[ASIA] The Musician

Waktu : Sehari sesudah tret Emotionally Unbalanced
Tempat : Common Room
Keterangan : Boleh ngapain aja kalau mau~

---

Song Eun Su sedang dalam mood yang baik hari ini. Terutama setelah peristiwa hari kemarin. Senyumnya yang biasa jarang ditampilkan ditebarkan pada orang-orang (walaupun tipis). Karena tidak ada kerjaan khusus hari ini, ia melangkahkan kakinya ke Common Room.

Tempat ini lumayan penuh oleh orang-orang yang beristirahat, baik hanya mengobrol ringan, bergosip, atau melakukan diskusi serius. Ada pula yang melakukan permainan semacam catur dan lainnya. Eun Su cukup menyukai tempat ini karena auranya ringan dan santai, walaupun biasanya ia lebih suka menyepi di kamarnya yang lebih sunyi.

'Sebaiknya aku melakukan apa?' pikirnya sambil duduk di tempat kosong.

'Sepertinya aku bisa berlatih di sini' pikirnya lagi sambil tersenyum kecil.

Eun Su kemudian menaruh gayageum peninggalan ibunya itu di atas pangkuannya (setelah memindahkan beberapa kursi dan meja). Lalu ia siap-siap dengan posisi bermain alat musik tradisional Korea itu.

Alunan musik yang dialunkan Gayageum itu sangat lembut. Eun Su yang memainkannya saja langsung merasa tenang.

Eun Su jadi ingat, saat masa lalunya di China dulu, dimana ibunya bermain gayageum untuk mencari nafkah. Orang-orang yang mendengarnya kemudian menjadi segar, senyum di muka mereka merekah. Itulah keajaiban musik, musik apapun dibuat untuk menghibur bukan?

Kali ini ia berharap bisa bermain sebagus ibunya, membuat orang-orang senang hanya dengan mendengarkannya.

Seorang General wanita yang paling terkenal di cabang Asia karena keganasannya berjalan melewati ruang umum dengan langkah super keras, entah karena langkahnya yang memang keras atau karena sol sepatunya yang keras. Yang jelas, ujung alisnya yang luar biasa naik dan dahinya yang berkerut sudah dengan jelas menandakan bahwa General yang satu ini sedang marah. Atau tepatnya, marah besar.

Dasar si Kohler junior sial itu! Setelah kemarin puas nangis dan mengataiku seenaknya, hari ini masih saja kabur dari latihan!! Grrrr, tahu begini aku tidak akan pernah menerimanya jadi Disciple ku! Awas kau, Ravel Kohler! Kalau aku main ke cabang Eropa, kukuliti kau hidup-hidup!!

Suara hati Xiao Ling yang jelas-jelas penuh dengan aura kemarahan dan ingin membunuh itu rupanya memancar keluar dari tubuhnya, buktinya beberapa orang yang tadinya berdiri menghalangi jalannya langsung menghindar dengan cepat.

Namun di tengah semua rencananya untuk menghajar ayah-anak Kohler, Xiao Ling mendadak mendengar suara musik dilantunkan. Awalnya ia tidak menggubris lagu itu sama sekali, tapi setelah sekitar semenit, ia merasa pikirannya menjadi agak sedikit lebih tenang. Ia menelusuri ruangan itu dengan pandangannya, sampai ia menemukan seorang pemuda sedang bermain alat-musik-entah-apa-itu-namanya.

"Itu kan... Disciple nya si Jeong Hu 'kan? Siapa namanya...? Ah, peduli amat..." gumamnya pelan pada dirinya sendiri. Ia lalu berjalan ke arah Eun Su dengan langkah yang lebih tenang daripada sebelumnya.

"Hei, kamu!" panggilnya, "Kamu yang kemarin main musik di kafetaria itu 'kan?"

Tanpa menunggu jawaban dari orang yang dimaksud, Xiao Ling langsung menarik sebuah kursi dan duduk di sebelahnya.

"Ngomong-ngomong, kamu bisa menarik perhatian anak-anak dengan musikmu itu nggak? Ada orang yang sedang kucari," cerocos Xiao Ling.

'Hatsyi~!'

Flu... ini musim apa sampai ia bisa terkena flu? Sudah tua penyakitan, ya itulah Jeong Hu, padahal sebenarnya umurnya juga tidak tua-tua amat. Baru berkepala 3 tapi terlihat sangat senior di hadapan para anggota markas itu.

