Black Order Headquarters
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


An Indonesian D.Gray-Man original character (OC) roleplay forum. Set in an alternate 1880s.
 
HomeSearchLatest imagesRegister[AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_mini_registerLog in
Time

Selamat datang di Black Order Headquarters! Waktu dunia Black Order HQ saat ini adalah: Februari 1880

[CENTRAL] musim dingin, bersalju dan hawa menusuk

[ASIA] musim dingin, sejuk namun kering

[AMERICA] musim dingin, badai salju di akhir bulan

[AFRICA] musim dingin, sedikit salju di awal bulan

Acara mendatang:

- Valentine Grand Ball

(Kontak staf jika memiliki ide)

Shoutbox

ShoutMix chat widget
Affiliates

ClampFactory Al'loggio

code-geass

tenipuri-indo

Saint-Sanctuary

Neverworld

Aria Academy High School Fighter Role Play Forum

Don't be shy, affiliate with us!
 
Latest topics
» Free Talk
[AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitimeby Ravel Kohler 21st December 2015, 17:50

» [AMERICA] Unusual Training
[AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitimeby Keith Warringstate 21st June 2011, 23:10

» English Free Talk
[AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitimeby Wilhelm U. Smith 19th February 2011, 21:17

» [Central] The History Might Have Recorded Us
[AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitimeby Fuchsia Scarlet 13th February 2011, 12:21

» [CENTRAL] Looking Around
[AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitimeby Lumiere A. Etoile 6th February 2011, 20:13


 

 [AMERICA] Into The Wolf Den

Go down 
2 posters
AuthorMessage
Eva Montini

Eva Montini


Posts : 54
Pemilik : DPNK

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 23

[AMERICA] Into The Wolf Den Empty
PostSubject: [AMERICA] Into The Wolf Den   [AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitime31st May 2010, 18:28

Ruangan Kerja Supervisor BOHQ Cabang Amerika Utara - Selatan
Sore hari, sekitar jam empat.




Sesosok wanita bermahkota merah berdiri sambil berkacak pinggang. Iris cerulean-nya mengkilat ketika tertimpa pendar surya senja yang merembes dari sela-sela kusen dan jendela di sekitarnya. Sudut-sudut bibirnya yang terpoles nuansa rose tak terkatup sempurna, nafas pelan terlepas saat mandibulanya mengendur. Seragam merah-hitam yang dimodifikasi sedemikian rupa oleh wanita Italia tersebut bergoyang pelan mengikuti gerak empunya.

Jika saja sore ini ia tak menerima kedatangan golem perak di kamar pribadinya pasti ia masih berendam santai di bak mandi, bermandikan gelembung sabun dan wangi manis bunga-bungaan yang berpadu renyah dengan sedikit aroma rempah. Padu padan itu menghasilkan harum yang memikat, tidak terlalu kuat namun juga tak terlalu lembut. Well, jika terlalu lembut bukan Eva Montini kan? Wanit tersebut memerlukan wewangian yang lebih dewasa. Bukannya wangi-wangian beraroma buah dan permen, memangnya dia gadis ABG berusia 13 tahun apa?

Dan, interupsi di saat ia memanjakan diri seperti itu cukup membuatnya kesal.

Rambut ginger-nya yang ikal sempurna―masih sedikit basah―diikat di satu sisi kepalanya. Irisnya menatap nanar pintu kokoh di hadapannya. Pintu kokoh yang memiliki reputasinya tersendiri, dan terkadang dihindari karena beberapa alasan. Satu dari sekian banyak alasan untuk menghindari ruangan yang ada di balik pintu tersebut adalah, yah tentu saja, tak lain dan tak bukan adalah pemilik ruangan itu tersendiri.

Lupus Corwin.

Itu, satu alasan yang paling krusial.

