[AMERICA] A New Beginning

Tempat: Tempat Latihan
Timeline: Pagi, sekitar pukul 06.00

kalau bisa semua dari cabang ini ikut ya~

---

Pagi yang dingin, dengan butiran salju yang turun sejak dini hari tadi. Mereka tampak indah, tentu, tapi suhu udaranya membuat orang menggigil kedinginan. Pasti tumpukan salju di luar markas sudah agak tinggi.

Gray Levantine Claude terbangun dari tidurnya. Suhu dingin itulah pengganggu tidur nyenyaknya. Pemuda bermata heterochromia itu menyesal tidak membawa baju hangat ataupun setidaknya syal dari markasnya yang dulu, cabang Asia di China. Kini Gray hanya bisa menggigil seraya meniup-niup tangannya, walaupun ia tahu hal itu tak begitu berarti.

Beranjak dari tempat tidurnya dengan perlahan, Gray kemudian berganti seragam. Seragam exorcist jauh lebih hangat daripada baju tidur miliknya yang agak lusuh itu, tapi tetap saja udara dingin masih belum pergi juga.

"Kupikir, lebih baik melakukan sedikit pemanasan untuk menghangatkan tubuh," ucapnya agak malas. Hei, kalau tubuhnya didiamkan begitu saja di kamar mungkin pemuda itu akan terkena sakit.

Kemudian ia ke luar dari kamarnya, menuju tempat latihan.

---

Gray tidak langsung sampai ke tempat latihan itu. Lorong-lorong yang jumlahnya banyak itu tentu membuatnya tersesat, walaupun sudah hampir setahun Gray bekerja di cabang ini.

Tak banyak pikir, ia langsung melakukan gerakan push-up, dan semacamnya.

---

Setelah melakukan sedikit warming up tadi, ia berpikir untuk berjalan-jalan sedikit mengelilingi markas.

"Ada yang mau menemaniku berkeliling?" teriaknya lantang tanpa ragu.

"Hatchi!"

Sepertinya pagi hari di musim dingin di Amerika kurang bersahabat bagi pria Asia satu ini, yang masih tidak kuat dingin meski sudah lama ditempatkan di cabang tersebut. Sarung tangannya yang biasa sudah ia ganti menjadi yang lebih tebal. Ia pun memakai syal tebal yang dililitkan berkali-kali di lehernya. Tapi tetap saja, ia kedinginan.

"Hatchi!!"

Dai Fong sendiri tidak mengerti kenapa mendadak ia berjalan ke tempat latihan. Dalam cuaca dingin begini, seharusnya ia banyak menghemat tenaga. Dan lagi, ia mau berlatih apa? Sekalinya ia tidak sengaja meng-invoke Innocence-nya, bisa-bisa tangannya langsung kena frostbite seketika karena suhu kipas bajanya pasti sudah sanga dingin.

Uuuh... Aku ingin pulang ke Cina ;_;

Rasanya Dai Fong sudah siap menangis meratapi nasibnya yang menurutnya tidak kunjung membaik. Suhu terasa semakin dingin, dan Dai Fong bisa merasakan telinganya sudah mulai mati rasa. Tetapi saat ia melihat beberapa orang yang melakukan gerakan pemanasan, sepertinya mereka tampak lebih hangat.

Quote :

"Ada yang mau menemaniku berkeliling?" teriaknya lantang tanpa ragu.

"Aah... aku ikut..." jawab Dai Fong agak asal. Ia bersedia diajak jalan-jalan atau apalah, yang penting tubuhnya bisa jadi lebih hangat.

"Salju~!" itulah yang pertama kali diteriakkan Estrella ketika membuka tirai jendela kamarnya. Ya, memang dari kemarin Amerika sudah bersalju, lalu apa yang membuatnya begitu spesial sehingga ia kegirangan seperti ini?

"Salju putih memang bagus ya... Seperti rambutnya General Shreizag," ujarnya pada dirinya sendiri, pipinya merona merah membayangkan wajah General yang disukainya. Gadis Meksiko ini meregangkan kedua tangannya, kemudian beranjak dari tempat tidur. Setelah memakai seragam Exorcistnya, tak lupa Estrella mengambil syal rajutannya dan melilitkan syal berwarna putih-krem itu di lehernya. Sambil bersenandung riang, ia keluar dari kamarnya.

---

Tempat yang ditujunya pagi ini bukan laboratorium kakaknya untuk bercerita bagaimana indahnya salju pagi ini mengingatkannya pada General Shreizag; melainkan area latihan. Kenapa area latihan? Ia pikir, pagi-pagi begini ada baiknya tubuh dihangatkan dengan sedikit berolahraga.

