[Pre-event] Arthem Seravine - Evangeline Reginald

Januari, musim ramai menuai benih. Benih apakah itu? Oke, benih cinta jika bisa dibilang, juga jika melihat pengumuman dan kabar sana-sini mengenai sebuah acara etnik di Eropa sana bertajuk: Valentine Grand Ball. Yap, acara super yang melibatkan banyak pihak dari seluruh cabang Black Order. Huff, bisa-bisanya mereka mengadakan acara macam ini dipenghujung musim dingin yang amat sangat merepotkan. Akhir bulan ini saja markas dipenuhi tumpukan salju dan em—ya, tidak banyak orang yang mau keluar menjalankan misi karena badai di mana-mana. Hidup Amerika, suasananya kacau.

'Sigh'

Helaan napas. Membuat pria dua-puluh-lima-tahun ini bahkan melingkarkan syal yang lumayan tebal di lehernya. Menghentikan acara lari pagi seperti pada awal bulan lalu karena akhir bulan salju lebih banyak dan jalanan lebih licin. Menghabiskan waktu dengan merawat kucing hitam yang ditemuinya beberapa saat lalu. Kucing yang menyebabkan kegemparan, hihi, kalau Arthem justru menyukai kucing bermata emas ini. Ia terlihat eksotik loh, dibandingkan binatang peliharaan lain.

Oh! Berkenaan dengan acara Valentine itu, terbesit ide untuk mengikutinya. Bukan, bukan karena sang Seravine adalah penggila pesta. Namun ingat tujuan awalnya, ia ada di sini untuk melacak informasi mengenai si Mikhailov yang menjadi buronan dan hilang. Markas Amerika tidak memberikan banyak pengetahuan, jadi butuh informasi lebih yang mungkin bisa didapatkannya di acara pertemuan seluruh cabang di Eropa sana. Right, ide bagus. Sekarang tinggal mencari siapa yang mau menjadi pasangannya? Si kecil Estrella? Wah! Kakaknya kan galak! Atau... si kecil Jenderal Lea itu? Ah tidak, berurusan dengan General aneh yang tasteless itu membuatnya pusing. Hm, atau—melirik kucing hitam dipangkuannya. Nona pemilik pecut yang takut kucing?

...

Menyeringai. Ide bagus atau ide buruk? Setidaknya kalau ini adalah pesta, ia bisa menahan agar sang nona tidak melempar-lemparkan sabuk kulitnya ke mana-mana kan? Dan sebagai gantinya Arthem tidak akan membawa si kucing sayang.

Well, jadi di mana nona Reginald? Atau Arthem panggil dengan: Evaricchi?

"Biasanya ada di sini,"

Memasuki ruang santai tempat para staf beristirahat. Berjalan ringan, membawa kucing di tangannya. Oh tentu, sambil memasang mata mencari sang wanita. Biasanya sih ada bunyi teriakan kalau ada dia, khususnya bunyi dari cambukkan maut tersebut.

CTAARR!

Bunyi tersebut bergema di penghujung koridor penghubung antara ruang kerja dengan ruang rekreasi. Satu hal yang pasti, ketika suara tersebut terdengar di sekitar cabang Amerika, maka ada kans seorang gadis berambut coklat mendecak kecewa dengan apa yang terjadi di sekelilingnya (seperti ketidaksigapan staf internal dalam menjalankan tugasnya) atau menyumpah berbagai macam serapah, hanya karena tugasnya bertambah banyak karena kelalaian pihak lain.

Seperti, contohnya, seorang Exorcist yang diduga tengah memelihara hewan laknat berwarna hitam itu.

Derap langkah yang dipercepat membuat hawa dingin noneksisten--satu lagi ciri khas gadis yang katanya keponakan jauh Jendral Kohler. Terserah apa kata orang-orang; bagaimanapun caranya, ia ingin tugas yang ada di depan mata selesai, tidak ada yang mengacau, dan tak ada yang berbuat ulah. Bila sosok gadis berambut coklat ini hingga dikatakan sebagai sosok yang mengerikan, tidak mengenal ampun, ataupun eksekutor bagi mereka yang melanggar kode etik kerja, so be it. Peran itulah yang akan ia mainkan.

Gadis ini sampai di depan ruang rekreasi. Sampai di tempat yang ia tuju, sembari memamerkan cambuknya--coklat seakan baru saja digosok. ...itu memang benar.

Ketika tangannya membuka ruangan tersebut, ia justru melihat suatu pemandangan yang sangat ia tidak harapkan tepat saat ini. Maaf saja bila staf aktif kehilangan satu orang anggotanya, karena pemuda berambut ungu yang ada di hadapannya saat itu adalah orang yang paling dicari untuk saat ini. Hanya karena satu hal kecil.

Hal kecil yang membawa masalah bagi si gadis muda.

"KAU!"

Suaranya memang menggelegar. Namun, bila diperhatikan lebih jauh, apa suara yang menggelegar tersebut mungkin gabungan antara gertakan, amukan, dan teriakan rasa takut.

Singkat kata, suaranya bisa dibilang histeris.

"Si-singkirkan makhluk itu!" Seruan gadis itu dibarengi dengan sebuah pecutan, mengenai lantai depan dekat Arthem Seravine--hampir saja mengenak kakinya. "Pembawa sial dan kekacauan! Seravine, sampai kapan kau akan me-me--"

Satu kata yang sebenarnya tidak ingin ia keluarkan, karena Arthem Seravine tahu bahwa ia akan melakukannya.

"--liharanya?!"

CTARR! CTAARR!!

Begitu deh suaranya kalau tidak salah. Dari radius yang dapat dijadikan pacuan pendengaran manusia kini Arthem yakin bahwa orang yang dicarinya sudah tidak jauh. Yap, bisa mendeteksi seperti itu bukan pekerjaan sulit. Lihat saja telinga si kucing manis yang sudah mengangkat dan meringkuk seperti melihat ibu tiri. Lucu, iya memang. Kelakuak orang-orang pun tak ada bedanya, saling berbisik seakan ada petugas keamanan dan ketertiban yang akan merazia mereka.

Oke, ini dia.

1...

2...

3.

"KAU!"

Gelegar suara terdengar nyaring di telinga. "Uh..." memasang senyum sayu yang tetap jahil sambil menutup telinga—kucingnya. Hey, kucing punya telinga yang lebih besar dari manusia, bagaimana kalau ia tuli karena mendengar bunyi yang lebih sadis daripada suara petir begitu?

Melongok ke belakang. Secercah ekspresi yang lazim-tidak-lazim ditampakkannya. "Oh kebetulan Evaricchi aku me—"

CTARR!!

Kibasan sabuk kulit menghantam lantai hampir mengenai tuan Seravine yang padahal punya maksud baik. Eh! Ada yang salah dengan wajah gantengnya? Mundur beberapa langkah, menunggu nona Reginald untuk menuntaskan bicaranya. Apa masalahnya? Makhluk? Menatap si hitam di tangannya, si kecil ini, kenapa?

Bingung sejenak (yang pasti dibuat-buat). "Apa yang salah dengan makhluk imut ini eh? Ya tentu memelihara sampai ia bisa berkembang biak dan—" mengerling memandang wajah tertekan di depannya. Yang salah apa ya? Mengerjap beberapa kali, memandang Evangeline Reginald dan kucing hitam.

Kucing?

... oh!

"Oh! Iya aku lupa, kau takut kucing kan!" Berseru dengan suara lantang (disengaja) seakan adalah pengumuman besar bagi seluruh penghuni markas Amerika tercinta ini. "—kan?"

Kumat.