[Pre-Event] Ariel Archer - Allegra R. Mlynarikova

Valentine Grand Ball.

Tiga buah kata itu terus berjalan bolak-balik di otak Section Leader bagian diplomasi di Central Branch. Pesta dansa pada hari valentine yang rasanya terlalu...berlebihan dan bukan seperti yang biasa Garnet, Supervisor tercinta, pikirkan. Ariel Archer meletakkan tangan di bawah dagu untuk menopang kepalanya itu. Ia mencoba merunut semua kejadian malam kemarin.

Semuanya berawal dari staf bagian riset, Alya, menyerahkan tiga buah pesan yang masing-masing berbentuk golem, amplop bersegel lilin, dan kertas untuk telegram yang masih mentah. Semuanya memiliki satu kesamaan: tiga pesan menyangkut Valentine Grand Ball. Bagian diplomasi diharuskan mengirimkan pesan itu ke supervisor di seluruh cabang dan juga para General. Apa itu berarti seluruh cabang akan mengikuti acara pesta dansa ini?

Wah, pasti pestanya megah. Ariel mendecakkan lidahnya dan menggelengkan kepala bersurai keemasannya. Pasti ada sesuatu!

Mendapat sejenis ilham di otaknya, Ariel segera beranjak dari kursi kantornya. Ya, ia harus mengikuti pesta dansa ini. Jujur, ia ingin tahu apa yang akan terjadi nanti.

---

Ariel sudah duduk di salah satu kursi di Kafeteria. Ia tak selera makan saat ini. Pikirannya masih terpusat pada pesta dansa. Mengikutinya berarti harus mencari pasangan untuk berdansa nanti.

Beberapa nama mulai mengisi benaknya:

Spica...tidak, dia pasti sudah diajak General pendiam Fomalhaut itu.

Regula...Heh, yang benar saja. Tidak, tidak mungkin Ariel Archer mengajak wanita kasar semacam itu!

Stafnya: Electra, Asterope, dan Media. Tidak, tidak, pasti mereka sudah punya pasangan masing-masing.

Ariel mendesah pelan. Ia tak tahu siapa yang harus diajaknya. Salahnya sendiri tidak membangun relasi khusus dengan salah satu wanita di cabang utama ini. Sebenarnya ia tak terlalu memikirkannya, tapi saat ini ia harus berpikir ekstra keras. Tangannya menopang dagu dan ekspresinya sangat serius, sama persis ketika ia berada di kantornya.

Sebelum tiba-tiba saja ia melihat seorang gadis berambut pirang berjalan di sekitar kafeteria. Huh, lihat saja. Ariel sudah dalam posisi nekat. Ia harus mendapatkan pasangan, siapapun itu.

"Bellatrix! Ada waktu sebentar?" Ariel beranjak dari kursinya dan menghampiri gadis yang bernama asli Allegra itu. Senyum yang agak dipaksakan muncul di wajah yang biasanya cemberut itu. Kalau ditolak gara-gara terlihat sedang bad mood kan tidak lucu.

Lapar lapar lapar!

Hanya satu kata tersebut yang terngiang-ngiang di benak Allegra. Satu kata yang muncul karena desakan biologis, bahkan sedari tadi pun perutnya sudah mengadakan orkestra sumbang. Dan tentu saja daya tarik kafetaria hanya satu kan? Makanan. Allegra berjalan, lebih tepatnya setengah berlari, untuk mengantri jatah ransum. Ah, siang ini rasanya ia ingin makan sesuatu yang manis. Contohnya pancake dengan sirup maple yang banyak. Walaupun tentu saja pancake hanya disajikan waktu sarapan. Namun sekarang pikiran itu tak terlintas di kepalanya karena dia cuma memikirkan betapa laparnya ia sekarang dan terang saja ia cukup sewot waktu langkahnya dihentikan suara seseorang.

"Bellatrix! Ada waktu sebentar?"

Graaahh!

Allegra berbalik dan mendapati Ariel, kepala bagian Diplomasi dan Komunikasi yang tersenyum canggung padanya. Sebenarnya sih tanpa berbalik pun ia tahu siapa yang memanggilnya demikian, ya siapa lagi selain pria berambut kuning itu. Ia berkacak pinggang dengan kesal, bibirnya cemberut. "Hei aku tak punya waktu! Tapi kalau kau ingin berbicara denganku gantikan aku mengantri makan siang," seru gadis itu dengan cepat "dan aku mau pancake, jangan lupa sirup maplenya yang banyak!" sambung gadis berusia 20 tahun tersebut. Tampaknya ia begitu lapar dan lelah hingga tak peduli dengan fakta bahwa dia sudah seenaknya menyuruh seseorang yang memiliki jabatan cukup penting di Black Order.

