[ASIA]Sleepy Sleepy, my...

((Setting: koridor, dekat taman. Siang pukul 2 lewat sedikit, matahari terik
Timeline: 1 minggu setelah Battle Royale
Open for all ))

---

Santai sekali dia, ya.

Io Sobillatore--ia akui namanya lucu; ibu Korea ayah Inggris tapi kok marganya itu aneh bukan main. Ya, ya, sebenarnya ia malah tidak kepikiran soal marga anehnya itu. Hidup, lah. Jalani sajalah mau tidak punya marga sekalian juga yang penting hidup kan tidak ada masalah, toh? ...telat juga memikirkannya sekarang. Mau protes ke si ayah juga susah; dia di mana, si ayah juga di mana coba. Lagipula logis tidak sih memprotes orangtua karena marga yang aneh? Lantas protes ke mana? Nenek moyang? Sudah di atas tuh.

Ngomong-ngomong, kenapa topiknya jadi "marga"?

Asia oh Asia. Kenapa musim dinginmu begitu kering dan terik? Kau membuat orang ini kehilangan kewarasannya dan ingin minta dibekukan saja sekalian. Musim dingin setengah-setengah, kurang niat. Hwahahaha. Kalau kasus ini protesnya ke Dewa ya?

....

Ya sudahlah.

Seperti yang telah disebutkan di atas, nampaknya pemuda ini memang kehilangan kewarasannya. Tapi paling tidak ia berterimakasih pada staf manajemen yang berbaik hati membersihkan tempat ini. Sejauh mata memandang ada koridor, tapi kau bisa melihat satu pengganggu pemandangan di tengah koridor, dekat taman. Io menempatkan dirinya, tidur meringkuk, melingkar, atau apalah itu, seperti kucing atau kau boleh sebut kaki seribu. Dia tidur, tapi tidur ayam. Kalau ada yang ribut pasti dia bangun.

Dan asal tahu saja, dia sleep walker, katanya.

Jadi, ada yang bersedia menyeretnya dari sana?

Ah.

Eun Su--kemana?

Duduk di salah satu kursi ruangan staff dimana ia bekerja saat ini. Jas putih yang diharuskan pusat untuk dipakai anggota badan sepertinya terlihat membalut pakaian China berunsur merah fucshia miliknya saat ini, sebenarnya lebih nyaman menggunakan pakaiannya yang biasa seperti ini minus jas putih layaknya dia adalah seorang robot kebersihan markas. Membolak-balik data file yang memuat tiap korban yang lalu lalang masuk keluar ruangan ini, harus dilaporkan akhir minggu ini kalau tidak salah? Agak--malas rasanya. Menatap datar, dengan cepat melihat deretan nama yang tertera di atas file tebal tersebut.

Yang ringan seperti ini juga harus dilaporkan?

Harusnya tidak usah, sakit cecere yang dijilat saja sembuh ini kok. Menghela nafas perlahan, agak suntuk dengan keadaan yang dikondisikan serupa seperti ini tiap harinya--mengobati, menjaga, menulis laporan. Apalagi? Tak punya hak mengeluh karena ini adalah jalan yang ia pilih sendiri. Selain itu sepertinya jauh lebih baik keadaan yang sekarang ketimbang berada di kawanan jiě jiě yang lain. Keadaan mereka sekarang, bagaimana? Mungkin masih sibuk dengan tingkah mereka yang centil untuk menarik lelaki tampan yang kaya raya. Anggapan temannya mengenai saudara perempuannya yang lain tersebut.

Menopang dagu. Melirik sekilas partner kerjanya yang lain. Sekarang masih cukup waktu untuknya berkeliling barang sesaat kan? Mungkin lebih baik begitu. Berdiri dari tempatnya dan seketika melepaskan jas putih miliknya, tidak terlalu terbiasa membawa jas putih tersebut untuk dibawa kemana-mana. Cukup di ruang kerjanya saja, tidak masalah kan? Sementara itu akhirnya memilih untuk pergi ke taman saja, mungkin dapat sejenak mengistirahatkan pikirannya dari segala hal nyata kini. Rok panjang bergaya terusan dengan belahan di bagian kiri dan kanan paha terlihat mengikuti pergerakan tungkai kakinya.

Berbelok.

Dan mendapati suatu gundukan. Salah, ternyata--itu manusia. Tertidur? Atau jatuh pingsan? Perlahan mendekat dan memastikan pemuda tersebut masih bernafas dilihat dari nafas yang samar-samar terdengar. Dari penampang tubuh juga jelas terlihat sih apakah pemuda itu adalah mayat atau makhluk hidup, ia sudah cukup lama terjun di bidang ini. Lalu, apa yang harus ia lakukan? Menyeretnya? Masih dengan ekspresi tak berarti di wajahnya ia hanya memilih untuk duduk di samping pemuda tersebut. Merapatkan rok di balik pahanya mengingat gestur yang ia ambil sekarang ini adalah kedua kaki ditekuk tepat di depan dada.