Pintu tersebut diketuk secara ritmis oleh sang wanita. Dan tanpa menunggu adanya instruksi lebih lanjut ia memutar kenop pintu tersebut. Ia tahu perbuatan ini kurang sopan, namun bagi anak gadis bungsu keluarga Montini tersebut Tuan Corwin-lah yang menganggu harinya terlebih dahulu. Apalagi rasa-rasanya ia tak melakukan apapun yang salah akhir-akhir ini. Urusan patung-patung yang dulu sempat heboh itupun sudah selesai sedari dulu, dan ia juga belum memulai kebiasaan berbelanjanya yang keterlaluan. Tak tertutup kemungkinan juga kalau ia dipanggil untuk suatau kesalahan yang tak ia sadari. Ngomong-ngomong, kenapa juga ia tak memanggilnya siang tadi? Jadi, apapun yang hendak dikatakan Tuan Corwin (atau dilakukan) sebaiknya terlaksana dengan cepat. Tak nyaman rasanya berjalan dengan helai rambut yang belum kering sempurna.

“Selamat sore, Supervisor Corwin.” Ia berdiri di ambang pintu seraya tersenyum pada pria tersebut, senyum serta mimik khas Eva Celine Montini. “Anda mengharap... kehadiran saya, bukan?”

Dan bisa saja bukan suara sopran sang hawa yang menyadarkan Lupus Corwin kalau wanita tersebut telah memasuki ruangan. Melainkan.. mungkin saja aroma yang tercium dari tubuh yang dibalut seragam merah-hitam itu.
Back to top Go down
Lupus Corwin
Vatican Central
Lupus Corwin


Posts : 286
Umur : 30
Pemilik : Male

Biodata
Posisi: Supervisor
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 45

[AMERICA] Into The Wolf Den Empty
PostSubject: Re: [AMERICA] Into The Wolf Den   [AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitime14th June 2010, 23:31

Dapat dikatakan proyek Jenderal Val Greet tempo hari cukup berdampak pada Lupus. Tidak hanya dari segi otoritasnya sebagai seorang Supervisor yang dilanggar dengan kejadian masuknya barang-barang ke dalam komplek markas tanpa sepengetahuannya, tetapi sampai kedudukannya yang dilecehkan oleh ide bodoh anak remaja polos yang tidak tahu apa-apa mengenai seni tata letak dan desain interior. Bahkan Lupus tidak harus menjadi arsitek untuk mengetahui hal itu. Baginya, efisiensi adalah hal yang penting; lebih penting daripada keindahan yang akan membusuk dalam beberapa hari.

Ditambah masalah telegramnya yang belum dibalas-balas oleh Supervisor Markas Cabang Asia. Seingatnya meskipun Supervisor Shindou cukup santai dalam bersikap, tetapi satu-satunya Supervisor wanita di Black Order itu tetap bertanggung jawab, sehingga Lupus yakin telegramnya seharusnya dibalas secepat mungkin. Semua masalah itu menumpuk, juga masalah-masalah remeh lainnya yang juga perlu diurusnya sebagai seorang Supervisor, dapat dikatakan Lupus merasa agak penat sekarang. Mungkin Lupus perlu mempekerjakan seorang asisten pribadi supaya pekerjaannya sedikit berkurang, akan tetapi dia tidak begitu memercayai bawahannya. Lihat saja, nampaknya Kepala Divisi Diplomasi dan Komunikasi mulai bertingkah berbeda di hadapannya. Kalau Kepala Divisinya sudah begitu, bagaimana anak buahnya?

Karena itu, mungkin Lupus perlu memperjelas lagi betapa pentingnya menghormati atasan... terutama orang berjabatan tertinggi di Markas Cabang Amerika Utara-Selatan; dan orang pertama yang perlu disadarkan adalah...

"Eva Celine Montini, you are to come to my office at once."

Rasanya wanita Italia itu cukup mengenal suara Lupus.