Bahkan flu saja membuatnya jadi diperhatikan oleh para pekerja yang melewat di depan ruangan itu. Ruangan umum, tempat siapa saja bisa melakukan apa saja, termasuk bermain musik.

Ya, barusan saat akan melintasi ruangan itu ia melihat Xiao Ling memasukinya. Penasaran akhirnya Jeong Hu ikut melirik isi ruangan itu dari luar... ah, rupanya Eun Su, lagi-lagi dia memainkan alat musik itu. Apa namanya hm, gayageum. Si General asal Korea ini bahkan tidak begitu familiar dengan benda seperti itu, itu bukan mainan anak-anak seperti yang sering dimainkannya dulu.

"Hm..."

Hanya diam dan memerhatikan cara disciplenya memainkan benda itu, dan sedikit menyunggingkan senyum tenangnya. Setidaknya ia tidak akan menganggu percakapan antara Xiao Ling dan Eun Su, kecuali jika general wanita itu mengamuk-ngamuk di depan muridnya sebagai pelampiasan akan cerita sebelumnya.

Namun, "Hatsyi~" sebuah bersin kecil menyembur lagi. Ah... mungkin ia benar-benar harus beristirahat atau demam akan menyerangnya.





PS: ini sih PMnya yang pilek *ditampol*

"Ngomong-ngomong, kamu bisa menarik perhatian anak-anak dengan musikmu itu nggak? Ada orang yang sedang kucari."

Eun Su memainkan musiknya dengan sangat serius, pertanyaan dari General Xiao Ling tersebut kemudian dijawabnya perlahan, tanpa melihat ke arah Xiao Ling.

"Hmm, maksud anda Kohler? Tunggu saja, siapa tahu dia akan datang, kalau anda beruntung." ucapnya sambil tersenyum.

Kemudian Eun Su berganti lagi. Ia sedang mencoba medley lagu-;agu yang ia bisa. Kali ini ia pasang lagu yang ceria dengan tempo yang cukup cepat. Bukan pilihan lagu terbaiknya, tapi ia ingin mencobanya. jari-jarinya memetik senar gayageum dengan cepat dan dinamis, menghasilkan bunyi yang lembut dan menyenangkan.

Kemudian ia melihat Generalnya sendiri, Lim Jeong Hu, yang tampak sedang terkena flu. Buktinya ia terus bersin-bersin. Kemudian ia berharap dalam hati, 'Semoga lagu ini dapat menyemangati mereka yang sedang sakit atau sedih.'

Kemudian ia berhenti sejenak untuk mengistirahatkan tangannya. Ah, sunggu menyenangkan bisa bermain musik begini. Kemudian ia melambaikan tangannya ke atas, memanggil Generalnya untuk duduk di dekatnya, mendengarkan musik selanjutnya.

"Ah, ya. Anda mau mencobanya, General?" tanyanya sopan pada Xiao Ling.

Quote :

"Hmm, maksud anda Kohler? Tunggu saja, siapa tahu dia akan datang, kalau anda beruntung." ucapnya sambil tersenyum.

Urat marah Xiao Ling malah muncul lagi. Kata 'kalau Anda beruntung' itu sudah sering membuatnya kesal, karena entah bagaimana, kalau soal mencari Disciple tukang cari masalahnya itu, ia masih sering kurang beruntung.

Eun Su lalu berhenti bermain musik, dan melambaikan tangannya pada seseorang. Xiao Ling menengok untuk melihat siapa yang dipanggil pemuda satu itu, dan ia menemukan Jeong Hu yang sepertinya sedang flu berat.

Ah, si bapak tua itu... Itulah akibatnya kalau nggak mau cepat-cepat lengser dari jabatannya... jadi cepat sakit!

Quote :

"Ah, ya. Anda mau mencobanya, General?" tanyanya sopan pada Xiao Ling.

Ditawari begitu, Xiao Ling langsung menatap ke arah Eun Su dengan ekspresi 'kau gila?!'. Xiao Ling lalu menggeleng pelan dan berkata, "Aku tidak ada bakat musik sama sekali. Kau saja yang main."

"Tapi, yaaah... Enak kali ya punya Disciple sepertimu. Sudah lebih dewasa, dan tidak merepotkan General mu yang sudah tua, hahahahaha!" celetuk Xiao Ling sambil tertawa keras.

