu, Vanya segera menyabetkan kartu pengganti tersebut.
"--!"
Last edited by Vanya Muller on 28th December 2009, 20:26; edited 1 time in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 28th December 2009, 11:18 | |
| The member ' Vanya Muller' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Abiel Nathanieth
Posts : 43 Pemilik : *nbla
Biodata Posisi: Finder Cabang: Afrika - Timur Tengah Umur: 22
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 28th December 2009, 21:26 | |
| - Spoiler:
Poin yang diterima: 10*4 + 3*4=52 Selisih Poin: 52-24=28 Jumlah kartu yang dapat ditumpuk: 28/10 = 2 Jumlah card-in-posession: 19 Jumlah kartu sisa: 19-2=17
Vanya masih belum menyerah, kelihatannya. Sementara 2 kali menghadapi buntu saja sudah membuat Abiel cukup kebosanan. Menguap sesaat, menyadari bahwa mentalnya sama sekali tidak mencerminkan mental seorang pemain. Mereka yang dewasa, berarti mereka yang tidak mudah mengeluh hanya karena kesalahan sedikit... Atau mereka yang tidak terus-terusan menyalahkan keadaan. Sikap mental si pemuda nampaknya mulai terasa tidak sehat. ...Hanya jika setiap kali berhadapan dengan seorang Vanya Muller. Yang barusan itu memang alibinya. Lagi. Kartu itu ditarik sekali lagi, tak kala sang Abiel mulai menemukan kebuntuannya. Satu tarikan dilakukan secara bersamaan, berharap bisa menemukan sebuah pencerahan baru. Tidak sulit, seharusnya. Mengingat variasi kartu yang dimilikinya sekatang mungkin bisa membuatnya mencari sedikit celah... Tak jelas. Permainan ini terlalu cepat sehingga sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Nah, intinya begitu. Satu... Dua... Tiga...
Last edited by Abiel Nathanieth on 28th December 2009, 21:44; edited 1 time in total | |
| | | Chief Supervisor Admin
Posts : 418
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed 28th December 2009, 21:26 | |
| The member ' Abiel Nathanieth' has done the following action : Roll a die'6-sided Die' : Result : | |
| | | Sponsored content
| Subject: Re: [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed | |
| |
| | | | [AFRICA]Of Cards, Bets, and Speed | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | You cannot reply to topics in this forum
| |
| |
|
|