Black Order Headquarters
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


An Indonesian D.Gray-Man original character (OC) roleplay forum. Set in an alternate 1880s.
 
HomeSearchLatest imagesRegister[CENTRAL] Wondering I_icon_mini_registerLog in
Time

Selamat datang di Black Order Headquarters! Waktu dunia Black Order HQ saat ini adalah: Februari 1880

[CENTRAL] musim dingin, bersalju dan hawa menusuk

[ASIA] musim dingin, sejuk namun kering

[AMERICA] musim dingin, badai salju di akhir bulan

[AFRICA] musim dingin, sedikit salju di awal bulan

Acara mendatang:

- Valentine Grand Ball

(Kontak staf jika memiliki ide)

Shoutbox

ShoutMix chat widget
Affiliates

ClampFactory Al'loggio

code-geass

tenipuri-indo

Saint-Sanctuary

Neverworld

Aria Academy High School Fighter Role Play Forum

Don't be shy, affiliate with us!
 
Latest topics
» Free Talk
[CENTRAL] Wondering I_icon_minitimeby Ravel Kohler 21st December 2015, 17:50

» [AMERICA] Unusual Training
[CENTRAL] Wondering I_icon_minitimeby Keith Warringstate 21st June 2011, 23:10

» English Free Talk
[CENTRAL] Wondering I_icon_minitimeby Wilhelm U. Smith 19th February 2011, 21:17

» [Central] The History Might Have Recorded Us
[CENTRAL] Wondering I_icon_minitimeby Fuchsia Scarlet 13th February 2011, 12:21

» [CENTRAL] Looking Around
[CENTRAL] Wondering I_icon_minitimeby Lumiere A. Etoile 6th February 2011, 20:13


 

 [CENTRAL] Wondering

Go down 
3 posters
AuthorMessage
Katerina Efcileisthenes

Katerina Efcileisthenes


Posts : 19

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Eropa
Umur: 19 y.o.

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime30th December 2009, 15:26

((OOC: Setting: taman, siang hari (13:45) cerah tapi bukan berarti terik x)
mungkin Open for all))




Gadis itu berkali-kali menggigit bibir. Ia terbiasa melihat orang terluka karena ‘keberanian’ itu yang ia butuhkan sebagai seorang dokter bedah, tapi bukan luka orang-orang lah yang membuatnya menggigit bibir. Bisa seharian ia duduk di infirmari bersama staff medis lainnya menunggu pasien yang datang atau jika tidak ada, ia akan pergi sendiri ke taman atau kapel. Tempat yang tenang sangat cocok bagi Katerina yang mengutamakan ketenangan dalam setiap situasi yang dihadapi. Sorot matanya terbilang kuat walaupun mentalitasnya agak lemah, jujur saja ia terlalu simpatik, terlalu mudah tersentuh dan orang selalu berkata ia nekat mengambil pendidikan sebagai dokter bedah dengan kepribadiannya yang seperti itu. Dan benarlah terjadi, ia memang belum mendapat ijin praktek—karena ia putus dari pendidikannya—tapi sebagai staf medis bukan hal yang langka melihat orang terluka di Black Order. Seakan itu suatu hal yang pantas, tapi semua itu gila. Kau boleh katakan dia nekat, tapi keputusannya sudah bulat dan seorang Efcileisthenes menetapkan ‘kegilaan dalam Black Order’ sebagai tujuan utamanya memutus pendidikan dan bergabung ke dalamnya.

Seperti yang telah diutarakan, ia bisa duduk seharian di infirmari bersama staff lainnya menunggu pasien tapi tampaknya keberadaannya sendiri tidak dibutuhkan di sana. Lagipula ia toh yakin bisa menemukan seorang yang terluka atau minimal lecet, patah tulang, terkilir dan semacamnya di markas ini. Yah..dia memang belum genap setahun di sini, jadi bolehkan berasumsi seperti itu? Tidak mustahil di sini, kecuali Katerina ingin langsung menemukan korban penuh luka di Black Order, ia bisa langsung pergi ke ruang latihan di mana para Exorcist kebanyakan lupa diri dalam pertarungan dan—ya begitulah. Saat itu ia hanya bisa geleng-geleng kepala setiap ada Exorcist masuk infirmari dengan luka di sekujur tubuh yang katanya hasil dari latihan tarung. “Kenapa tidak kau lukai saja tubuhmu itu saat bertarung dengan Akuma?” kalimat yang rutin ia lontarkan dengan nada pedas yang tidak tampak—malah justru terdengar seperti lelucon—setiap kali hal itu terjadi.