Ketukan pena pada permukaan meja tiba-tiba berhenti saat pintu kantor Lupus bergerak membuka. Untuk beberapa detik mata Lupus terpejam ketika hidungnya mengendus wangi campuran bunga dan rempah yang menggelitik hidung. Jarang-jarang dia mencium wangi seperti ini - dia pernah mencium campuran rempah di dapur dan tempat-tempat lainnya, tetapi tidak di kantornya; dan tanpa disadarinya sudut-sudut mulut Lupus terangkat sedikit...

"Selamat sore, Supervisor Corwin. Anda mengharap... kehadiran saya, bukan?"

...sampai kalimat itu terdengar. Dua kali lebih cepat, sudut-sudut mulut Lupus kembali turun, meskipun wangi yang tak lain menguar dari tubuh wanita berambut merah di hadapannya menahan sudut-sudut mulut Lupus setidaknya pada tingkatan garis simetris.

"Ehm, ya, kau tahu mengapa kau dipanggil kemari, Montini?" ujar Lupus sambil mencanangkan matanya pada Eva, mengamati detil-detil dari tubuh wanita itu untuk sekedar mencari tahu dari mana wangi tadi menguar. Dapat dikatakan penampilannya sama saja dengan penampilan sehari-harinya, dan memang itulah pendapat Lupus sampai kedua mata hitam itu melihat rambut merah wanita itu yang terlihat agak basah. 'Apakah dia baru saja mandi?' pikir Lupus sambil menyipitkan matanya sedikit sementara pikirannya melanglang buana ke asrama wanita.

"Apakah kau baru saja memboroskan kas markas untuk membeli parfum baru?" tanya Lupus kemudian sambil beranjak dari kursinya dan membungkuk dengan bersandar pada mejanya yang bernoda tinta kering. Dia menutup matanya sejenak serta menghirup nafas dalam-dalam, memenuhi paru-parunya dengan wewangian tadi dan menghembuskannya perlahan melalui lubang hidungnya. "Saya pikir sekarang adalah waktunya yang tempat untuk menghentikan kebiasaanmu memboroskan kas markas."



Spoiler:
Back to top Go down
http://malesishere.wordpress.com
Eva Montini

Eva Montini


Posts : 54
Pemilik : DPNK

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 23

[AMERICA] Into The Wolf Den Empty
PostSubject: Re: [AMERICA] Into The Wolf Den   [AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitime17th June 2010, 08:31

"Ehm, ya, kau tahu mengapa kau dipanggil kemari, Montini?" 

Iris cerulean Eva menangkap sudut yang jarang dihasilkan oleh bibir sang Supervisor saat menyadari keberadaannya di ruangan. Senyum timpang dengan guratan yang dapat ditafsirkan sendiri oleh Eva Celine Montini.

Pria tua ini...

Dalam sepersekian detik wanita berusia 23 tahun tersebut mengangkat alis merahnya sebelum ia duduk bersebrangan dengan sang Supervisor. Walaupun sedari tadi ia belum dipersilahkan untuk duduk. Kedua kakinya yang ditutupi rok panjang saling bersilangan secara anggun, sikap sempurna layaknya wanita-wanita kelas atas yang biasa ia perhatikan semasa ia masih berkerja sebagai asisten di rumah jahit mewah.

And the type of woman she always want to be...

Eva menghembuskan nafasnya perlahan dengan lembut sembari menatap sang pria berusia 45 tahun yang duduk di seberang meja. “Bukankah seharusnya Anda langsung saja memberi tahu saya kenapa saya dipanggil ke ruangan Anda? Seingat saya, menebak-nebak tak ada di deskripsi pekerjaan yang dulu diberikan.” tukas wanita berambut merah itu masih dengan senyum di wajahnya. Namun, alih-alih mendengarkan sebuah jawaban ia malah disodori pertanyaan lain.

"Apakah kau baru saja memboroskan kas markas untuk membeli parfum baru?" 