Menunggu saja mungkin.

Pemuda ini cukup memiliki wajah yang cantik sih, mungkin bisa menjadi bahan ekspresimen kedua selain Eun Su nanti? Jarum miliknya jelas masih berada di persembunyiannya ini.

“Kimchiiiiiiiiiiiiiiii...”

Mengigau dalam tidur bukan suatu kebiasaan buruk. Jangan samakan mengigau dengan ‘ngorok’ yang bisa membuat tenggorokanmu sakit seletahnya. Justru kebalikannya, mengigau membuat orang melepaskan penderitaan jiwa dan raga selama tidur. Hei, hei, orang dalam tidurnya juga mengalami banyak hal kau tahu? Mimpi, misalnya menelusuri piramida dan dikejar-kejar mumi. Saat dikejar-kejar mumi entah kau tertawa atau berteriak ketakutan, pasti mengeluarkan suara, kan? Kalau semuanya ditahan—nah—DUARR!! Mungkin seperti gunung berapi.

Kau bicara apa, sih?

Kimchi buatan San-me selalu paling enak. Saking enaknya, Io selalu menjadi yang paling tidak tahu diri yang kerjanya menambah uang makan keluarganya. Gantinya ia akan dicincang, dibakar, direbus—bohong, cuma disuruh bekerja. Kalau di Black Order, mereka bisa mendapat apa saja tapi ia tidak mendapat Kimchi buatan San-me.

Io di alam bawah sadar mengubah posisi tidurnya, ia berbalik dan tangannya mengayun mengikuti tubuhnya. Secara tidak sengaja, “pok!” menyenggol sesuatu. Sentuhan tersebut mau tidak mau membuatnya terbangun.

“Pagi..” bergumam pelan lalu tidur lagi, dan tidak lama membuka mata lagi, “eh,” katanya kepada gadis yang ia sadari duduk di sebelahnya. “Namamu siapa?” PLAK! “Salah, salah, kau Ye Xia, aku ingat kok. Cuma mau tanya, ini jam berapa?”

Lapar, mau Kimchi.

Kurang tajam.

Merogoh kantung persembunyian yang menyimpan letak jarum-jarumnya dan mengeluarkannya. Mengamatinya sedemikian rupa untuk sekadar memeriksa kadar ketajaman yang masih cukup diperlukan untuk keperluannya secara pribadi. Kalau keadaannya begini sama saja ia harus membeli yang baru, akan menyulitkan menusuk titik tubuh dalam keadaan rapuh seperti ini. Tapi mungkin nanti, sekilas mendengar gumaman pemuda di sampingnya. Kimchi? Apa itu? Perasaan pernah mendengarnya tapi--lupa.

Perlahan mendekat.

"Kimchinya menyenangkan?", berbisik di telinga si pemuda yang masih tampak nyaman dalam tidurnya.

Ah. Dilihat semakin dekat, memang betul-betul sedikit mirip dengan Eun Su. Cantik. Berpikir, pemuda ini sedang tidur, tak akan sadar apa yang akan Ye Xia lakukan padanya sama dengan tak masalah jika Ye Xia melampiaskan rasa penasaran akan hukum gender yang begitu mudah ditentang dengan kepemilikan kedua ras yang seharusnya jelas berbeda. Perempuan yang tampan seperti lelaki dan kebalikannya, lelaki yang cantik seperti perempuan. Hal yang membuatnya penasaran selama ini dan selalu mengejar-ngejar Eun Su karenanya.

Jadi.

Sedikit saja tak masalah kan?

Tidak akan sakit kok, sungguh. Menyisipkan lengannya pada sebagian jarum yang sempat diletakkan kembali di balik pahanya tadi. Namun gerakan selanjutnya terhenti ketika si pemuda tiba-tiba mengambil tindakan tak terduga berupa perubahan posisi tidur dan--

POK!

Pok? Terdiam seraya memperhatikan bagian yang tak sengaja tersentuh oleh pemuda tersebut. Sapaan seakan tak menyadari apa yang disentuh, terlihat sangat santai, bahkan sempat menanyakan nama (walau akhirnya dijawab sendiri) dan akhirnya malah menanyakan pukul berapa sekarang. Masih terdiam dalam posisi terakhir dimana ia hendak mengambil jarumnya, walau tentu saja tindakan tersebut tak jadi diambilnya.

"Pagi juga..", respon balik atas sapaan tersebut walau nada datar masih tetap terlontar, tidak mengenal Ye Xia berarti tidak akan paham bahwa bukan ketidak ramahan yang ia maksud dari nada dan ekspresi yang ia berikan pada lawan bicara. Meskipun begitu, ia sendiri masih merasakan bagian tubuhnya masih disentuh si pemuda dan-- "Sekitar pukul dua, dan Sobi--", nama yang sulit diucapkan. "Exorcist muda Io, apakah kau akan terus menyentuh dadaku seperti ini?"

