Be warned; this is a tl;dr topic.
Topik Behind Your Character membahas sejarah di balik perancangan karakter secara umum, sementara topik ini ditujukan untuk mengeksplorasi lebih dalam kepribadian karakter, dan asal-usul dibentuknya kepribadian itu. Mengapa? Karena roleplay, selain untuk mengembangkan gaya penulisan, juga dapat mengembangkan kemampuan kita menempatkan diri dalam pribadi "orang" lain. Topik ini hanya membawanya lebih jauh...
Pertama, Abisak Avedisian. Kepribadiannya, dikutip dari bagian Kepribadian profilnya: "malas melakukan segala macam hal yang repot, [Abisak juga orang yang] tidak suka dibebani tanggung jawab yang berat".. "walau berotak cemerlang". Sebenarnya, alasan di balik ini sudah disebutkan di Kepribadian, dan dapat diringkas dalam satu kata: kesialannya.
Faktor kesialannya cukup diatribusikan pada LCK 1-nya. Sekarang, tentang kesialannya itu. Abisak sendiri tampaknya sudah "menerima nasib", menerima fakta bahwa dirinya memang menjadi target berbagai macam kesialan. Ia memutuskan untuk menghindarinya sebisa mungkin, setelah membentuk hipotesis "jika aku melakukan hal yang berisiko, kemungkinan terjadi kesialan yang besar tentu lebih besar. Jika aku menghindari hal yang berisiko, kesialan yang aku dapatkan tentu lebih kecil". Hal ini memberi kesan bahwa dirinya sudah sepenuhnya pasrah pada nasibnya.
Tidak demikian; ada satu hal yang masih dimilikinya-- ada satu hal yang ia tahu "memperburuk nasibnya", tetapi tidak bisa dihentikannya: berharap. Hampir setiap saat, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa apapun yang akan menimpanya berikutnya "tidak seburuk itu", dan sayangnya, memang selalu "seburuk itu". Tetapi, ia tetap menenangkan dirinya dengan frase yang sama, mengapa? Karena, tentu, tanpa memiliki harapan itu, tidak mungkin ia bertahan hingga sekarang. Akan tetapi, bukankah ini bertentangan dengan sifatnya yang tidak suka mencari masalah?
Buktinya, ia bekerja sebagai tukang pel, sesuatu yang mengingkari ilmu yang dimilikinya? Mungkin, tindakan Abisak yang senantiasa merendahkan diri adalah salah satu upayanya untuk berpasrah pada nasib. Dapat dilihat bahwa ia adalah seseorang yang mengutamakan kendali atas dirinya (selalu berusaha menenangkan diri), atas hidupnya (dengan menghindari hal berisiko), dan ia pikir, ia bisa mengendalikan nasibnya dengan caranya sendiri. Abisak tertarik antara keinginan untuk pasrah pada hidup (sesuatu yang, berdasarkan logikanya, akan mengurangi kesialannya), dan juga berusaha "bertobat", satu-satunya hal lain yang tampaknya memperbaiki nasibnya, serta berhenti berharap... dan, terus melawan.
Mari tinjau kembali hal-hal yang diperkirakan akan memperbaiki nasib, atau minimal, mengurangi siksaan yang ditimbulkan nasib sialnya. 1) pasrah pada nasib yang sudah didapatkannya -- diusahakan, tetapi keberhasilan tak kunjung datang, 2) "tobat" -- juga diusahakan, tetapi belum berhasil, 3) berhenti berharap -- sesuatu yang sama sulit dilakukannya. Ini karena sifat pemberontak/sifat melawan yang dipendamnya.