Jadi, menganggur, tidak berharap ada orang terluka yang jatuh dari langit, gadis Yunani ini duduk diam di bangku taman. Biasanya ia duduk di atas rumput yang berembun dan jauh lebih sebar, kalau kau bilang menyatu dengan alam dan sejenisnya. Tapi saat ini musim dingin, kau tahu, tidak mungkin ia membiarkan jasnya basah karena nekat duduk di atas salju yang bertumpuk. Bisa-bisa yang diterkapar bukan mereka, tapi dia. Hari itu dingin, sangat dingin untuk ukurannya, maka ia merapatkan jas kerjanya yang menutupi blus merah ebrlengan panjang di dalamnya. Ia sempat berharap membeli syal tapi menggunakan syal saat bekerja akan sangat mengganggu. Bersyukurlah rambutnya panjang, paling tidak bisa membuatnya sedikit lebih hangat. Punggungnya tersandar pada bangku taman, menatap ke kejauhan di mana ia bisa menemukan ketenangan di sana. Iris harlequin setengah terbuka, tampak membayangkan hal lain.
Back to top Go down
Fuchsia Scarlet

Fuchsia Scarlet


Posts : 166
Pemilik : Eri

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Eropa
Umur: 13 tahun

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime30th December 2009, 20:03

TimeLine: Beberapa minggu setelah kejadian "Happiness in Library"




D-I-N-G-I-N

Satu kata yang menggambarkan suhu di sekitar Fuchsia saat ini. Ternyata udara di luar markas lebih gila dibanding tempat dimana Ia biasa berpijak, perpustakaan. Hari ini Fuchsia tida ada tugas apapun. Entahlah memang pada dasarnya staff sedang nganggur, atau memang Fuchsia sedang dianggurkan. Yang pasti saat ini, Fuchsia bosan.

Ketika berada di perpustakaan, Fuchsia menemukan buku-buku lamanya yang sengaja diselipkan di sana. Salah satunya sebuah dongeng dari Italia, 'How the Devil Married Three Sisters'. Kisah lama yang terlalu sering dibacanya sejak umur 8 tahun. Tapi entah kenapa, ada sensasi tersendiri ketika melihatnya. Perasaan yang kuat untuk membacanya kembali. Bagi seorang Fuchsia, tidak ada yang usang dengan buku yang dibacanya.

Ingin rasanya segera membacanya. Namun untuk saat ini, Dia agak enggan berada di perpustakaan. Segila-gilanya Fuchsia terhadap surga buku, Dia masih punya rasa jenuh. Sesekali ganti suasana tidak masalah bukan?

Berjalan menuju taman merupakan asumsi sang gadis sejak awal. Memang Dia menebak pasti cukup ramai di sana. Tapi setidaknya terasa lebih segar bila mampu menikmatinya. Walau ternyata ketika menginjakkan kaki di sana, tak disangka tempat ini nampak lebih tenang walau bukan berarti sepi. Dan sayangnya, suasana ini didukung oleh udara musim dingin yang menusuk kulit. Seraya merapatkan coat cokelat muda miliknya, sang dara berjalan menenteng buku yang berhalaman tipis tersebut. Mencari tempat yang nyaman untuk membaca.

Kedua maniknya menangkap sebuah bangku taman. Memang sudah ditempati orang lain, namun tempat itu kelihatan sangat nyaman. Fuchsia ingin ke sana.

Sopankah duduk begitu saja dengan alasan sepele itu?!

Fuchsia menimbang-nimbang pemikirannya. Ayolah, bukan tindak kejahatan bukan?

Setelah menghembuskan nafas panjang, dara itu melangkah, mendekati bangku taman tersebut.

"Permisi. Aku Aku boleh duduk di sini?" Tanya Fuchsia dengan sopan seraya menunjuk tempat yang masih kosong.

Jujur saja, Fuchsia merasa tidak memiliki masalah dengan wanita yang kini ada di depannya. Malah Dia merasa wanita itu memiliki aura yang ramah dan cenderung keibuan. Tentu saja... kelemahan Fuchsia, kawan. Tapi di sisi lain, kok, Fuchsia punya perasaan nggak enak, yah?
Back to top Go down
http://www.eri-diary93@gmail.com
Eric Maxime-Olivier




Posts : 18

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Eropa
Umur: 21 tahun

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime2nd January 2010, 20:17

Eric Maxime-Olivier dikenal sebagai banyak hal dalam benak banyak orang. Kebanyakan gelar tersebut berkaitan dengan sikapnya yang periang seperti hari cerah tak berawan atau bagaimana segarnya sikap yang biasa ia tunjukkan, seperti angin pertama musim semi. Bagi pihak wanita yang berada di markas cabang Eropa, pria ini mungkin... bukanlah angin segar yang membawa aura baik; justru sebaliknya. Bahkan dengan wajah lumayan tampan dan sifat yang sebenarnya polos, pada akhirnya Eric-Maxime Olivier juga seorang pria.

Singkat kata--wajarlah kalau dirinya mata keranjang. Pria mana pula yang tidak? Yah, Jendral Shreizag pengecualian, tentunya.