"Aku tunggu di meja sebelah sana. Aku tak bisa berbicara kalau aku belum makan!" ( :[ ) ucap Allegra seenaknya sebelum berjalan ke salah satu meja yang masih belum ditempati siapapun. Syal bulu berwarna merah yang dikenakan Allegra mengibas seraya mengikuti gerakan empunya yang enerjik, dan tanpa sengaja menampar pelan Ariel tepat di pipi.

Jangan mengomel Ariel, ingat kau harus mendulukan prioritas. Hhe~

"Eh, ap-"

Ariel Archer kehabisan kata-kata saat badannya sudah menggantikan Bellatrix di antrian makan kafetaria yang lumayan panjang. Apa-apaan ini? Berani-beraninya seorang Exorcist mempermainkan seorang Section Leader?! Oke, mungkin para Exorcist itu punya kekuatan, tapi bukan berarti mereka bisa seenak jidat mereka di markas utama kan?

Errrgh, andai saja Ariel tak punya keperluan dengan si rambut pirang itu, pasti ia sudah menyemprotnya dengan ucapan-ucapan tajam. Sekarang Ariel hanya bisa mengerutu tak jelas sebelum...

Plak.

Syal bulu merah yang entah terbuat dari hewan apa mendarat di pipi pria berkecamata itu. Bullseye.

"Lihat saja nanti, Bellatrix..." gumamnya tak jelas saat mengantri untuk si wanita bulu hewan itu. Sabar, sabar. Ingat ia tetap harus mengajaknya ke pesta dansa. Mungkin nanti di pesta dansa ia bisa melakukan hal serupa pada Bellatrix, kan? Lihat saja nanti...

---

"Kenapa semua makhluk ini begitu serakah!!"

Ariel menggeram karena kesal. Di tangannya cuma ada seporsi pancake dengan sedikit sirup maple, tidak seperti pesanan si Bellatrix yang sedang menunggu dengan santainya di salah satu kursi.

"Nih, jangan protes," ujarnya pelan. Ariel lantas menyodorkan pancake itu pada yang berhak. Tangannya kemudian membenarkan posisi kacamatanya yang agak longgar. "Jadi kapan aku bisa bicara?" tanyanya sambil menyeringai.

Jangan berani kabur, Bellatrix.

Allegra berusaha duduk tenang di kursinya sambil menahan lapar. Ah, apa sih yang dilakukan kepala bagian itu di antrian? Kenapa lama sekali? ia berdecak kesal.

Dan saat Ariel datang dengan membawa sepiring pancake senyum gadis berusia 20 tahun itu sedikit mengembang. Tapi... kenapa rasanya sirup maple di pancake itu sedikit sekali? Ihh, apa Ariel tidak memperhatikan apa yang ia katakan tadi? Namun belum sempat Allegra protes pria berkacamata tersebut sudah memberikannya ancaman terlebih dahulu.

Nih, jangan protes,"

Kedua sisi wajah gadis yang identik dengan syal bulu hewan tersebut membundar, cemberut. Kalau saja Allegra tidak sedang sibuk dengan makanannya ia pasti sudah membalas perkataan Ariel. Dan saking laparnya ia dengan berat hati memaafkan kelalaian pria tersebut, ia lebih memilih menyuapkan pancake untuk mengobati lapar daripada mengomeli Ariel yang menyebalkan.

"Jadi kapan aku bisa bicara?"

Geez... apa Ariel tak bisa melihat kalau ia sedang makan?

"Kalau mau bicara ya bicara saja donk, aku kan masih bisa mendengarkan dirimu, Tuan Archer." Jawab Allegra tak kalah ketusnya.Tangannya masih sibuk mencengkeram pisau dan garpu, memotong pancake yang minim sirup maple menjadi seukuran satu suapan. Semoga saja pria dengan rambut dikuncir itu tidak melakukan apapun yang dapat merangsang Allegra untuk melemparkan benda-benda tajam tersebut.

Mulut cemberut segera terlihat di wajah rambut pirang yang satunya, Bellatrix alias Allegra, karena mungkin pesanannya tidak memuaskan. Ariel tak terlalu peduli pada raut atau apalah dari Bellatrix, yang penting urusannya bisa segera selesai. Mau gadis itu marah atau melecutkan syal bulu hewan yang menurut Ariel agak berlebihan itu, terserah saja, tetapi Ariel harus bisa menahan diri untuk tidak meledak, tentunya.

...Sesaat Ariel merasa julukan Bellatrix yang berarti wanita petarung sangat cocok untuk Allegra.