'Hatysi~'

Memang keadaan tidak pernah memungkinkannya untuk santai sebentar saja. Untung Jeong Hu memiliki Disciple yang tidak merepotkan, bagaimana coba kalau nanti dia memiliki Disciple kecil yang tidak bisa diam seperti apa yang Xiao Ling rasakan, bisa-bisa Jeong Hu benar-benar mati muda karena terlalu letih menjadi babysitter.

"Hm..."

Dalam keadaan seperti itu beruntungnya ia masih memiliki indera pendengar yang cukup jelas untuk menikmati lagu-lagu yang dihaturkan oleh Eun Su melalui gayageum-nya. Setidaknya benar, hal itu bisa membuatnya lupa akan rasa penat atau bahkan sakitnya.

Dan lambaian tangan dari Eun Su hanya disambutnya dengan senyuman, kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Jelas, sebenarnya sedari tadi ia tidak tahu apa yang kedua orang ini bicarakan... dan ia tidak menyangka bahwa Xiao Ling turut memperbincangkannya juga.

Quote :

"Tapi, yaaah... Enak kali ya punya Disciple sepertimu. Sudah lebih dewasa, dan tidak merepotkan General mu yang sudah tua, hahahahaha!"

"Pujian Anda dihaturkan untuk siapa, General?" bertanya santai sambil kemudian duduk di salah satu kursinya. Lagi-lagi kelakuan seperti itu, santai dan ramah... setidaknya berusaha untuk bersikap tenang.

Jeong Hu kemudian melirik Disciple-nya, "Musik yang indah Eun Su, terima kasih," seperti biasa sebuah pujian plus senyum ramahnya. General tua belumsetuaitukok ini memang hobi mengumbar senyumnya.

Quote :

"Pujian Anda dihaturkan untuk siapa, General?"

Ah, rupanya si General senior itu sudah bergabung dengan mereka. Ia hanya tersenyum tipis, agak sinis karena memang seperti itulah wajah aslinya.

"Kau dan Disciple pintarmu ini, Jeong Hu. Aku sudah hampir gila mengurus Heidrich, dan hampir saja kubuang dia ke sumur kalau aku tidak ingat janjiku pada ayahnya," balas Xiao Ling dengan pandangan menerawang.

"Kasihan, sih, bocah sekecil itu kehilangan ibunya dua kali. Tapi kurasa itu bukan alasan untuk memaklumi semua tindakan kurang ajarnya. Rasa hormat dan sopan santun harus tetap ada, begitu juga kedisiplinan. Makanya kubilang kau itu enak, Jeong Hu. Disciple mu ini sudah lebih dewasa, sopan, disiplin, dan tahu tempat. Tidak seperti Disciple ku yang kurang ajar itu," cerocos Xiao Ling.

Tapi seperti yang waktu itu kukatakan, selama aku masih Master nya, aku masih 'ibu'-nya juga, entah ia bisa terima atau tidak...

Ahahaha... benar-benar wanita, Jeong Hu menahan tawa atas cerocosan cerita dari Xiao Ling, ia bisa maklum kalau gadis muda ini agak stres dalam mengurus anak-anak. Toh dia punya anak saja tidak kan, sama dengan general berangka 3 ini (maksudnya umurnya yang sudah berpekapa 3).

"Hm..."

Tidak berniat memotong curhatan lanjutan dari Xiao Ling, biarkan ia berbicara sampai tuntas, menceritakan keluhannya. Hanya sedikit bergumam sambil manggut-manggut tanda ia menyimak pembicaraan tersebut.

Dan selesai... dengan sepenggal pujian untuk Eun Su, Disciple-nya itu memang sama sekali tidak merepotkan, setidaknya itulah alasan mengapa Jeong Hu yang sudah seharusnya pensiun.

"Hm... Anda terlalu memuji General. Eun Su memang penurut dan tidak merepotkan, tapi bukan berarti ia lebih baik daripada Heidrich," sebuah komentar sambil sedikit melirik Disciplenya yang tengah bersiap dengan gayageumnya. Jeong Hu tidak mau Disciplenya jadi besar kepala karena hal ini.

Sedikit merasa sesak, kemudian menyandarkan cara duduknya. Ah, memang sulit kalau sedikit-sedikit sakit seperti ini, Jeong Hu sedikit menutup mulutnya (niat mau batuk kali) sebelum melanjutkan kata-katanya. Lalu membukanya lagu setelah menarik nafas panjang-panjang.