Pria tersebut menggeleng-geleng kepalanya. Tangan kanan menggaruk-garuk rambut hitamnya yang tampak mencuat dengan liar. Agak basah karena minyak makasar yang dibelinya kemarin, langsung dari seorang pedagang Belanda. Hei, mereka memang bisa saja licik--Oh, pria ini tahu bagaimana cara mereka bermain--namun barang bagus biasa datang dari rombongan pedagang tersebut; mengapa ia harus komplain?

Otaknya kembali memikirkan sesuatu; apapun. Apa yang sebaiknya ia lakukan hari ini? Mata hitamnya menatap ke depang, hingga akhirnya bertemu dengan pemandangan akan taman yang tertutup salju; putih, bersih...

...oh, mengapa senyum senang segera muncul pada wajah pria berambut hitam ini?

Kakinya segera melangkah maju, menuju ke tengah taman; tidak hijau, karena salju masih menutupi permukaan tanah. Lagipula, memangnya ada tanaman yang hidup di hari sedingin ini? Bulu kuduk pria ini saja merinding karena dingin; ia belum melihat penampakan aneh-aneh sama sekali, namun hawa dingin menusuk masih sempat saja menghantui tiap langkahnya.

Eric Maxime-Olivier pun melangkah, mendekati dua gadis yang sedanzg duduk-duduk di kursi taman. Seperti apa yang diajarkan sang ayah kepadanya, tentu saja Eric harus berlaku sopan dan ramah pada gadis-gadis yang duduk di sana, bukan?

...baik, matanya memang sedang siwer; yang duduk di sana hanya seorang gadis berambut coklat, tampak termenung sendiri. Gadis yang satu lagi? Tidak duduk--lebih tepatnya, sedang menimang-nimang untuk duduk atau tidak.

"Bonjour, nona-nona sekalian. Bagaimana kabar kalian semua?" Eric memberikan sebuah salam ramah, sembari membungkukkan tubuh layaknya seorang gentleman. Yah, gadis manapun yang melihat pasti melihat perlakuan ini sebagai... sebuah permainan? Hei, meski dianggap demikian, Eric juga masih mengenal tata krama.

...Yah, sedikit.

[OOC: Sori aneh. Interaksi dengan Scarlet dan Efci]
Back to top Go down
Katerina Efcileisthenes

Katerina Efcileisthenes


Posts : 19

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Eropa
Umur: 19 y.o.

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime3rd January 2010, 10:44

Awan tipis di atas kepala mulai bergerak, memperlihatkan cahaya kuning-putih yang menyorot mereka dengan ekstrim. Katerina merapatkan mantelnya meskipun tangan kanannya terangkat untuk menutupi sinar terang matahari yang menyorot mereka tanpa panas yang berlebihan. Silau, tapi dingin. Hei, musim apa ini? Ah ya, musim dingin moderat di mana banyak salju tapi matahari masih saja bersinar dengan terang, tanpa awan yang menghalangi dan sangat terik sampai gadis ini harus mengerjap-ngerjapkan mata hanya untuk mendongak. Sekarang matahari ditatapnya dengan mata telanjang, dengan bayangan yang nyaman dari telapak tangannya. Kakinya sedikit bergeser, merusak formasi sempurna salju di bawahnya saat ia menegakan tubuh, mencari atmosfer yang tepat untuk bersantai.

Bayangan lain menutupi dirinya saat seorang gadis kecil yang tidak familiar mendekatnya. Maklumilah, belum genap satu tahun ia berada di sini dan markas Eropa sangat luas. Ia baru berhasil menghafal beberapa wajah Exorcist, beberapa Finder—karena mereka pasien utama Infirmari—dan wajah-wajah para Staff medis termasuk kepala bagian medis. Kate menurunkan tangannya seraya tersenyum ke arah gadis kecil yang menyapanya, bertanya apa ia boleh duduk di sebelahnya. Dalam sekejap iris harlequin-nya mengamati penampilan gadis itu dari atas sampai bawah, seharusnya pihak yang bersangkutan tidak menyadarinya. Tapi pengamatan itu membuat pikirannya berputar; gadis ini bekerja dalam Black Order..gadis yang terlihat belum berusia 17 tahun ini? Oh, dia pernah melihat beberapa yang masih sangat..kecil dan mereka sudah terjun dalam dunia maut itu. Ia menggeleng dalam hati membayangkan mereka yang harus berhadapan dengan maut di usia yang begitu muda. Tapi tampaknya gadis di depannya adalah seorang staff. “Kenapa tidak?” tentunya bangku ini milik umum ujarnya sambil tertawa kecil, “lagipula tidak enak duduk sendiri di sini,” lanjutnya, menggeser tubuhnya dan menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.

Bonjour, nona-nona sekalian. Bagaimana kabar kalian semua?"