Sekali lagi sebelah alis Eva melambung, kali ini ia bersedekap. “Dan kenapa saya harus memberitahu Anda, Tuan Corwin?” jawaban yang tak sopan tentunya, tapi bagi Eva pertanyaan macam ini bukanlah pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang atasan pada bawahannya, pertanyaan macam ini seharusnya hanya terlontar dari Lupus Corwin yang bertindak bukan sebagai Supervisor, melainkan sebagai kodratnya; seorang pria. Dan, tanpa sadar bibirnya yang dipulas dengan warna rose itu tersenyum, ya senyum yang familiar dengannya. Hanya ia yang tahu apa yang sekarang sedang terselubung di benaknya, tentang sang pria yang sekarang sudah beranjak dari kursi kebesarannya.

"Saya pikir sekarang adalah waktunya yang tempat untuk menghentikan kebiasaanmu memboroskan kas markas."



“Jadi itu alasan Anda memanggil saya?”
bahu Eva sedikit turun bersamaan dengan helaan nafas yang terlepas.

Kau kira untuk apalagi, eh?

Ia mendengus pelan, kedua tangannya masih bersedekap dan sebuah jawaban bernada ringan terdengar dari sang wanita Italia, “Ya sudah Tuan Supervisor, lakukan saja apa yang Anda mau.” Eva menatap langsung ke wajah sang Supervisor, memberikan senyuman terbaik yang ia miliki pada pria paruh baya tersebut. Tampak tak terbebani oleh ide Lupus yang berpotensi besar memangkas anggaran belanjanya.

Ya, seperti mata air yang tak hanya terdapat di satu tempat saja, Eva Montini tahu 'mata air' lainnya yang masih membuncah deras bahkan di musim kemarau sekalipun.

Butuh lebih dari itu untuk membuatnya mati kutu, Tuan Supervisor.
Back to top Go down
Lupus Corwin
Vatican Central
Lupus Corwin


Posts : 286
Umur : 30
Pemilik : Male

Biodata
Posisi: Supervisor
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 45

[AMERICA] Into The Wolf Den Empty
PostSubject: Re: [AMERICA] Into The Wolf Den   [AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitime28th June 2010, 17:18

Untuk apa dia memanggil wanita Italia yang menjelma sebagai succubus bagi kas Markas Cabang Amerika Utara-Selatan? Poin sebenarnya adalah untuk menekankan pentingnya menghormati atasannya, dan sepertinya Lupus memang memanggil orang yang tepat. Lihat saja, bahkan sebelum Lupus mempersilakan wanita berambut merah di hadapannya duduk, wanita yang dimaksud sudah duduk di depan mejanya. Namun itu tidak diperhatikan Lupus, karena baginya, kas markas cabangnya lebih penting. Lagipula, dia akan mendapatkan rasa hormat itu segera. Tunggu saja tanggal mainnya.

Berpindah ke Supervisor yang rambutnya dicat putih [dengan metode konvensional, tentunya;] yang berbalik menghadap wanita Italia tadi sambil meletakkan sebuah kotak cerutu di atas meja. Lain halnya dengan wanita Italia itu, Lupus membelinya dengan gajinya selama dia bekerja sebagai seorang tentara. Memang, bagi dunia luar, Lupus telah meninggal seperti pletonnya, akan tetapi dia juga telah mengirimkan orang untuk mengambil gajinya selama ini dari rumahnya di Salem, dan sampai sekarang, uang itu masih tersimpan di kamar pribadinya.

"Cigarette?" Lupus menawarkan sambil membuka kotak tadi. Basa-basi ramah-tamah saja, karena Lupus sendiri hanya meletakkan kedua tangannya di atas meja dan tidak menunjukkan minat untuk mengambil cerutu tadi ketika melihat senyum pada wajah Eva dan responnya yang tidak begitu relevan dengan kepribadiannya; begitu santai, seolah-olah itu bukan masalah. Dan setelah Lupus memikirkannya, mungkin memang bukan masalah.