"Haah..." lega bisa bernafas lagi. "Ah, dan saya pikir bukankah sosok Anda di hadapan Heidrich sudah selayaknya ibu? Mungkin tindakannya selama ini hanya cara agar Anda memerhatikannya, anak-anakkan seperti itu," mengungkap komentarnya lagi. Sebenarnya hanya mengungkap apa yang menjadi pendapatnya soal kejadian tempo hari atau hari-hari sebelumnya.

"Tapi menjadi ibu muda itu nampaknya memang sulit ya," sekali lagi memberikan komentar, yang terakhir ini hanya candaan. Memang rasanya Xiao Ling termasuk muda jika ia sudah memiliki anak sebesar itu.

OOT : Eun Su ngapung~~ hahaha

---

Entah mengapa, para General itu memuji dirinya. Eun Su sendiri hanya tersenyum kecil saat General Xiao Ling atau Generalnya sendiri, Jeong Hu, memujinya. Tapi Eun Su malah semakin berpikir dalam hatinya. Apakah benar ia sedewasa itu?

Mungkin, Eun Su pikir, dirinya sama sekali belum dewasa. Mengapa? Dendam dan api dalam hatinya belum sepenuhnya padam. Ia masih sering teringat kematian Ibunya, atau bahkan Ayahnya. Mimpi-mimpi itu masih sering datang, membuatnya menangis sendirian di kamarnya pada tengah malam. Apakah itu sikap seorang yang dewasa? Eun Su tak pernah tahu rasanya menjadi dewasa, walaupun ia dibilang dewasa oleh orang-orang.

Semakin dalam Eun Su berpikir, semakin kelam hatinya. Ia menggigiti bibir bawahnya sekeras mungkin untuk menyadarkannya dari lamunannya. 'Omoni, Aboji...' pikirnya.

Eun Su tak sadar musiknya telah berhenti. Gayageumnya memang menjadi refleksi hati Eun Su yang sebenarnya.

Mendengar semua hal yang dilontarkan Jeong Hu, lagi-lagi Xiao Ling hanya bisa tersenyum tipis. Dikatakan Heidrich sudah menganggapnya seperti ibunya sendiri lah, dikatakan pastinya sulit jadi ibu muda lah... Rasanya ia ingin tertawa miris. Mau bagaimana lagi? Xiao Ling sendiri belum pernah merasakan seperti apa rasanya punya ibu, meski ia sempat dirawat di panti asuhan, di mana suster pimpinan pantinya juga dianggap seperti ibunya sendiri.

"Kurasa Heidrich juga tidak akan sudi menganggapku sebagai ibunya. Aku yakin, ibunya yang ia kenal pasti adalah sosok yang jauh lebih baik daripada aku," kata Xiao Ling sambil tersenyum tipis, kembali membayangkan Suster Ma Li yang dulu merawatnya saat orang tuanya tidak menginginkan dirinya.

"Ah, aku jadi banyak melantur begini. Aku permisi dulu, Jeong Hu, Eun Su. Kalau kalian menemukan Heidrich, tolong beritahu dia aku masih di ruanganku. Dan Eun Su, teruslah bermain musik. Siapa tahu Heidrich tertarik dan muncul di sini," kata Xiao Ling ringan. Ia lalu berdiri dari kursinya dan melangkah pergi.

[Xiao Ling OUT]

OOTe: Tangkep Eun Su biar nggak terbang

---

Sekilas sebenarnya Jeong Hu hanya asal bicara, toh diam-diam di balik sikap manisnya masih terdapat jiwa sarkasme yang tidak bisa dihindari. Tidak begitu peduli juga dengan jawaban Xiao Ling setelahnya, bagaimanapun juga ia tahu bahwa tiap orang pasti memiliki masa lalu dan masa lalu ini tidak bisa menjadi penghambat untuk seseorang menghadapi masa kini.

"Hm..." hanya bergumam, bersuara seakan tertarik dengan perkataan yang Xiao Ling sebutkan. Ia ingin menambahkan namun rupanya general wanita ini sedang terburu-buru untuk mencari anak didiknya.

Si general tua tidak sempat berbicara apapun, ia hanya sedikit bergumam setelah Xiao Ling meninggalkan ruangan dengan sebelumnya menitipkan pesan untuk membantu Heidrich kecil. Oh ya, itu bukan perkara mudah, tapi tidak sulit kok bagi Jeong Hu untuk menyeret anak kecil kembali ke pangkuan ibunya.