Ada yang bilang kalau kau berbicara tanpa menatap mata lawan berbicara itu tidak sopan, karena itu gadis Yunani ini selalu menatap mata lawan bicaranya tidak peduli apa lawan bicaranya berpikir budaya menatap-mata-selama-berbicara itu lancing, tidak sopan, kurang ajar, dan sebagainya. Tidak perlu ditanya lagi, Katerina memang menatap iris coklat tua milik gadis tadi, bukan hidungnya, bukuan mulutnya, juga bukan frame kacamatanya. Maka ia juga mempraktekan hal tersebut pada seorang pria yang menghampiri mereka dan membungkuk dengan sopan—berusaha menatap matanya sebelum balas menyapa atau membuka pembicaraan.

Tapi mulutnya seorang tersumbat. Seperti ada pisau tak terlihat yang menusuk jantungnya, membuat shock wave yang sangat kuat dalam pemompa darahnya. Iris harlequin tidak berkedip, tidak bisa berkedip. Dirinya saat itu seperti tidak sengaja melihat mata medusa dan membatu, tidak bisa bergerak, menjadi batu. Kalau sihir medusa bisa ditangkal dengan cermin, yang ini pengecualian karena tidak ada cermin dalam dirinya yang bisa memantulkan sihir tersebut. Kalaupun ada, mungkin sudah pecah, nyaris hancur karena—

Sesosok pria yang dihadapannya memiliki figur yang seratus persen mirip dengan yang ada dalam ingatannya. Seorang pemuda yang nyaris mencapai kepala dua dengan genggaman tangan hangat walaupun dalam ingatannya ‘orang itu’ lebih tinggi, jauh lebih dewasa, jauh lebih tenang.

“Είστε ...” gumamnya dalam bahasa Yunani yang tersangkut dalam tenggorokannya.




((OOC: maap aneh.. =)) saia takut chara saia mati dikeroyok Anubis krn ditinggal repping, jadi meracau ga jelas. Intinya salahkan RO--*dibekep*
Είστε ... = “You are..”))
Back to top Go down
Eric Maxime-Olivier




Posts : 18

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Eropa
Umur: 21 tahun

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime8th January 2010, 13:28

Ketika pemuda berambut hitam ini melihat bola mata hijau nan indah, terpasang rapi pada rongga tengkorak berfitur feminim, Eric seperti melihat sepasang zamrud--batu hijau cemerlang yang menarik hati banyak orang karena keindahannya. Mata hitam miliknya bahkan terpaku untuk beberapa lama pada pasangan butir tersebut, tidak berkedip ataupun mengalihkan arah pandangan--

“Είστε ...”

--setidaknya sampai frase tak biasa yang keluar dari gadis berambut coklat tersebut sampai pada telinganya. Mata hitam tersebut sempat terhalang dari dunia beberapa kali, sebelum akhirnya memfokuskan diri pada wajah gadis tersebut.

...Siapa nama gadis ini? Mengapa tidak ada nama yang terbersit dalam benaknya? Mungkin.. mereka memang belum pernah bertemu? Yah, pemuda ini lebih sering berkeliaran di penjuru Eropa daripada harus tinggal di tempat sama--bagaimanapun juga, tugas adalah tugas.

"...Sepertinya saya belum pernah melihat anda di daerah ini, nona." Senyum biasa berubah menjadi senyum iseng--mengenal orang baru, terutama gadis imut nan cantik, memiliki sisi emnarik tersendiri baginya. Tentunya, pria ini juga menyadari gadis kecil yang ada di sebelah gadis bermata zamrud tersebut. Oh, dia sangat kenal sekali malah; tipikal gadis kecil dengan harga diri tinggi di luar--tsundere?--merupakan tipe gadis yang paling ia ketahui.

Meski begitu, nama dari gadis yang belum ia kenal ini tetap jadi prioritas. maafkan pemuda ini ya, nona Scarlet.

"May I humbly know your name, my lady?"

Senyum iseng--usil--yang sebenarnya dimaksudkan untuk sesuatu yang ramah. Tanpa ia sadari, mata hitam milik Eric kembali bertatapan dengan mata hijau tersebut. Sebaiknya ia melepaskan kontak mata, sebelum dirinya terseret dalam aliran hijau yang tampak... terlalu menenangkan--seperit tranquilizer untuk sifat usil kecil-kecilannya.
Back to top Go down
Fuchsia Scarlet

Fuchsia Scarlet


Posts : 166
Pemilik : Eri

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Eropa
Umur: 13 tahun

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime8th January 2010, 21:13

Fuchsia sempat mengeriyit heran, walau masih dalam posisi diam tanpa komentar setelah tadi menyuarakan permohonan izinnya. Walaupun sekilas dan sebenarnya meragukan, Fuchsia merasa yakin wanita di hadapannya mengamati sang dara cilik tersebut dari atas sampai bawah. Wajar kalau Fuchsia merasa risih, Dia tidak terlalu suka diperhatikan sampai sedetail itu. Walau acak-acakan, penampilan Fuchsia belum begitu parah bukan? Toh, Dia pernah berpenampilan lebih mengenaskan daripada sekarang.

“Kenapa tidak?” Lagipula tidak enak duduk sendiri di sini,”
Akhirnya Wanita itu mempersilahkannya duduk. Tentu saja kali ini Fuchsia langsung duduk setelah mengucapkan, "Terima kasih," Tanpa ekspresi baik di raut wajahnya, maupun intonasi suaranya. Tanpa banyak bicara, sang bibliomania cilik memulai aktivitasnya, membaca dengan sangat serius. Sunyi dan nyaris tak terdengar lagi suaranya dalam jeda waktu yang tidak sebentar.

Nampaknya Kau 'merasa' sendiri, Nona...

"Bonjour, nona-nona sekalian. Bagaimana kabar kalian semua?" Suara asing memasuki telinga Fuchsia, salam dengan Bahasa Perancis di awal kalimat. Tapi seperti yang ditebak, sosok gadis rapuh tapi sok kuat tersebut sama sekali tidak bergeming. Bukannya tidak peduli. Hanya sadar diri: Sesadar-sadarnya Fuchsia, kalau baca buku dengan bahasa asing, pasti tanpa sadar akan bicara dengan bahasa tersebut. Jangan lupa, yang dibacanya bahasa Italia, kawan. Pasti janggal di telinga kalau bersahut-sahutan berbicara Perancis - Italia.

“Είστε ...” Bahasa lain menimpali. Kali ini, manik cokelat Fuchsia melirik ke suara itu. Bukan suara yang baru datang, justru sebaliknya. Logat dan tata bahasanya cukup menarik perhatian gadis itu. Mungkin lain kali Fuchsia akan mempelajarinya. Yang pasti, Fuchsia belum tau ini bahasa apa, yah. Nanti sajalah mencari tau, masih belum mau diganggu acara jalan-jalannya ke negeri dongeng Italia. Dalam waktu tak lebih dari 3 detik, iris itu kembali memantulkan bayang-bayang teks dalam buku.

"...Sepertinya saya belum pernah melihat anda di daerah ini, nona." Percakapan kembali terjalin. Fuchsia sama sekali tidak sadar apakah termasuk dalam jalinan perbincangan atau tidak. Lagipula, mana mungkin ada orang mau berbicara dengan Fuchsia yang sekali baca susah pula diganggu gugat? Sejak tadi juga diam seribu bahasa.

"May I humbly know your name, my lady?" Kata pemuda itu melanjutkan. Ok, Fuchsia mulai merasa terganggu. Sebenarnya Dia bisa saja langsung pergi dari sana. Tapi, posisinya yang nyaman membuat inting kekanak-kanakannya keluar, egois tingkat kuadrat.

"Maaf, Tuan, kalau mau bekenalan dengan Nona ini," Telapak tangan kanan Fuchsia menunjuk ke arah wanita di sampingnya dengan wajah yang langsung mengkerut dan nada jutek, "Bisakah pelankan suaranya sedikit?!"

Lupa kalau aturan perpustakaan tidak berlaku di sini...


Last edited by Fuchsia Scarlet on 9th January 2010, 22:34; edited 4 times in total
Back to top Go down
http://www.eri-diary93@gmail.com
Katerina Efcileisthenes

Katerina Efcileisthenes


Posts : 19

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Eropa
Umur: 19 y.o.

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime9th January 2010, 21:05

Tidak, Vasillis Efcileisthenes sudah lama meninggal, pergi darinya dan keluarga mereka. Ia tidak akan kembali untuk menjadi sosok kakaknya yang overprotektif, energik, ambisius dan mementingkan kelangsungan keluarga mereka. Ia tidak akan kembali sebagai seorang pemuda berusia 24 tahun dengan kapal besar miliknya dan teman-temannya, dengan teriakan sangat keras yang membangkitkan semangat kelompoknya—juga dirinya sendiri yang suka menonton pertandingan olahraga berbahaya tersebut. Ah, jadi ingat saat-saat dirinya tersenyum senang dengan mulut kecil dan bola mata kekanakannya setiap kali ia menonton kakaknya melakukan olahraga lintas alam tersebut. Dulu, Katerina menganggap Vassilis mewarisi semangat ayah mereka, semangat seorang pria yang tidak pernah menyerah walaupun ada batu karang sebesar Benua Amerika sekalipun. Sehingga ia sering berpikir tidak rasional setiap kali berhadapan dengan ayahnya yang setelah semakin ia dewasa semakin ia menyadari kemiripan antara mereka berdua.

Tapi yah..sekalipun kakaknya itu masih hidup, atau setidaknya mayatnya ditemukan, usianya sudah kepala tiga, usia yang cukup untuk memiliki anak dan berkeluarga. Sedangkan yang di depannya? Pemuda itu tampaknya asli dari Eropa—melirik kulit putihnya—dan usia mereka kelihatannya tidak terpaut terlalu jauh, mungkin 2-3 tahun, atau mungkin juga lebih. Mulutnya menutup, telapak tangan yang membantu menutupnya secara spontan, tertunduk. Ia merasa bodoh sekarang. Bukankah seorang katerina sudah berjanji akan menerima kepergian—setidaknya, keabsenan—kakaknya di usianya yang ke-9, saat kecelakaan itu terjadi? Ia bukan anak kecil lagi yang menangis meraung-raung saat ibunya tidak kunjung pulang padahal hanya keluar kota untuk beberapa hari karena panggilan pekerjaan. Ia menampar dirinya, dan mengatakan bahwa ia sudah dewasa, sudah menginjak usia ke-17nya dan mengecap dirinya stabil dan kuat untuk menerima kenyataan. Jadi, kenapa dia harus ragu?