"Do you think I'm just a stupid old man?" tanya Lupus sambil menegakkan dirinya, meskipun matanya masih terpancang pada Eva. "I know you, Montini, and your smile just now tells me that you have something in your mind," lanjutnya sambil berbalik membelakangi wanita Italia tadi. "But you're not the only cunning one here, Montini. You may slip when you walk out my office to another man and... use him until he got no cent left.

"That's why, I'll keep you occupied for the mean time," ujar Lupus yang telah mengubah nadanya menjadi lebih rendah sebelum berbalik dan mencondongkan badannya ke arah wanita Italia tadi, sambil bersandar pada meja kerjanya. "Taking note from your perfume, I believe you'll love spices, won't you? Then, to redeem your expenses, I will have you stationed in the kitchen by direct order. I heard one of our chefs caught a terrible cold lately, and you will be her substitute until she recovers. Of course, because this is a detention, you are not having any payment until all debts have been redeemed,

"Well, then, what do you think? I believe it's all okay for you, isn't it, Montini?"


Spoiler:
Back to top Go down
http://malesishere.wordpress.com
Eva Montini

Eva Montini


Posts : 54
Pemilik : DPNK

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 23

[AMERICA] Into The Wolf Den Empty
PostSubject: Re: [AMERICA] Into The Wolf Den   [AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitime29th June 2010, 07:09

"Cigarette?"

Pertanyaan itu bagai menggantung di udara yang ada di antara mereka. Tunggu, bahkan satu kata itu tak terasa seperti pernyataan sungguhan. Dan malahan hanya menimbulkan tanda tanya berikutnya di benak wanita Italia ini. Namun belum sempat ia selesai merangkaikan pertanyaan-pertanyaan yang berkelebat itu sebagai satu gagasan utuh Lupus Corwin telah mencecarnya terlebih dahulu.

"Do you think I'm just a stupid old man?"

Lagi-lagi bukan pertanyaan untuk dijawab...

Eva menghela nafas panjang seraya bersandar di kursinya. Serius, ia bosan mendengar amarah Supervisor-nya. Otaknya pun masih bekerja dengan sangat baik sehingga ia tahu bahwa ia tak dipanggil ke sini untuk pertama kalinya. Sehingga di atmosfer seperti ini ia masih dapat membuat dirinya merasa nyaman. Eva hanya tinggal melakukan seperti biasanya, mendengarkan semuanya hingga pria itu puas. Bahkan ia jarang mengindahkannya, kali ini pun demikian. Suara Supervisor Corwin hanya melintas sejenak sebelum kembali menguap begitu saja. Hanya beberapa kalimat yang ia dengar secara jelas.

"---You may slip when you walk out my office to another man and... use him until he got no cent left."

Dan ia mendengar yang satu itu, asumsi yang benar-benar salah.

Bagian di antara alis ginger Eva mengerut, tapi ia memutuskan untuk tetap diam... sampai ia sadar bahwa ada kotoran yang menempel di kukunya. Ia mengangkat jemari-jemarinya yang terawat tepat saat Lupus yang meracau seperti kesetanan itu membalikkan punggungnya. Cahaya lembut senja yang berhasil menembus gordin menyirami telapak tangan wanita itu sebelum ia kembali menariknya. Mencoba menyingkirkan kotoran bandel itu sambil sesekali mengeluarkan decakan gusar. Dan, yaa... membiarkan Corwin meneruskan ancamannya. Tenang saja, Eva mendengar apa yang kau katakan.

"Well, then, what do you think? I believe it's all okay for you, isn't it, Montini?"

Eva tak langsung memberi jawaban, terdapat jeda beberapa detik sebelum ia tersenyum--tampak lega--begitu ia bisa menyingkirkan kotoran itu. Ia mengangkat wajahnya, hanya untuk menemukan sorot bara yang terpercik tepat ke arahnya. Eva Celine Montini tersenyum kecil. Ia membalikkan telapak tangannya, memperlihatkan kuku-kuku lentiknya yang dipoles warna marun pada Lupus. Marun, bukan merah, atau fuchsia.