Oke, sekarang Bellatrix sudah memberi izin berbicara. "Oke, mungkin ini terdengar aneh atau mendadak," Ariel membetulkan posisi kacamatanya yang agak melorot dan sedikit menghembuskan nafas, "...Tapi aku ingin mengajakmu ke Valentine Grand Ball nanti...."

Sedikit menahan nafas. Rupanya ini cukup sulit juga.

"Maukah kau menjadi pasanganku, Bellatrix?" tanyanya sambil mengusahakan sebuah senyum terbentuk di wajah yang biasanya cemberut itu.

Sekarang, kira-kira apa respon dari gadis pecinta bulu hewan yang sedang makan pancake?

"Oke, mungkin ini terdengar aneh atau mendadak...Tapi aku ingin mengajakmu ke Valentine Grand Ball nanti...."

Allegra yang sedari tadi makan dengan tenang sambil berusaha mengacuhkan keberadaan Ariel tertarik mendengar kalimat pria tersebut. Grand Ball.. Ya, dia memang sudah mendengar gaung acara itu dan betapa hebohnya reaksi rekan-rekannya. Dari mencari teman kencan hingga masalah dandanan. Ia sendiri belum memutuskan akan pergi atau tidak. Lagipula tak ada yang mengajaknya kan?

"Maukah kau menjadi pasanganku, Bellatrix?"

Ah, ada ternyata.

"Hee begitu ya?" tukas gadis Ceko itu singkat sebelum menyuapkan satu potong pancake lagi. Iris biru muda milik Allegra memandang Ariel dengan skeptis, kedua alisnya mengerut. Biasanya Allegra bukan orang yang mudah meragukan orang lain, tapi... senyum manis yang dipampangkan sang Section Leader terlihat sangat mencurigakan.

"Kalau begitu..."

Ia meletakkan garpu dan pisau pancake yang tak begitu tajam di atas piring. Masih ada separuh bagian yang belum termakan. Allegra mendorong piring itu dari tempatnya ke depan Ariel yang ada di seberang mejanya. Sebuah senyuman manis terulas di wajah gadis itu yang sebelumnya tampak sama masamnya dengan pria berambut kuning itu. Kalau ia mau sesuatu dari dirinya ia boleh juga kan meminta balasannya?

"Mintakan sirup maple lagi ya, hhe~"

Allegra setuju-setuju saja, Grand Ball saja kan? Dan dia juga tak punya pikiran aneh-aneh saat ini. Yang penting...

"Cepatlaaaah..." ( D: )

---

Spoiler:

Sumpah, Ariel tak tahu harus apa kalau ternyata usahanya mengajak Bellatrix berujung penolakan. Mungkin ia akan menghabiskan sisa waktunya menggerutu sambil terpuruk di meja kerjanya...tidak, itu terlalu berlebihan. Mungkin hanya terpuruknya saja.

"Kalau begitu..."

Alis Ariel Archer terangkat. Hatinya tak karuan, mengomel tolak-tidak-tolak-tidak dengan cepat. 'Ayo cepat, dong!' gumam Ariel dalam hati, menunggu jawaban gadis pirang yang sedang makan pancake sirup maple. Sampai akhirnya...

"Mintakan sirup maple lagi ya, hhe~"

Gubrak.

Cih, apa "pejuang wanita" ini menganggap Ariel Archer, Section Leader yang terhormat ini, semacam pembantu rumah tangga atau pesuruh? Apa kaki-kaki gadis itu tak bisa digerakkan sampai ia minta bantuan orang lain?

Tapi ingat Ariel, kalau si gadis ini tak dituruti permintaannya nanti ajakan yang sudah susah payah (?) itu ditolak? Sabarlah sedikit lagi!

"Grr," Ariel sedikit menggeram saat berdiri dan mengambil piring berhiaskan sepotong pancake dan sedikit sirup maple. Sekali lagi, Ariel pergi ke tempat sirup maple sambil menggerutu, melumuri makanan berbahan dasar tepung itu dengan sirup keemasan kental sebanyak-banyaknya (sepertinya botol sirup maple sudah diisi ulang oleh pihak kafetarie) dan dengan langkah cepat ia kembali ke tempat duduknya bersama Bellatrix.

"Oke, aku sudah menuruti permintaanmu. Aku hanya butuh jawaban dari mulut kecilmu itu, Bella," ujarnya tak sabaran. Bella adalah singkatan dari Bellatrix, tentu.

'Oh, Aldebaran...kau tak boleh tahu kakakmu dipermainkan seperti ini...' Ariel membayangkan sosok Aldebaran Archer, adik satu-satunya, untuk memperkuat kesabarannya.

---

Spoiler: