[AFRICA] Truly Troublesome

Lokasi: Ruang Pribadi Ethan Hartmann

Hari itu hari yang cerah, kalau tidak mau dibilang panas. Ethan sedang diam di ruangannya, memainkan Waltz of The Flowers gubahan sang komponis Rusia, Tchaikovsky. Ah, seandainya saja dia bisa terus memainkan nada-nada indah tersebut di pianonya yang besar. Tapi sayangnya, ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Ya, laoran hasil perjalanannya ke India tempo hari. Ia ingat benar bagaimana ia mengalahkan akuma yang menyrangnya.

Ethan menghentikan permainannya dan berjalan menuju mejanya. Dibukanya lainya dan dikeluarkanny beberapa lembar kertas. Ia harus menulis laporan dengan segera. Itu lebih baik daripada menunggu diingatkan oleh bagian Logistik, atau malah oleh Supervisornya, Hakizi Mana. Sambil menulis ia berpikir, Seandainya saja ada seseorang yang membantunya atau bahkan sekedar menemaninya.

Pada saat itu Mars tidak tahu harus berbuat apa, kemudian ia memilih untuk berbicara dengan Lord Ethan.Ketika ia mendengar permainan biola ia langsung tahu itu permainan biola jendralnya, kemudian ia memasuki ruangan dan berkata,

" Tuan anda sedang apa??? Jika anda tidak sibuk saya ingin menanyakan suatu hal yang sangat penting untuk saya. Itupun jika anda tidak keberatan".

Dengan matanya yang bulat besar dan tampak bodoh ia berharap agar jendralnya membalas ucapannya.

OOT : Itu bukan biola tapi piano.. Edit sana!

--------------------------------------------------------------------
" Tuan anda sedang apa??? Jika anda tidak sibuk saya ingin menanyakan suatu hal yang sangat penting untuk saya. Itupun jika anda tidak keberatan"

Ah, ada Mars, pikir Ethan. Siapa tahu Mars bisa membantunya mengerjakan laporan ini.Tanpa basa basi Ethan menatap Mars penuh arti.

"Mars, kau bisa bantu aku dengan setumpuk laporan ini? Mungkin kau masih ingat apa saja yang kia alami di India," ujarnya. "Setelah itu baru aku dengar pertanyaanmu, apa pun itu"

Sambil berkata begitu ia melirik tumpukan kertas di atas mejanya.

Ketika mendengar tuannya berkata demikian Mars sangat senang sehingga sampai ia tidak dapat berkata sepatah katapun. Kemudian ia mengerahkan seluruh keberaniannya dan berkata,

“Ya, saya akan membantu Tuan melakukan apapun itu, tapi sebelum itu saya ingin mengatakan sesuatu dan ini sangat penting, tahukah tuan alasan saya ingin mengajak tuan keluar sana? Itu karena saya lapar, dan ingin berburu dengan tuan, jika pekerjaan ini sudah selesai saya harap tuan mau menemani saya berburu”.

Kemudian Marcos memulai tugas yang diberikan, namun karena hari semakin panas ia kemudian menjadi bosan dan membayangkan kegiatan ang akan ia lakukan setelah ia mengerjakan tugas dari Jendralnya.

" Huh,,, memboankan sekali disini,, sepertinya aku harus beristirahat sebentar"

“Ya, saya akan membantu Tuan melakukan apapun itu, tapi sebelum itu saya ingin mengatakan sesuatu dan ini sangat penting, tahukah tuan alasan saya ingin mengajak tuan keluar sana? Itu karena saya lapar, dan ingin berburu dengan tuan, jika pekerjaan ini sudah selesai saya harap tuan mau menemani saya berburu”.

Berburu?! Ayolah, pikir Ethan. Makhluk apa yang masih memikirkan perburuan ketika mereka hidup di jaman yang serba modern seperti ini. Hal termudah yang bisa mereka dapatkan di markas adalah makanan, apalagi jika kau adalah seorang General. Ethan se\ungguh tidak berani mengiyakan, maka ia diam saja.

Ethan memperhatikan seraya Mars mengerjakan tugas yang diberikan Ethan padanya. Memang, tadinya ia hendak meminta Mars membantunya mengerjakan laporannya, namun akhirnya ia malah menyuruh Mars belajar bahasa Turki. Mengapa itu penting? Karena kalau tidak, Mars tidak akan bisa berinteraksi dengan orang-orang di markas, dan itu berarti ia akan terus melekat pada Ethan--sebuah bencana tentu saja..

Ethan terus mengerjakan laporannya sembari sesekali melirik anak buahnya itu. Kasihan Mars, ia terlihat bosan. Ok, kau boleh bilang Ethan adalah seorang yang kejam, tapi pada anak kecil yang dipungutnya dari belantara Senegal ini ia masih punya perasaan kasihan, kalau bukan seperti pada keluarga ya setidaknya kasih sayang seorang General pada Disciplenya.

"Mars apa kau mau makan?" kata Ethan sambil beranjak dari tempat duduknya. Tanpa menunggu jawaban Marcos Ethan segera mengambil jas hitam-merahnya yang tergantung di dekat pintu. "Kubelikan di cafetaria ya..," katanya lagi. "Dan jangan sentuh apapun yang ada di atas mejaku."

Oh,, ummm,,, (mars kebingungan menjawab) aku ingin makan daging ular yang dibakar( hal yang pertama kali terlintas di benaknya.