"Well~ what do you think about my nails color, Mister Corwin?" cekikik pelan terdengar dari Eva. Hha, ia tidak serius tentunya menanyakan hal tersebut. Ia hanya ingin menggoda sang Supervisor, siapa tahu dengan begini urat syarafnya kembali rileks kan? Tetapi ketika wanita berusia awal 20-an itu kembali melipat kedua lengannya ia menatap balik sang supervisor, lengkap dengan senyumannya yang memikat. "First; the idea was not mine to begin with, and I know that you knowledged it well," Eva memperbaiki posisi duduknya sebelum melanjutkan pembicaraan. "next; sorry to break your wild-wild imagination, Sir. But I never left any man in bankruptcy. I walk from their life when they got blinded. And thats why they are still chasing me like crazy, Dear Supervisor..."

And I can return to them whenever I want to.

"Last, I do not see any correlation of fund management with me replacing the chef. You can cut my wage Supervisor, but do you think it is wise to punish me... alone?" Eva Montini menarik nafas, pandangannya masih tertambat pada pria di depannya, biru menatap hitam, safir beradu dengan arang.

After all we have our own sins...

Di dalam kepalanya ia tahu ia akan menjalani detensi, ia bisa saja merayu sang Supervisor tersayang tapi dia tak berminat untuk melakukannya, setidaknya belum. Biarlah ia ke dapur walaupun ia tak akan menyukainya, toh ia yakin alih-alih mencemoohnya para staff lain akan berempati pada gadis malang ini dan membantunya. Dibantu dengan kemampuannya melunakkan hati orang tentunya, selihai bagaimana ia meningkatkan derajat didih Corwin.
Back to top Go down
Lupus Corwin
Vatican Central
Lupus Corwin


Posts : 286
Umur : 30
Pemilik : Male

Biodata
Posisi: Supervisor
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 45

[AMERICA] Into The Wolf Den Empty
PostSubject: Re: [AMERICA] Into The Wolf Den   [AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitime1st July 2010, 14:54

Entah bagaimana caranya menanamkan rasa hormat ke dalam diri wanita Italia di hadapan Lupus ini. Lihat saja, dalam pembicaraan serius tadi, wanita itu malah menanyakan warna kukunya dan terkikik pelan. Untungnya wanita itu nampaknya cukup mengerti seperti apa Lupus sehingga dia kembali memberikan tanggapan serius. Tanggapan yang hanyalah berupa dalih, dan hasutan untuk menyeret semua orang bersamanya. Tidak ingin dihukum sendiri, eh? Wajar berpikir demikian, namun Lupus sudah mempersiapkannya.

"Okay, about the first, do you think I don't know what you did? You may not the one who began that damn project, but you are obviously the one who spent most from our treasury to contribute a lot of things to the project - and also Rovers-Salazar, although she'll get her part later. And then, perhaps you don't think about it quite clearly. I'll have you replace the chef, and I don't have to pay her monthly wages - now that you proposed to cut off your wage, we can make it twice efficient. I thank you for your consideration, Montini, I do," ujar Lupus sambil memasang ekspresi peduli sebelum ekspresi itu luntur beberapa detik kemudian. Tidak perlu berpura-pura, terutama kepada wanita Italia yang satu ini.

"And concerning the others, they'll have their punishments too, especially that Rovers-Salazar. She's your second-in-command, isn't she? And she dashed off like a coward. I assure you, Montini, they'll have their share. I was just finished with Smith before I called you."