Sesampainya di sana, ia dapat melihat ada beberapa orang yang sudah mulai melakukan latihan pagi... Wah, orang-orang ini bersemangat sekali ya? Estrella tersenyum senang, merasa semangat orang-orang itu mengalir pada dirinya juga. Ketika ia baru selesai melakukan stretching singkat, terdengar seseorang berteriak;

"Ada yang mau menemaniku berkeliling?"

Estrella memperhatikan orang itu baik-baik. 'Ahh! Bukankah dia Exorcist baru yang pernah diceritakan kakak? Siapa ya namanya...'

Gadis berambut pirang pucat ini mengangkat sebelah tangannya sambil mendekati Gray, "Aku mau ikut~! Kamu pasti Gray Levantine Claude ya?" tanyanya riang.

"Aah... aku ikut..."

Estrella menoleh ke sumber suara yang terdengar lemas itu, "Ah, Dai Fong! Kamu tidak apa-apa? Kedinginan ya?" tanya Estrella retoris, seharusnya ia tidak perlu bertanya seperti itu karena orang Asia memang tidak bisa langsung beradaptasi dengan musim seperti ini... "Nah, ayo, kita sama-sama berkeliling supaya kamu tidak kedinginan lagi!" lanjutnya sambil tersenyum lebar. Sungguh, Estrella merasa sangat bersemangat pagi ini.

Ah, muncul seorang lagi. Wajahnya tidak terlalu asing, karena bagaimanapun mereka bekerja di departemen yang sama.

Quote :

"Ah, Dai Fong! Kamu tidak apa-apa? Kedinginan ya?"

Dai Fong tidak menjawab, karena rasanya tidak perlu dijawab lagi. Hidung dan telinganya sudah sangat merah, menandakan ia sudah kehilangan banyak suhu tubuhnya. Kedua tangannya yang meski sudah dilapisi sarung tangan tebal masih diapitnya rapat ke kedua ketiaknya.

Quote :

"Nah, ayo, kita sama-sama berkeliling supaya kamu tidak kedinginan lagi!"

"A--ayo..." jawab Dai Fong singkat dengan suara gemetaran. Bagaimanapun juga, pria Asia ini masih sulit beradaptasi... padahal sudah 13 tahun ia hidup di sana, 3 tahun lebih lama daripada waktu hidupnya di Asia.

Siapa bilang lingkungan bisa mengubah ketahanan fisik seseorang?! protes Dai Fong dalam hati.

Muncul 2 orang yang tidak terlalu dikenal oleh Gray seketika itu juga. Gray kemudian berusaha mengingat nama mereka berdua. Rasanya akan aneh kalau berjalan-jalan bersama orang yang belum dikenal dengan baik, bukan?

"Hmmm," gumam Gray sambil berpikir. "Ah! Rovers dan....Tek?"

Yak, jawaban Gray dirasa memang tepat. Fiuh, rupanya otaknya masih bisa berjalan dengan baik. 'Syukurlah suhu dingin ini tak membekukan otak kecilku, hahaha' tawa Gray dalam hatinya. Kemudian ia tersenyum lebar dan mengencangkan headbandnya.

"Semangat yang bagus! Ayo langsung saja! Kita mulai dari mana, hei?" sahutnya bersemangat. Hal yang disukai Gray adalah mendapat teman baru.

---

OOT : bawa jalan-jalan ke manapun deh, ke semua bagian di markas.. Ayo tour guide! *dihajar*

"Ah! Rovers dan....Tek?"

Estrella mengangguk mantap, namun ia mendekati Gray, kemudian berbisik di telinganya, "Dai Fong tidak suka dipanggil dengan marganya! Panggil dia Dai Fong saja, ya? Nanti dia marah lho~" ia tertawa kecil, salah satu tangannya menutupi bibirnya.

"Semangat yang bagus! Ayo langsung saja! Kita mulai dari mana, hei?

"Eng~" Estrella menghentak-hentakkan kakinya pelan ke lantai, berpikir. "Hei, mumpung masih pagi, bagaimana kalau kita ke kafetaria untuk sarapan?" ia mengatupkan kedua tangannya, seraya tersenyum lebar, "Pasti menyenangkan kalau makan sup hangat di pagi yang dingin begini, dan, lebih menyenangkan lagi kalau makannya bersama-sama!"

Ia menarik lengan Gray, kemudian meraih lengan Dai Fong juga, membuatnya berada di tengah-tengah mereka, "Sehabis itu, kita berkeliling! Ayo, isi tenaga dulu!" ajaknya dengan ceria.

Quote :

"Hei, mumpung masih pagi, bagaimana kalau kita ke kafetaria untuk sarapan?" ia mengatupkan kedua tangannya, seraya tersenyum lebar, "Pasti menyenangkan kalau makan sup hangat di pagi yang dingin begini, dan, lebih menyenangkan lagi kalau makannya bersama-sama!"

"Ide bagus..." gumam Dai Fong pelan sebelum mulai bersin lagi. Sebenarnya yang diinginkan Dai Fong adalah makan stew hangat banyak-banyak, menumpuk selimut banyak-banyak, lalu tidur melingkar di bawah selimut itu sampai musim dingin berakhir. Tapi, bagaimanapun ia bukan beruang, jadi terpaksalah ia terus melaksanakan rutinitasnya sebagai seorang manusia.

Kalau aku terlahir lagi suatu saat nanti, aku mau jadi beruang saja...

Estrella lalu menarik tangannya dan Gray, lalu dengan semangat mengajak kedua pria itu makan bersama. Dai Fong melirik ke arah Estrella dan menimbang seberapa tipis pakaian yang dikenakannya.

"Estrella... tidak dingin?" tanya Dai Fong pelan. Sebenarnya bukan tempatnya untuk bertanya seperti itu (karena bagaimanapun yang hampir beku kedinginan adalah Dai Fong sendiri), tapi ia sering tidak tega melihat orang lain kesusahan (meski dirinya sendiri juga sedang mengalami kesusahan).

Tap... Tap... Tap...
suara langkah kaki yang mantap bergema di lorong yang sepi di pagi hari itu

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan akhirnya Eisen sampai juga di markas Amerika, tempat dimana dia akan menghabiskan tahun-tahun selanjutnya.

Lorong yang panjang dan berkelok, begitu membingungkan untuk orang baru Seperti Eisen.

"Oh my, tampaknya saya terpaku pada keindahan pagi ini sehingga tidak memperhatikan langkah kaki saya, het werkelijk mooi"

Gumaman yang dia kemukakan kepada dirinya sendiri.

Koper tangan yang berisikan pakaian seadanya untuk dirinya, masih dia genggam, tampaknya tidak semudah itu mencari ruang General yang akan menjadi kediamannya.

Melanjutkan langkahnya yang tanpa arah. Kemudian sayup-sayup terdengar suara percakapan dari salah satu lorong tersebut.

Quote :

"Ah! Rovers dan....Tek?"

Tampaknya di tempat yang sepi ini mencari arah suara bukanlah hal yang sulit.

"Ah, suaranya ada seseorang disini, tampaknya saya bisa bertanya pada mereka"

Tujuan sudah ditetapkan, kini Eisen bergerak menuju asal suara itu.

Quote :

Estrella menghentak-hentakkan kakinya pelan ke lantai, berpikir. "Hei, mumpung masih pagi, bagaimana kalau kita ke kafetaria untuk sarapan?" ia mengatupkan kedua tangannya, seraya tersenyum lebar, "Pasti menyenangkan kalau makan sup hangat di pagi yang dingin begini, dan, lebih menyenangkan lagi kalau makannya bersama-sama!"

sumber suara itu kini makin jelas, terlihat beberapa orang sedang bercakap-cakap disana.

Eisen memutuskan untuk menyapa mereka dan mendekati salah satu diantara mereka yang memiliki paras asia.

"Semangat masa muda di pagi hari yang indah ini, recht ?" (recht = right in dutch)

kemudian Eisen melihat seorang perempuan diantara batang para pemuda yang sedang berbincang-bincang itu

"Ah, my lady, Perkenalkan nama saya Eisenberg val Greet dan saya beruntung dapat tersesat dan bertemu hal yang indah seperti my lady"

Eisen membungkuk dan memberi hormat pada perempuan itu.

[OOT= nice to meet you all ]

Walaupun sudah warm up sedikit tadi, entah kenapa tubuhnya masih tetap kedinginan. Fuuh, Gray meniup telapak tangannya yang berwarna pucat dan menggesekkannya. Bagaimana tidak kedinginan, ia tidak memakai aksesori lainnya selain seragamnya. Tak ada penghangat macam syal atau sarung tangan.

Kemudian, Estrella Rovers, rekan exorcistnya, tersenyum lebar sambil menggandeng tangannya (dan Dai Fong juga sih). Melihat senyum Estrella barusan, entah kenapa hatinya terasa hangat. Gray membalas senyum hangat itu dengan tulus. Hmm, perasaan yang aneh muncul. Semacam senang, malu, bercampur aduk. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.