Kemudian dengan raut muka yang sangat senang itu Mars mengatakan,, " umm kalau bisa aku ikut Tuan saja untuk berburu di cafetaria itu, (dengan senyum yang manis dan lebar dan juga mata penuh semangat).

Kemudian tanpa menunggu Ethan menjawab, Mars sudah langsung bersiap-siap pergi untuk mengikuti Tuannya.

"Baiklah aku sudah siap" kata Mars dengan penuh semangat, tanpa melirk pada tugas yang telah diberikan kepadanya.

" umm kalau bisa aku ikut Tuan saja untuk berburu di cafetaria itu,"

NO WAY! Ya, bahkan dalam pikirannya Ethan sudah memutuskan hal itu. Tidak mungkin Ethan mentoleransi resiko markas kebakaran kalau nanti tanpa sengaja Mars membakar seluruh kafetaria misalnya. TIDAK!

Tapi mata Mars yang merayu itu... TIDAK! Tidak akan dibiarkannya sepasang mata penuh rayuan nakal itu mepengaruhinya.

"Mars," katanya akhirnya. "Kau diam di sini, jangan ikuti aku. Dengar? Jangan ikuti aku. Aku mau ketika aku kembali dengan makanan apapun yang kubawa, engkau sudah menyelesaikan tugasmu."

Dengan itu ia membuka pinnu dan pergi keluar. Apapun yang dilakukan Mars di dalam sana, semoga hal tersebut tidak berbahaya.

[ETHAN OUT sementara]

"Kau diam di sini, jangan ikuti aku. Dengar? Jangan ikuti aku. Aku mau ketika aku kembali dengan makanan apapun yang kubawa, engkau sudah menyelesaikan tugasmu."

Ketika Mars mendengar Tuannya berkata seperti itu ia menurutinya walaupun dengan tatapan yang kecewa. Namun hal itu malah membuatnya semakin bosan terlebih lagi ia hampir menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.

"Huh,,, jadi semakin membosankan lebih baik aku melatih kemampuanku saja pikirnya.

Kemudian ia mengeluarkan api yang "kecil", kemudian tanpa diduga ada angin yang tidak terlalu besar masuk melalui jendela dan membakar sebagian besar laporan dan tugas yang telah Mars kerjakan.

5 menit kemudian

Ethan kembali dari perjalanannya ke kafetaria. Ia membawa bungkusan berisi beberapa potong roti dan juga susu untuk Mars. Ethan sendiri tentu saja tidak minum susu. Ia memilih untuk membuat sendiri segelas teh hangat dengan lemon di kamarnya nanti. Namun...

Kini ia mendekati ruang pribadinya. Hidung Ethan mungkin tidak setajam pendengarannya. Namun hal itu malah membuatnya semakin takut. Ya, ia mencium bau yang tidak sedap, dan lebih parah lagi, ini adalah bau bakaran. Oh, tidak!

Bukannya berburuk sangka, tapi Ethan langsung teringat pada Disciplenya yang suka cari masalah itu. Ethan tahu benar bahwa sang Disciple adalah anak yang selama bertahun-tahun berada di luar peradaban manusia. Jangan bilang bahwa Mars membakar kamarnya!

Ethan bergegas menuju kamarnya dan membuka pintunya. Di hadapannya ia melihat seorang anak yang tak lain tak bukan adalah disciplenya, Marcos. Dan tak jauh dari situ...

Ethan bahkan tidak perlu berpikir.

"MARS!! Apa yang kau lakukan?!!" teriaknya. Ethan segera melepas jasnya dan mengebas-ngebaskannya, memukul-mukul api itu sedemikian rupa sehingga akhinya api itu pun padam.

Kini ia berbalik dan memandang Mars dengan emosi yang campur aduk. Dia marah, sungguh marah, karena ulah Mars membuatnya harus megulang semua pekerjaannya. Tapi di sisi lain ia tak sampai hati memarahi anak buahnya itu.

"Dengar ya Mars," katanya akhirnya. "malam ini kau akan dihukum. Sekarang makan makanan yang kubawa dan kemudian pergila ke kamarmu, ambil peralatan tidurmu dan kembali sebelum jam 7 malam. malam ini kau temani aku menyelesaikan laporanku yang harus kuserahkan pada Herr Mana besok. Mengerti?"

Ia memandang lekat-lekat mata Mars. Ya, mungkin kali ini hukumannya terlalu ringan, tapi lain kali..

"Dan JANGAN lagi berani menyalakan api di kamarku!"

[i]"Dengar ya Mars," katanya akhirnya. "malam ini kau akan dihukum. Sekarang makan makanan yang kubawa dan kemudian pergila ke kamarmu, ambil peralatan tidurmu dan kembali sebelum jam 7 malam. "malam ini kau temani aku menyelesaikan laporanku yang harus kuserahkan pada Herr Mana besok. Mengerti?"[i]

Setelah Mars mendengar perkataan jendralnya itu kemudian Ia merasa bersalah. Kemudian dengan tubuh terkulai lemas Mars keluar dari ruangan itu, namun setelah keluar dari ruangan itu raut wajah Mars langsung cerah Ia berpikir' "Akhirnya datang jagu hari yang selama ini aku tunggu-tunggu, SATU MALAM PENUH bersama jendral yang dikaguminya untuk membantunya"

Kemudian Ia dengan bergegas masuk ke kamarnya dan mempersiapkan barabg apa saja yang Ia akan bawa untuk nanti malam.