“Tentu saja, aku bahkan belum genap satu tahun tinggal di sini,” mengangkat kepalanya, merespon dengan tawa kecil yang mengiringinya. Tawa kecil, yang ia percaya dapat menendang jauh-jauh rasa gugupnya, rasa ‘aneh’nya saat berhadapan dengan wajah di depannya, wajah kakaknya saat pria itu masih muda. Manik harlequinnya menoleh pada gadis yang sekarang duduk di sebelahnya, tampak membaca buku dengan tenang—lebih baik ia tidak mengganggunya. Kembali Katerina beralih kepada pemuda di depannya—sedikit berpikir: dia tidak mau duduk?—yang sekarang menanyakan namanya. Angin yang tidak berhembus membuat keberadaan awan-awan yang kembali menutupi matahari terasa agak janggal. Ia dapat merasakan kulitnya mendingin—lagi—dibalik jas putihnya. Kedua kakinya semakin ia rapatkan untuk menjaga agar suhu tubuhnya tetap hangat—tampaknya suatu pilihan yang bodoh untuk mengenakan rok terusan di musim dingin.

“Katerina,” ia menjawab, “Katerina Efcileisthenes.” Sambungnya, mengucap nama lengkapnya sambil tetap menatap manik kehitaman si pemuda yang tampak agak menghindari kontak mata dengannya.

"Maaf, Tuan, kalau mau bekenalan dengan Nona ini, bisakah pelankan suaranya sedikit?!"

Marahnya gadis itu bukan tanpa alasan, wajar jika ia marah karena merasa terganggu saat sedang membaca buku. Tampaknya buku itu sangat menarik baginya, atau justru membutuhkan konsentrasi dan ketenangan untuk memahami isinya sehingga otaknya bisa serasa meledak karena polusi suara di sekitarnya. Haruskah Katerina meminta maaf, padahal bukan ia yang disalahkan? Harus. Karena justru dia yang diajak bicara. “Maaf,” satu kata saja, ia tidak terpikir kata lain lagi. “Kami terlalu terbawa suasana,” tersenyum lembut dengan nada menyesal. Bisa-bisanya ia melupakan kode etis itu—membaca dalam tenang. Tepat.
Back to top Go down
Eric Maxime-Olivier




Posts : 18

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Eropa
Umur: 21 tahun

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime15th January 2010, 21:35

"Maaf, Tuan, kalau mau bekenalan dengan Nona ini,"

Ah?

"Bisakah pelankan suaranya sedikit?!"

Sontak, wajah dari pemuda ini segera berpaling, menghadap pada suara yang telah… yah, memperingatkannya. Jujur saja, bagi dirinya yang sudah sering diteriaki oleh gadis-gadis cabang eropa—apalagi saat ketahuan mengintip kamar mandi wanita (tapi hei, itu adalah salah satu prosedur riset yang perlu ia lakukan!)—suara jutek milik gadis berumur tiga-belas tahun tersebut tidak membuatnya kaget. Tidak, karena senyum yang masih ia pasang semenjak bertemu dengan mereka semua masih terpampang jelas pada bibir. Alisnya tidak kelihatan beradu, sama juga dengan keningnya yang tidak terlihat mengerut.

Eric Maxime-Olivier lebih tahan bentak… saking seringnya dibentak.

“Ah, maafkan saya. Saya tidak sadar bahwa suara saya membuat anda terganggu.” Sebuah bungkukan kecil, agak bermain-main. Sindiran kecil mungkin? Yah, bagaimanapun gadis berambut merah tersebut menangkapnya, pria ini berharap ia tidak salah tafsir. Hei, yang ia lakukan memang sebuah gestur kesopanan bukan? Mata hitamnya menatap sebentar mata gadis yang baru remaja tadi, senyum masih tersungging di bawah hidung.

“Tentunya, saya seharusnya merendahkan suara saya; bagaimanapun juga, nona kecil memang lebih senang dengan suasana hening bukan? …mengingatkan anda pada suasana perpustakaan.”



Baiklah, kali ini Eric memang menggoda gadis muda berambut merah tersebut. Oho, memang pria ini suka bermain-main dengan wanita, tak peduli muda atau tua. Bagaimana caranya lehernya masih menyambung kepala dan tubuhnya sampai saat ini… mungkin merupakan salah satu rahasia Tuhan; sikap seperti tidak akan membawanya ke perkembangan yang lebih baik, dalam markas.

Buruk, malah.

“Katerina Efcileisthenes.”

Alis terangkat. Senyum usil kini berubah menjadi sebuah senyum gembira; gadis berambut coklat yang tadi ditanyakan namanya kini menggumamkan nama. Mulut pria ini membentuk huruf vocal, sedikit terkagum dengan nama panjang yang diberikannya. Efci… Efcile? Tenis? Mata hitam berkedip beberapa kali, mencoba untuk memroses nama yang baru saja masuk melalui telinganya. Otak bekerja, namun tidak menghasilkan output dari nama yang perlu ia hafal.

…singkat kata, ia tidak tahu nama gadis ini dengan sekali sebut.

Karena itu, pria ini pun tetap menjaga senyum ramahnya. Tangan kanannya tidak sengaja menggaruk-garuk rambut tajamnya; sebuah tanda bingung mau melakukan apa, terutama ketika mata hijau tersebut tampak menariknya jauh ke dalam hutam belantara tidak berujung, hingga akhirnya ia menjadi tawanan dari rakyat di dalamnya—

—dan mata hitam miliknya kembali berkedip, beberapa kali.

“Oh, ah… Yah, itu…”

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Eric Maxime-Olivier pada hari ini. Mungkin saja, yang tengah berbicara dengan Katerina sekarang adalah akuma yang sedang menyamar menjadi Finder ini, kemudian menyusup masuk ke dalam markas utama, melewati sistem pendeteksian akuma yang ada di pintu gerbang. Bagaimana tidak? Bila ada temannya melihat seorang Eric Maxime-Olivier ternyata kelihatan gagap, di depan seorang gadis, mungkin esok kiamat akan datang.

Eric Maxime-Olivier tidak pernah gagap di depan seorang gadis.

“..Uh, boleh kupanggil Katie?”

Sungguh, sebaiknya gadis tersebut menghargai usahanya untuk menyambung pembicaraan; gadis manapun belum pernah melihat bagaimana sumber penderitaan mereka (atau justru sumber kemarahan mereka?) kini takluk hanya karena warna zamrud yang dimiliki oleh… seorang gadis. Lihat bagaimana senyum tersebut perlahan berubah menjadi satu garis pertanda bingung—tidak terlalu kelihatan, setidaknya bila seseorang tdiak melihat wajahnya dari dekat.

Oh, dan matanya? Butir hitam tersebut berusaha mengalihkan perhatian dari kehijauan butir mata orang yang ada di depannya.
Back to top Go down
Fuchsia Scarlet

Fuchsia Scarlet


Posts : 166
Pemilik : Eri

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Eropa
Umur: 13 tahun

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime19th January 2010, 22:05

“Maaf,” satu kata saja, ia tidak terpikir kata lain lagi. “Kami terlalu terbawa suasana,”

“Tentunya, saya seharusnya merendahkan suara saya; bagaimanapun juga, nona kecil memang lebih senang dengan suasana hening bukan? …mengingatkan anda pada suasana perpustakaan.”

Fuchsia baru menyadari lagi rasa dingin yang menusuk kulit ini bukan berasal dari perpustakaan. Iris cokelatnya yang semua memandang teks buku dongeng, kini melihat suasana sekitar. Ternyata terlalu sering dalam satu tempat itu memang mengerikan, yah. Dan harusnya, bukannya di saat seperti ini Fuchsia minta maaf karena bersikap keras seperti tadi?

Tapi yang ada, dara bersurai cokelat mahoni itu hanya mengangguk, lalu melanjutkan membaca. Baru 1-2 halaman yang dibaca, mendadak dia malah kehilangan semangat membaca. Entah kerasukan setan apa sampai-sampai keinginannya dalam membaca turut terganggu oleh sebuah mood. Mau tidak mau, Fuchsia menutup bukunya, hanya pelan. Namun wajahnya yang merengut karena kebahagiaannya mendadak menguap terlihat begitu jelas.

Kalau begini, siapa yang harus disalahkan??





Spoiler:
Back to top Go down
http://www.eri-diary93@gmail.com
Katerina Efcileisthenes

Katerina Efcileisthenes


Posts : 19

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Eropa
Umur: 19 y.o.

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime21st January 2010, 21:44

Kattie, hm?

Hahaha. Pertama kalinya ia diberi nama panggilan seunik itu, paling aneh mungkin ‘Efci’ dari Audrey. Sempat ia memprotes nama panggilan aneh itu, tapi lama kelamaan terbiasa juga karena nada bicara Audrey yang terdengar sangat senang dan bangga atas nama panggilan yang ia buat. Sebagian besar memanggilnya Kate, ada juga yang Rina—Vassilis, hanya Vassilis yang diijinkan—sisanya hanya Katerina. Dunia kedokteran tampaknya tidak membudidayakan kreatifitas dalam sosialisasi.

Kali ini ia justru bingung mau menjawab apa. Kattie, nama yang cukup..menarik sebenarnya. Iris harlequin-nya sejenak mengembang karena kaget, masih bingung entah ia mau menerima nama itu atau tidak. Sejujurnya Kate bukanlah orang yang mengutamakan image dari pandangan orang luar, termasuk namanya yang terbilang panjang tapi cukup sederhana bagi para masyarakat Yunani.

Tidak lama, gadis itu tersenyum, tanda setuju, tanda senang, tanda bahwa ia menyukai nama yang diberikan oleh pria di depannya. “Tidak masalah, terima kasih,” ya, ia cukup menyukai nama panggilan itu. Nama yang diberikan oleh orang yang tidak ia kenal; dalam artian belum pernah melihat wajah atau mendengar namanya. Maaf, dia orang baru di sini.

Melihat pria di depannya panik seperti itu—panik dalam pandangannya, sepertinya—lumayan membuatnya ingin tertawa. Lucu. Pria berotot dan kekar di depannya sepertinya menyenangkan dan lucu jika bersikap lebih natural dan mengesampingkan sifat gentlemannya itu.

“Dan kau?”

No offense, ngomong-ngomong. Ia melirik gadis di depannya dan tidak berani mengganggunya. Benar-benar tidak berani.
Back to top Go down
Eric Maxime-Olivier




Posts : 18

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Eropa
Umur: 21 tahun

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime28th January 2010, 15:13

Aha, ternyata boleh.

Pemuda Prancis ini menyunggingkan sengiran yang biasa, makin lebar hingga orng biasa pun mengira hal tersebut tidak mungkin. Kegirangan? Wajah dari pemuda itu menggambarkan emosi tersebut secara keseluruhan--seperti anak anjing yang kegirangan karena diperbolehkan melakukan sesuatu; dalam kasus ini, interaksi secara sosial.

“Dan kau?”

Bonusnya, ia menanyakan balik lagi.

"Je suis Eric." Pemuda tersebut berujar, sembari merundukkan tubuh ala bangsawan--kontras dengan darah orang biasa yang mengalir pada dirinya. Sebuah sindiran akan sistem strata yang sempat menjamur di buku sejarah bangsanya? Tidak, ia hanya mencoba bersikap sopan di depan seorang wanita...

...dengan bahasa yang salah, sayangnya.

"...Err, yah... Namaku Eric. Eric Maxime-Olivier. Dari Prancis." Potongnya cepat, setidaknya sebelum Kattie bertanya-tanya bahasa dari dunia apa yang ia pakai. Setidaknya, gadis tersebut dapat mengetahui darimana ia berasal dengan mengobservasi gesturnya, bukan?

"Bagaimana denganmu, Kattie?" Pertanyaan pemuda ini simpel dan standar. Tidak perlu ia bertanya lebih untuk saat ini; une chose à la fois...



OOC:
Je suis Eric = I'm Eric
une chose à la fois... = one thing at a time...
Back to top Go down
Fuchsia Scarlet

Fuchsia Scarlet


Posts : 166
Pemilik : Eri

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Eropa
Umur: 13 tahun

[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime9th February 2010, 19:43

Bosan...

Satu kata yang langsung tergambarkan jelas dalam pikiran Fuchsia, bahkan terlihat jelas di wajahnya. Kalau rasa malas merayap begini, jelas tidak ada yang ingin dikerjakan. Jangan lupa, Fuchsia sedang tidak ada pekerjaan, apapun itu.

Helaan nafas terdengar jelas dari dara 13 tahun —ralat, hampir 13 tahun tersebut. Bukunya yang kini tertutup, menjadi alas untuk menumpu kedua sikunya. Sedangkan kedua telapak tangannya menumpu kepala. Kedua iris Fuchsia yang sayu kini malah memandang ke arah 2 insan di dekatnya.

Telinganya yang akhirnya menyimak pembicaraan baik-baik, mengetahui bahwa kedua orang itu bernama Kattie —katanya boleh dipanggil begitu dan Eric. Otaknya tidak mau menerima ingatak lebih dari itu. Lagipula, toh nanti juga lupa lagi. Nggak ada untungnya untuk diingat bukan?

Ingin ikut bicara juga?


—Tidak. Jangan bercanda.
Back to top Go down
http://www.eri-diary93@gmail.com
Sponsored content





[CENTRAL] Wondering Empty
PostSubject: Re: [CENTRAL] Wondering   [CENTRAL] Wondering I_icon_minitime

Back to top Go down
 
[CENTRAL] Wondering
Back to top 
Page 1 of 1
 Similar topics
-
» [CENTRAL] Looking Around
» [CENTRAL] Loneliness
» [CENTRAL] I Have Never Ever!
» [CENTRAL] A Cup of Tea?
» [Central] Bored

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Black Order Headquarters :: Black Order Archives :: Incomplete Tales-
Jump to:  
Create a forum | ©phpBB | Free forum support | Report an abuse | Forumotion.com