'Ah, mungkin cuma perasaan saja,' batin pemuda berambut abu itu.

Hmm, pergi ke kafetaria mungkin ide yang bagus. Membayangkan semangkuk sup di pagi yang dingin? Sangat menggiurkan tentu.

Kemudian ia melihat General yang baru dilihatnya kali ini. Siapa namanya? Ah, dia menyebutkan namanya Eisenberg val Greet. Gray hanya tersenyum kecil saat Eisen menyapa Estrella. Ya, hanya Estrella yang disapanya.

"Ah, anda tersesat juga? Ayo kita berkeliling bersama, kalau begitu?" ucap Gray polos sambil tersenyum.

---

OOT : kalau uda disetujui Eisen, langsung menuju kafetaria! xD

[OOT : Gyaaaa, Eisen~! xD Kenapa pink? =)) *guling-guling*]

---

"Estrella... tidak dingin?"

Dai Fong bertanya, Estrella menjawab dengan tawa kecil pada awalnya, "Tentu saja tidak! Aku sudah terbiasa dengan musim di sini, Dai Fong. Lagipula, aku kan sudah memakai syal ini," ia tersenyum, "Makanya, kamu juga harus banyak bergerak supaya terasa hangat!" katanya dengan ceria, memberi senyuman lebar pada Dai Fong dan menepuk punggungnya beberapa kali.

Kemudian, datanglah seseorang yang baru Estrella lihat.

"Semangat masa muda di pagi hari yang indah ini, recht ?"

Estrella menoleh, mendapati sesosok yang tidak dikenalnya--tunggu, kemarin kakaknya bilang padanya kalau akan ada General baru yang datang ke markas. Hmm, melihat dari koper kecil yang dibawanya, dan ciri-cirinya, Estrella yakin kalau pria ini adalah orangnya. Siapa namanya?

"Ah, my lady, Perkenalkan nama saya Eisenberg val Greet dan saya beruntung dapat tersesat dan bertemu hal yang indah seperti my lady"

Wajah Estrella sedikit memerah dipuji seperti itu; ahh, andai yang memujinya adalah General Halverson... "Sama-sama, suatu kehormatan juga dapat bertemu dengan Anda, General Eisen," katanya, sambil mengulurkan tangan kanannya pada pria Belanda itu. Terlepas dari penampilannya yang agak eksentrik, rupanya General ini gentleman juga.

"Ah, anda tersesat juga? Ayo kita berkeliling bersama, kalau begitu?"

"Ah, oh iya!" Estrella mengatupkan kedua tangannya sekali lagi, "Apa Anda belum menemukan ruang pribadi Anda? Biar sekalian kami antarkan." tawarnya, "Eng, atau Anda mau bergabung dengan kami untuk sarapan bersama? Pasti lebih menyenangkan kalau lebih banyak orang yang ikut," akhirnya sambil memberi senyum hangat.

Quote :

Wajah Estrella sedikit memerah dipuji seperti itu; ahh, andai yang memujinya adalah General Halverson... "Sama-sama, suatu kehormatan juga dapat bertemu dengan Anda, General Eisen," katanya, sambil mengulurkan tangan kanannya pada pria Belanda itu. Terlepas dari penampilannya yang agak eksentrik, rupanya General ini gentleman juga.

Eisen menyambut uluran tangan dan memberikan kecupan ringan pada tangan Estrella.

Quote :

"Ah, anda tersesat juga? Ayo kita berkeliling bersama, kalau begitu?"

"Ah, oh iya!" Estrella mengatupkan kedua tangannya sekali lagi, "Apa Anda belum menemukan ruang pribadi Anda? Biar sekalian kami antarkan." tawarnya, "Eng, atau Anda mau bergabung dengan kami untuk sarapan bersama? Pasti lebih menyenangkan kalau lebih banyak orang yang ikut," akhirnya sambil memberi senyum hangat.

"Saran yang baik, weinig jongen" (weinig jongen=little boy)

"Sayangnya tubuhku yang indah dan rapuh sudah tidak kuat untuk berdiri lebih lama lagi"

Eisen mengusap keningnya dan berlagak seperti orang yang pusing dan akan pingsan

"Seperti yang my lady ucapkan, mungkin di antara kalian atau kalian semua dapat mengantarkan saya ke ruang pribadi saya ? masih banyak tugas yang harus saya kerjakan dan selesaikan"

tetap dengan gaya nya yang se akan-akan dapat pingsan kapanpun.

---

[OOT : pink kan kawaii~~ XD]

Ketika Estrella mengulurkan tangannya, Eisen malah menyambutnya dengan kecupan. Wajah Estrella memerah lagi, kode etik di Amerika dan di Eropa memang beda...

"Sayangnya tubuhku yang indah dan rapuh sudah tidak kuat untuk berdiri lebih lama lagi"

"Eh..." ia berucap, sembari memperhatikan gerak-gerik Eisen yang nampak seperti orang yang hendak pingsan.

"Seperti yang my lady ucapkan, mungkin di antara kalian atau kalian semua dapat mengantarkan saya ke ruang pribadi saya ? masih banyak tugas yang harus saya kerjakan dan selesaikan"

'Wah, ternyata jadi General memang sulit ya...' batinnya, ia merasa sedikit iba dengan keadaan Eisen, ia khawatir bagaimana kalau pria ini ditinggal sendirian, pingsan di tengah jalan, dan tidak ada yang menolongnya? Apalagi pria berambut pirang itu masih baru, belum mengenal siapa-siapa di markas yang luas ini. Merasa terpanggil untuk menolong, Estrellapun mengangguk yakin.

"Ya, tentu! Ayo, kawan-kawan, kita antarkan General Eisen dulu." ia menoleh pada kedua rekannya, Gray dan Dai Fong. "Kebetulan ruang pribadi General ada di lantai 3, jadi kita bisa sekalian melihat-lihat situasi markas," kali ini, ia memperuntukkan kalimatnya pada Gray dan Eisen sekaligus. "Dan jangan lupa kafetaria juga ada di lantai atasnya, jadi bisa sekalian kan?" ia mengedipkan sebelah matanya, meyakinkan.

"Ya, tentu! Ayo, kawan-kawan, kita antarkan General Eisen dulu."

"Uhh~" keluh Gray Claude dengan muka cemberut. Apa maksud General yang satu itu ya? Kenapa Estrella mau saja dengan General yang agak..unik itu. Uh, hatinya mendadak menjadi panas.

'Eh, panas? Kenapa harus panas? Memangnya ada apa dengan persetujuan Estrella? Uh, tapi tetap saja sebal~' gerutunya dalam hati.

Entah kenapa Gray tidak suka ide 'mengantarkan' General Eisen itu. Ia memasang muka cemberutnya untuk beberapa saat. Gray kemudian kembali membetulkan headbandnya yang agak longgar.

"Uh, ya sudahlah, apapun yang kamu mau saja, wahai tour-guide," ucapnya setengah hati.

Quote :

"Tentu saja tidak! Aku sudah terbiasa dengan musim di sini, Dai Fong. Lagipula, aku kan sudah memakai syal ini," ia tersenyum, "Makanya, kamu juga harus banyak bergerak supaya terasa hangat!" katanya dengan ceria, memberi senyuman lebar pada Dai Fong dan menepuk punggungnya beberapa kali.

Dai Fong hampir saja jatuh terjembab ke tumpukan salju akibat tepukan penuh semangat Estrella. Yaah, mau bilang apa lagi, kondisinya sekarang sudah seperti patung kaca yang siap pecah kapan saja. Meskipun daya tahannya tinggi, tapi sepertinya hal itu tidak berpengaruh di 'hadapan' musim dingin.

Kemudian, datanglah seorang General paling flamboyan yang dikenalnya, General Val Greet. Dai Fong bisa dibilang kehilangan respek pada General satu itu, karena sikapnya yang dinilai lebih mirip pemain theater ketimbang General. Mau bilang apa lagi, salah satu kakak Exorcist satu ini adalah General yang tangguh dan keras, jadinya ia sudah memiliki bayangan bahwa yang namanya General itu harus tangguh dan keras seperti kakaknya... meski pada kenyataannya tidak semua General seperti itu.

Quote :

"Ya, tentu! Ayo, kawan-kawan, kita antarkan General Eisen dulu." ia menoleh pada kedua rekannya, Gray dan Dai Fong. "Kebetulan ruang pribadi General ada di lantai 3, jadi kita bisa sekalian melihat-lihat situasi markas," kali ini, ia memperuntukkan kalimatnya pada Gray dan Eisen sekaligus. "Dan jangan lupa kafetaria juga ada di lantai atasnya, jadi bisa sekalian kan?" ia mengedipkan sebelah matanya, meyakinkan.

"Ter--terserah... yang penting... sup hangat dulu..." gumam Dai Fong. Ia kemudian mengangkat kedua tangannya untuk menutupi hidungnya, dan kembali bersin-bersin. Sepertinya yang paling butuh sarapan hangat adalah pria Asia mengenaskan satu ini.

Eisen tersenyum riang, dia angkat kembali tas kecil nya

Quote :

'Wah, ternyata jadi General memang sulit ya...' batinnya, ia merasa sedikit iba dengan keadaan Eisen, ia khawatir bagaimana kalau pria ini ditinggal sendirian, pingsan di tengah jalan, dan tidak ada yang menolongnya? Apalagi pria berambut pirang itu masih baru, belum mengenal siapa-siapa di markas yang luas ini. Merasa terpanggil untuk menolong, Estrellapun mengangguk yakin.

"Ah benar sekali my lady terkadang tubuh yang rapuh ini harus mencapai titik batasnya

Quote :

"Ya, tentu! Ayo, kawan-kawan, kita antarkan General Eisen dulu." ia menoleh pada kedua rekannya, Gray dan Dai Fong. "Kebetulan ruang pribadi General ada di lantai 3, jadi kita bisa sekalian melihat-lihat situasi markas," kali ini, ia memperuntukkan kalimatnya pada Gray dan Eisen sekaligus. "Dan jangan lupa kafetaria juga ada di lantai atasnya, jadi bisa sekalian kan?" ia mengedipkan sebelah matanya,

" nah kalo semua setuju tunggu apa lagi ? pimpin jalannya weinig jongen

Eisen masih bersemangat di pagi hari yang cerah itu

Estrella mengangkat satu tangannya ke atas, tetap dengan semangatnya yang sama, "Baiklah, ayo kita mulai turnya~!" serunya ceria, mengklaim dirinya sebagai pemimpin tur pagi itu. Mau bagaimana lagi, yang paling bersemangat di antara semua lelaki di sana adalah dirinya sendiri.

Ia mulai memimpin jalan, kemudian menoleh ke belakang, memastikan semua peserta tur mengikutinya. "Ayo, Dai Fong! Yang semangat!" ujarnya pada Dai Fong yang masih terlihat lemas dan sempat bersin-bersin tadi.

Sambil berjalan, gadis itu mulai menjelaskan bagian-bagian dari markas yang mereka lewati layaknya tour guide sungguhan. Ia sudah cukup lama berada di sana, 5 tahun, sehingga ia cukup mengenal seluk beluk tempat yang kini dipanggilnya 'rumah' tersebut.

Setelah beberapa lama, akhirnya mereka tiba di tempat perhentian pertama, ruang pribadi para General.

"Sepertinya ini ruang pribadi Anda, General Eisen," ia mengamati, dan dapat menemukan ukiran nama General berkebangsaan Belanda itu di depan pintunya, "Ya, silakan! Anda punya kuncinya kan?" katanya sambil melempar senyum lebar pada Eisen, "Kalau begitu, selamat beristirahat! Kalau perlu sesuatu, silakan cari kami." pamitnya, walaupun kata 'kami' yang diucapkannya sepertinya akan mendapat suatu bentuk pertidaksetujuan dari dua kawannya.

Setelah memastikan General baru itu nyaman dengan ruangannya, Estrella berbalik dan berbicara lagi pada kedua rekannya, "Nah, sekarang, ayo ke kafetaria!" ajaknya bersemangat, dengan senyuman yang masih belum berubah. Tanpa aba-aba, lagi-lagi Estrella menarik tangan kedua rekannya, dan mulai berjalan menuju kafetaria, sambil bersenandung sebuah lagu ceria.

Quote :

"Ayo, Dai Fong! Yang semangat!"

Dai Fong hanya bisa mengangguk pelan menanggapi semangat dari Estrella. Sepertinya gadis Meksiko satu itu tidak pernah kehabisan semangat. Mungkin Dai Fong harus belajar darinya supaya bisa lebih semangat dalam menjalani hari-harinya.

Tur pun dimulai, dan Estrella memandu mereka semua dengan lincah, seperti tour guide sungguhan. Sebenarnya, Dai Fong yang sudah tinggal di cabang tersebut jauh lebih lama dibandingkan Estrella tidak butuh penjelasan ataupun tur. Tapi karena semuanya menyetujui tur itu, ia ikut saja.

Akhirnya, mereka sampai di depan pintu General Val Greet. Estrella melepas General tersebut dengan riang, sementara Dai Fong hanya melambaikan tangannya lemas. Mau bagaimanapun juga, ia enggan mengeluarkan tangannya dari dalam saku seragamnya.

Quote :

"Nah, sekarang, ayo ke kafetaria!"

Gadis penuh semangat itu langsung menarik tangan Dai Fong dan Gray dan berjalan menuju kafetaria sambil bersenandung ria. Dai Fong dapat merasakan tangan Estrella yang sangat hangat, dibandingkan dengan tangannya sendiri. Entah kenapa, ia merasa jauh lebih hangat, dan wajahnya sendiri terasa memanas.

"Tangan Estrella... hangat, ya..." gumamnya pelan, tidak berharap untuk didengar gadis itu.

Senandung ceria gadis Meksiko ini belum berhenti, dan perjalanan mereka menuju kafetaria terus berjalan. Ia masih menggandeng kedua tangan rekannya, seraya menuntun langkah mereka agar sama dengan langkah semangatnya.

"Tangan Estrella... hangat, ya..."

Samar-samar Estrella dapat mendengar Dai Fong mengucapkan sesuatu, namun ia tidak berhasil menangkap keseluruhan dari kalimat itu. "Eh? Kamu bilang apa tadi, Dai Fong?" tanyanya sedikit penasaran. Sebelum menerima jawaban dari Exorcist asal Cina itu, Estrella sadar kalau sekarang mereka sudah berada di depan pintu masuk kafetaria dari aroma sedap yang dikeluarkan seluruh penjuru ruangan itu.

"Wahh~" ia berujar, memperhatikan sekeliling ruangan yang mulai ramai itu, "Ayo kita pesan makanan!" ajaknya ceria, kembali menarik kedua tangan rekannya untuk mengikuti langkahnya.

Setelah mengantar sang General itu ke tempat yang seharusnya, akhirnya grup turis itu menuju kafetaria yang sudah diimpi-impikan. Estrella menarik tangan Gray dan Dai Fong, membuat kedua pria itu sedikit bersemu merah. Gray merasakan perasaan yang aneh, semacam jantung berdebar, dan lain sebagainya. Tapi pemuda itu membiarkannya saja.

"Ayo kita pesan makanan!"

"Biar aku yang traktir!! Dai Fong juga!" ucap pemuda bermata heterochromia itu bersemangat. Uangnya memang lumayan banyak, ia termasuk orang yang tidak suka belanja aneh-aneh.

"Ayo pesan! Aku mau sup krim dan teh hangat! Kalian jangan ragu-ragu pesan, ya?" ucap Gray lagi sambil menunggu kedua temannya itu memesan makanan.

Tanpa diduga-duga, Estrella sepertinya mendengar gumamannya. Dai Fong merasa jantungnya melompat, dan ia bingung mau bilang apa. Untungnya, yang bersangkutan sepertinya tidak begitu peduli pada apa yang dikatakannya. Gray, seorang Exorcist yang terbilang baru, langsung dengan semangat mengatakan bahwa ia yang akan mentraktir.

"Bu... bukannya makan di markas itu gratis?" tanya Dai Fong pelan. Tapi ia sendiri tetap memesan sesuatu.

"Sup krim ayam dengan jamur, roti bakar, dan teh hangat. Ah, kalau ada bir hangat, minta satu sloki juga..." pesan Dai Fong. Ia lalu menunggu pesanannya datang, sambil kembali merapatkan syal dan jaketnya.

"Biar aku yang traktir!! Dai Fong juga! Ayo pesan! Aku mau sup krim dan teh hangat! Kalian jangan ragu-ragu pesan, ya?"

Estrella tersenyum geli, menahan tawa keluar dari mulutnya, "Gray, semua yang di markas itu gratis, termasuk makanannya! Kalau kamu mau mentraktir, nanti saja kalau kita jalan-jalan keluar," candanya, mengutarakan hobinya yang berwisata kuliner di kota. "Jadi mau makan sebanyak apa juga, boleh kok!" lanjutnya, sambil memberi senyuman lebar.

Dai Fong mengantri paling depan, diikuti Estrella, kemudian Gray. Setelah Exorcist asal Cina itu memesan makanannya, tiba giliran Estrella. "Ah, tolong sup ayam dengan roti, dan satu gelas coklat hangat. Bisa antarkan satu porsi untuk kakakku juga? Ganti saja coklatnya dengan kopi. Terima kasih!" katanya, sekaligus memesan untuk Elias. Kakaknya satu itu memang kadang-kadang lupa sarapan, sehingga Estrella hampir selalu mengingatkannya.

Estrella maju satu langkah ke depan, bergabung dengan Dai Fong yang juga sedang menunggu makanannya datang. Ia memperhatikan pria Cina itu sebentar, kemudian melontarkan pertanyaan yang mungkin tidak ingin Dai Fong jawab, "Dai Fong, tadi kamu mau bilang apa?"