Dan memang, dia tidak akan membiarkan gadis polos yang mungkin pertumbuhan mentalnya terhambat sehingga masih bersikap sangat polos padahal usianya sudah hampir menginjak 20 tahun itu lari begitu saja. Bahkan kali ini Lupus tidak akan membiarkan kakaknya untuk melindungi gadis pirang itu. Ini sudah terlalu lama dibiarkan. 'Bukan begitu, Montini'
Back to top Go down
http://malesishere.wordpress.com
Eva Montini

Eva Montini


Posts : 54
Pemilik : DPNK

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 23

[AMERICA] Into The Wolf Den Empty
PostSubject: Re: [AMERICA] Into The Wolf Den   [AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitime8th July 2010, 13:11

"...I'll have you replace the chef, and I don't have to pay her monthly wages - now that you proposed to cut off your wage, we can make it twice efficient. I thank you for your consideration, Montini, I do,"

Begitu mendengar kalimat tersebut dari Lupus wajah Eva mengencang, matanya melebar. Menatap pria dengan rambut putih sebagian di hadapannya tersebut. Tak dapat dipercaya bahwa ia sendiri yang menginspirasi penambahan detensi yang baru saja dilontarkan pria tersebut. Kepalan tangannya mengencang sementara ia bersusah payah untuk tidak memberikan sumpah serapah semacam...

You wretched old man.

Ia mendecak seraya memalingkan wajahnya, tampak jelas-jelas tidak senang. "And concerning the others, they'll have their punishments too, especially that Rovers-Salazar. She's your second-in-command, isn't she? And she dashed off like a coward. I assure you, Montini, they'll have their share. I was just finished with Smith before I called you." Dan apakah Eva tertarik dengan nasib mereka semua? Tidak, ia tak tertarik mengetahui ataupun bersimpati pada rekan-rekannya saat ia sendiri--entah disadari atau tidak--berada di ujung tebing.

Lalu bagaimana? Tentu saja sebagai seorang wanita yang licin ia tak mau begitu saja menyerah pada nasib, atau pada apa yang dikehendakkan Corwin kepadanya. Biasanya di saat begini ia menggunakan asetnya sebagai wanita sebaik mungkin. Ya, kalaupun pria dapat memanipulasi mereka tak dapat menseduksi dengan baik kan? Dan bagi wanita Italia satu ini jika ia tak cukup lihai untuk memanipulasi seseorang dia bisa menggunakan hal satu itu. Hanya saja...

Ia tak berminat untuk menggoda pria menyebalkan itu

Eva menghela nafas dalam-dalam, satu hembusan, dua hembusan. Setidaknya dengan melakukan hal demikian paras jelitanya tak lagi terasa kaku. Walaupun kebencian di dirinya masih sama saja. "Fine then, do what you want. Corwin" ucapnya malas sambil menatap pria dengan usia yang berpaut 22 tahun darinya tersebut.

Terserahlah nanti detensinya seperti apa, sekarang ini Eva hanya ingin keluar secepatnya dari ruangan sang Supervisor. Dan jika pria itu ingin bermain-main dengannya seperti itu Eva akan melakukannya. Namun bukan berarti ia tunduk, jangan harap.

Saat ini ia memutuskan untuk tak meniupkan angin pada api yang membara.

Dengan perlahan ia berdiri sambil menyibakkan rambutnya yang masih sedikit basah. Tangannya mengenggam punggung kursi yang tadi ia tempati sementara ia memandang ke satu-satunya orang selain dirinya disana. "Is there anything else?" tanyanya datar.

"If not, I wish a permit to leave right away... Supervisor."
Back to top Go down
Sponsored content





[AMERICA] Into The Wolf Den Empty
PostSubject: Re: [AMERICA] Into The Wolf Den   [AMERICA] Into The Wolf Den I_icon_minitime

Back to top Go down
 
[AMERICA] Into The Wolf Den
Back to top 
Page 1 of 1
 Similar topics
-
» [AMERICA] All About Tea
» [AMERICA] Trouble
» [AMERICA] A Perfectly Abnormal Day
» [AMERICA] Let's Work, Guys!
» [AMERICA] Dilema

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Black Order Headquarters :: Black Order Archives :: Incomplete Tales-
Jump to:  
Create a forum | ©phpBB | Free forum support | Report an abuse | Forumotion.com