"Kurasa seorang ibu bukan sesuatu yang bisa digantikan, tapi sosoknya bisa berpindah pada seseorang yang lain," kembali menyunggingkan senyum emasnya. Lalu melirik sang Disciple yang tengah tertahan dengan perasaan lainnya, "Kau setuju Eun Su?"

Bersantai sejenak sembari menerawang ke arah lain. "Kalau ada yang mengganggu pikiranmu katakan saja, jangan sampai aku harus bertanya pada gayageum itu," oh jelas ia pasti bisa membaca pikiran siapapun yang tengah dididik olehnya.

"Kurasa seorang ibu bukan sesuatu yang bisa digantikan, tapi sosoknya bisa berpindah pada seseorang yang lain," kembali menyunggingkan senyum emasnya. Lalu melirik sang Disciple yang tengah tertahan dengan perasaan lainnya, "Kau setuju Eun Su?"

"A..ah, iya.." Mengingat Eun Su belum menemukan sosok 'ibu' baru, tapi Eun Su sadar General Xiao Ling bisa menjadi sosok yang baik untuk Heidrich. "Kupikir itu memang benar," jawab Eun Su tenang.

Beberapa saat kemudian, Xiao Ling pergi dari tempat itu, hingga tinggal menyisakan Eun Su dan Jeong Hu. Eun Su masih belum juga bermain musik lagi. Ia hanya diam dan bengong, apalagi setelah mendengar pertanyaan Jeong Hu barusan.

"Kalau ada yang mengganggu pikiranmu katakan saja, jangan sampai aku harus bertanya pada gayageum itu,"

Merasa Jeong Hu adalah Generalnya sendiri, Eun Su pikir ia bisa jujur padanya. Setidaknya kali ini.

"Aku hanya mengingat Omoni dan Aboji, itu saja." jawabnya singkat. Eun Su tersenyum pedih kemudian berkata, "Aku agak..iri pada Heidrich, kurasa."

Omoni dan Aboji... oh pemikiran anak-anak rupanya. Jeong Hu hanya menatap miris disciplenya ini, yah... memang tidak salah sih kalau seseorang merindukan apa yang mereka miliki dahulu, tapi tidak untuk hal-hal yang dirasa tidak perlu.

"Hah..." sejenak menghela nafas. Berniat mengomentari namun jadinya hanya terdiam untuk beberapa saat. "Di tempat seperti ini sebaiknya sisihkan pikiran kekanak-kanakan seperti itu," akhirnya melanjutkan. Sisi serba perfeksionisnya muncul, dan terkadang sisi 'kejamnya' ini hanya muncul di depan para disciplenya.

... "Dan iri pada seseorang bukan tindakan yang dewasa. Ingat kedudukanmu di sini dan jangan bersikap kekanakan lagi," kembali menekankan nasihatnya. "Seorang exorcist tidak membutuhkan keluarga. Mereka berdiri sendiri-sendiri," menambahkan dengan tegas.

Oh ya, inilah general yang tersenyum-senyum sejak tadi. Namun untuk beberapa hal raut wajahnya bisa berubah apalagi jika untuk hal yang personal untuk muridnya.

Jeong Hu lalu melirik gayageum milik Eun Su, "Benda itu, adalah keluargamu. Kan?"

"Benda itu, adalah keluargamu. Kan?"

Eun Su bingung mau merespon apa pada Generalnya yang satu itu. Eun Su tertawa kecil, bukan bermaksud menertawakan sih, tapi perkataan Generalnya itu agak sedikit unik. Tak pernah ada yang mengatakannya sebelum ini.

Sepenuhnya sadar atas kebenaran hal yang diucapkan barusan, Eun Su jadi berpikir. Gayageumnya - Hwanggeum Sori - memang salah satu peninggalan dari orang tuanya yang sudah meninggal. Mungkinkah gayageum itu jadi keluarganya? Hmm, melihat perlakuan Eun Su pada gayageumnya yang bergitu perhatian, mungkin saja sih.

"Terima kasih, General Jeong Hu," ucapnya sambil tersenyum kecil.

Kemudian setelah mood Eun Su membaik, ia kembali memainkan lagu yang tenang dan lembut. Seperti ketenangan dan kelembutan Generalnya barusan.

"Lagu ini aku persembahkan untukmu, General. Untuk pemberian semangat dan hal lainnya yang membuatku tambah dewasa sedikit," ucapnya perlahan.