Pasrah pada nasib: ia sudah menerima bahwa ia lebih sial dari orang lain. Tetapi, ia juga manusia biasa, tidak mungkin ia langsung berpikir, "Oh, jadi aku lebih sial. Ya, apa boleh buat, jika aku memang sial. Terima saja, deh". Walau umumnya ia mengikuti alur kehidupan, ia tidak bisa melakukannya tanpa memberi perlawanan, atau minimal, menunjukkan bahwa ia keberatan. Misal, dengan Giraile. Ia menuruti maunya Giraile, karena menurut logikanya, akan jauh lebih tidak menyakitkan jika menurut, tetapi ia sudah merasa cukup puas karena sudah "melawan" dengan menunjukkan bahwa ia tidak melakukannya dengan senang hati.
Tobat: diusahakan, tetapi... ya, sekali lagi, ia manusia, dan terlalu mudah baginya untuk merasa dirinya telah "dikecewakan Tuhan". Pada saat ia beralih, menyalahkan dirinya yang terlalu berharap (kalau terbang tinggi, sakit, kan, jatuhnya?), ia pun frustasi, karena berhenti berharap dikategorikannya sebagai pasrah pada kehidupan. Secara sadar, mungkin ia mencoba pasrah, tetapi secara tidak sadar, ia tidak sudi menyerah.
Ceramah panjang lebar yang tidak berarti di atas bisa disingkat menjadi satu kalimat: Abisak adalah orang yang berusaha menampilkan diri sebaga orang yang pasrah pada nasib, tetapi di lubuk hatinya, ia tidak sudi membiarkan dirinya menyerah pada nasib buruknya.
Apakah justru ini yang membawa "nasib sial"-nya? Apakah justru ia tidak sudi menghilangkan predikatnya sebagai orang yang bernasib buruk, senantiasa merasa bahwa ia perlu memberontak melawan sesuatu? Ya, itu, mari dikontemplasikan. Untuk saat ini, mari simpulkan bahwa kesialan Abisak adala suatu bagian vital kepribadiannya, baik bagi saya sebagai perancang karakter maupun dirinya sendiri.
Bagian kedua (masih ada?), adalah eksplorasi pengaruh masa lalunya terhadap kepribadiannya. Seperti, mengapa ia memiliki sifat ingin melawan itu?
Abisak kecil, bisa dibilang, tidak memiliki riwayat hidup yang berbahagia. Ia lahir dari pasangan imigran Armenia yang pindah ke Inggris dengan harapan memperbaiki nasib. Hasilnya? Tidak sesuai harapan. Yang menjadi kambing hitam adalah penambah beban keuangan, anak yang masih belum bisa bekerja, Abisak. Sejak kecil, ditekankan padanya bahwa dirinya adalah pembawa kesialan, dialah yang mengakibatkan kemiskinan keluarga... tetapi, apa yang bisa dilakukan anak kecil yang masih mengandalkan orang tuanya?
Akhirnya, ia melawan. Tentu, tidak mungkin anak 7 tahun menceramahi orang tuanya sendiri. Ia kabur, dan bergabung dengan kumpulan anak gelandangan. Lahan pekerjaan (yang layak) untuk anak kecil tentu tidak banyak, dan ia berpaling ke mencopet, walau, "entah mengapa ia sering digagalkan suatu kejadian sial pada saat terakhir mencopet hingga dijuluki oleh anak gelandangan lain sebagai 'si sial'". Mungkin, inilah awal ia benar-benar melabel diri sebagai orang yang sial.
Blah blah blah, akhirnya, setelah bekerja sebagai penyapu jalan, ia beralih profesi ke pekerja di pabrik tekstil. Dari sinilah, ia bersentuhan dengan sekolah, dan ilmu pengetahuan. Pemilik pabrik sendiri tentunya tidak bahagia dengan peraturan yang mewajibkannya menyekolahkan pekerja-pekerja ciliknya; mungkin ini salah satu pendongkrak semangat belajar Abisak, yang juga mencari pelarian dari kerasnya bekerja di pabrik, hingga akhirnya anak lelaki itu jatuh cinta pada ilmu pengetahuan itu sendiri.
......... dan, sisanya menyusul. Saya capek baca tulisan sendiri :p *disepak*