Setelah berniat untuk mentraktir kedua temannya itu, akhirnya mereka memberitahu Gray bahwa makanannya itu gratis. Saking malunya, muka Gray langsung memerah.

"Uh, y-ya sudah nanti kapan kapan kita makan di luar! Itu janjiku!" ucapnya tegas, dengan muka merah.

Anak ini belum terlalu biasa di cabang Amerika, dulu di China pun sebenarnya ia jarang ke kafetaria, jadi lupa lupa ingat begitu.

"Kalian duluan saja deh...," ucap Gray perlahan, takut melakukan kesalahan lagi..

Apa? Ia melakukan 'kesalahan'?

"HYAAA!" teriak pemuda bermata heterochromia itu sambil menuju ke tembok terdekat, dan menabrakkan kepalanya ke tembok dengan keras. Ah, masokis mode : on rupanya... Mengingat melakukan kesalahan besar adalah 'switch on'-nya.

---

OOT : mau dibiarin boleh, mau dihentikan boleh, diapakan juga boleh

Quote :

"Dai Fong, tadi kamu mau bilang apa?"

Dai Fong langsung merasa mukanya memerah. Ia langsung panik mendadak. Ia sendiri tidak mengerti, kenapa ia harus merasa panik. Kalimat yang dilontarkannya tadi itu bukanlah sesuatu dengan maksud--

Tapi pikiran Dai Fong langsung teralihkan mendengar teriakan dari Gray, yang tampaknya sedang menabrakkan kepalanya ke tembok.

"Gray!" panggilnya kaget. Ia langsung berlari menghampiri pemuda itu, lalu langsung menutup mata dan dahi pemuda itu dengan tangan kanannya, lalu menarik kepalanya ke belakang.

"Jangan..." bisik Dai Fong pelan. Jantungnya rasanya hampir copot. Ia agak lemah pada kejutan, seperti ia lemah pada udara dingin.

Estrella tetap memandangi Dai Fong untuk menunggu jawaban darinya, namun yang ia dapatkan hanya wajah Dai Fong yang memerah dan gelagatnya yang panik. Kenapa? Apa ia salah menanyakan hal itu?

Sebelum jawaban yang dinantinya muncul, terdengar teriakan yang berasal dari rekannya yang satu lagi, Gray.

"HYAAA!"

Estrella jelas-jelas terkejut dengan perlakuan Gray yang tidak normal, spontan ia langsung berlari menuju kawannya itu. "Gray! Apa yang kamu lakukan sih?!" serunya, sambil mendorong dadanya menjauh dari tembok. "Apa-apaan yang tadi itu? Kenapa kamu menyakiti dirimu sendiri?" tanya Estrella tidak sabar, ekspresi wajahnya yang tadi masih ceria, kini berubah menjadi khawatir bercampur marah.

Ia memperhatikan kepala Gray yang tadi beradu keras dengan tembok, kemudian memegang dahinya, "Tuh, lihat! Jadi berdarah kan..." katanya pelan ketika melihat percikan merah di permukaan headband Gray. Wajah gadis Meksiko ini jelas-jelas terlihat cemas, namun bisa dipastikan ia akan memarahi Gray sekali lagi ketika anak itu memberi alasan, apapun itu.

Tak beberapa lama menyiksa dirinya, aksi pemuda bermata hijau ini langsung dihentikan kedua temannya itu. 'Eh, apa mereka khawatir padaku? Untuk apa?' gumanya pelan, agak bingung.

"E-Eh...? Hanya kebiasaan lama... Maafkan aku," ucapnya perlahan dengan tatapan bersalah. Gray jadi ingat semasa latihan dengan Lee dulu, dimana kalau ia membuat kesalahan, dirinya diberi hukuman fisik. Dari sanalah sifat masokisnya muncul, entah Lee sengaja atau tidak. Gray sih, biasa saja sampai sifat masokisnya muncul.

...dan belum pernah ada yang mengkhawatirkan dirinya saat menyiksa diri, hingga saat ini.

Namun dirasakannya darah mengalir dari dahinya, lumayan banyak hingga membasahi headbandnya.

Gray melepas headbandnya, dan sedikit menjilati bagian ikat kepala yang kotor oleh darahnya sendiri. Pemuda itu kadang suka berlaku aneh, tapi memang begitu sifatnya. Jangan tanya kenapa.

"Sudah, ayo kita makan!" ucapnya bersemangat dengan nada ceria seperti biasa. Headband yang kotor itu tidak ia pasang kembali, membiarkan luka di dahinya terlihat oleh orang lain.

---

OOT : kok pake Gray jadi serem ya, hahaha...