'Seluruh anggota Black Order ini adalah keluargaku saat ini, aku tak boleh mengeluh.' batinnya dalam hati.

"Lagu ini aku persembahkan untukmu, General. Untuk pemberian semangat dan hal lainnya yang membuatku tambah dewasa sedikit,"

Sebuah lagu? Wah, entah mengapa rasanya aneh juga untuk seseorang yang tidak berseni seperti Jeong Hu, menikmati lagu dari sebuah gayageum... mengingatkan dirinya kepada hal-hal klasik di kampung halamannya dulu.

Hm... sebutlah apa itu, persawahan... rumah-rumah adat dan bahkan makanannya. Sembari menikmati musik itu ia mengingat-ingat masa lampau. Ah, terlalu klasik jadinya. Kemudian terpikirkan untuk melakukan sesuatu, hm... sesuatu yang setidaknya bisa mengusir perasaan 'berat' seperti sekarang ini.

"Bagaimana kalau kita keluar dan jalan-jalan?" ucapnya lagi dengan spontan. Kalau Jeong Hu berkata 'jalan-jalan' itu berarti betul-betul turun ke jalan untuk membeli teh atau mencari kaktus. Sebenarnya hobinya ini agak aneh memang, tapi tetap harus dilakukan.

---

Ayo jalan2 desu >w<b

Fuuh, satu lagu lagi yang dikeluarkan gayageum milik exorcist Korea itu. General Jeong Hu tampaknya cukup menikmati lagu persembahannya itu. Eun Su senang bisa melihat orang menikmati musiknya itu. Pemuda itu kemudian tersenyum kecil.

Cukup tak terduga, Generalnya mengajak berlajan-jalan. Eun Su agak bingung juga, tapi tak enak menolak permintaan General yang telah banyak membantunya itu. Bukannya terpaksa, yah, Eun Su pikir sedikit jalan-jalan bagus juga.

"Eh, saya mengikuti anda saja, Jeong Hu-nim. Dengan senang hati," balasnya dengan tenang.

Kemudian Eun Su merapikan gayageumnya dan meja yang tadi dipindahkan olehnya. Gayageumnya ia gendong seperti biasa setelah berdiri. Hmm, dipikir-pikir ini adalah pertama kalinya ia berjalan-jalan santai dengan generalnya itu.

"Silakan anda duluan, kalau begitu..," ucapnya perlahan.

"Oke!"

Seenaknya memutuskan, salah satu sifat alaminya memang... tapi biarlah, toh kapan lagi ia bisa jalan-jalan di kota sembari melihat dagangan teh atau siapa tahu menemukan kaktus tropis di musim dingin kan?

Jeong Hu kemudian beranjak dari tempat duduknya, membenarkan sedikit seragam hitamnya dan menyampirkan dengan benar syal yang selalu menyelimuti lehernya ini. Lalu teringat sesuatu, "Ah, ini musim dingin kan? Ada baiknya bagimu untuk mengenakan syal juga," lanjutnya sembari menunjuk leher Eun Su yang terbuka begitu.

Kalau disciple-nya sakit lantas siapa yang merawatnya nanti?

Setelah berkata seperti itu kemudian Jeong Hu melesat menuju luar ruangan. Oke... keadaannya belum membaik, resiko terkena flu lebih besar namun yang dipikirkannya hanyalah TEH.

[OUT]

OOT: nanti saya buat thread jalan-jalannya :3

Melihat General Lim Jeong Hu begitu bersemangat untuk jalan-jalan, Eun Su jadi senang juga. Yah, lebih baik daripada melihat generalnya itu hanya murung...tidak apa apa juga sih sebenarnya, tapi Eun Su merasa begitu. Kemudian Jeong Hu menyuruh pemuda itu memakai syal dulu.

"Terima kasih atas sarannya, Jeong Hu-nim. Saya ambil dulu syal kalau begitu, sebelum jalan-jalan," ucapnya tenang.

Namun saat sadar, malah Jeong Hu sudah pergi duluan. Semangat sekali, sepertinya ada sesuatu yang ia inginkan dari acara jalan-jalan nanti, eh?

"Aigoo...," gumamnya perlahan sebelum keluar dari tempat itu.

'Ah, semoga General Xiao Ling bisa menemukan Kohler,' gumamnya sambil tertawa kecil.

[FINISH]