Ya, dada, bagian tubuh yang mutlak harus dimiliki jika kau memang menyandang gelar kaum yang dilahirkan dari rusuk sang adam. Walau begitu masih tetap terdiam dalam posisinya yang hanya membedakan jarak antara wajahnya dengan wajah si pemuda beberapa inci saja, ingat kalau Ye Xia sempat mendekatinya untuk menusukkan jarum ini di wajah si pemuda ketika dia tiba-tiba berbalik seenaknya? Dan hal tersebutlah alasan jarak minim ini dapat tercipta.

Tangannya yang bebas refleks menutupi dahi, dimana sinar matahari tersorot seara langsung ke sana, lalu ke matanya. Silau, panas. Io ingat tadi ia tertidur di lantai karena udara yang begitu panas, kering—tidak menyenangkan pokoknya—sementara lantai terlihat sangat sejuk dan dingin. Untungnya lantai dibersihkan secara rutin sehingga ia tidak berkotor-kotoran di sana. Hanya saja tidak terpikiran olehnya kalau ia bisa saja diinjak orang lewat.

“Oh, sudah siang? Selamat siang, deh,” tersenyum ramah setelah sebelumnya cuek-cuek saja. Pukul 2? Pantas dia lapar. Menurutmu—apa koki di kantin mau memasakkannya Kimchi? Io menggelengkan kepala secara mental. Pasti lah! Kalau tidak mau, bukan koki namanya! Kemudian ia berdecak pelan, kala tidak ada Kimchi, haruskah ia menahan lapar seharian?

"Exorcist muda Io, apakah kau akan terus menyentuh dadaku seperti ini?"

“Hah?”

Butuh waktu 10 detik untuk menyadari apa yang dimaksud si gadis, “oh, maaf,” dan 20 detik untuk menyadari bahwa dirinya begitu bodoh. Io menarik tangannya dan setelahnya menegakkan punggungnya sehingga kini posisinya tengah bersandar di dinding—yang sejuk juga. Hwahahaha. “Jadi tadi aku memegang dadamu? Pantas saja kok empuk. Maaf ya,” nyengir kuda. Nampaknya pemuda 17 tahun ini belum pernah melihat dunia orang dewasa. Memang dia bodoh sih, ckckck.

“Eh, itu jarum apa?” kini menunjuk pada benda pipih tajam di tangan Ye Xia. Gadis itu tidak berniat membunuh Io, kan?

Dalam kondisi seperti ini--bisakah ia meluapkan emosi?

Wajah masih datar memang, terutama karena ia memang bukan tipikal orang yang suka menampilkan eskpresi. Walau begitu harga diri sebagai seorang perempuan yang tiba-tiba disentuh dadanya seperti itu tak membuatnya harus tetap tenang, kalau perlu jarum yang masih digenggamnya ini langsung ia arahkan ke jantung si Exorcist yang tidak tahu sopan santun itu saja. Ah bukan saran yang bagus karena kemungkinan besar hasil yang ia terima dari perbuatan tersebut adalah dikeluarkannya dia dari organisasi ini. Mungkin. Dan membiarkannya kembali bertemu dengan para saudara perempuannya itu? Lebih baik jangan Ye Xia.

"Selamat siang juga, dan segeralah terbangun pemuda tidak tahu sopan santun", masih belum menunjukkan perubahan nada dan ekspresi yang berarti. Karena ia tahu hal tersebut juga tak ada untungnya bagi dirinya.

Agak kesal dengan tanggapan santai pemuda tersebut walau jelas-jelas telah melakukan pelecehan seksual. Sebenarnya bukan juga sih karena si pemuda juga dalam keadaan tertidur. Mengatakan empuk dengan gamblangnya pula, terlalu polos--atau bodoh? Yang manapun intinya dirinya cukup kesal dengan apa yang terjadi sekarang. Hum ya, pertanyaan mengenai jarum yang memang masih ia genggam, belum disembunyikan seluruhnya.

"Jarum untuk membunuhmu yang kurang ajar", mengacungkannya tepat di hadapan wajah pemuda tersebut. Sebelum lalu kembali menurunkannya.

"Kalau memang mengantuk jangan tidur disini. Tidak punya kamar?", kembali menyembunyikan jarum miliknya tersebut di sela-sela pakaian bagian paha miliknya. Sebaiknya ia urungkan niatnya sementara untuk menyelidiki wajah manis pemuda itu nanti. Ya, nanti, kita lihat saja hm?

(smirk)

Dua kalimat jawaban yang dilontarkan gadis itu tidak terlalu mengusiknya karena pandangan bola mata beriris hitamnya tampak memperhatikan bayangannya sendiri yang tertimpa matahari silau di luar sana. Lagipula ia tidak terlalu merasa itu penting. Karena tidak penting jadi tidak perlu didengarkan? Bukan, Io bukan pemuda sarkas. Karena tidak penting otaknya malas merekam dan memilih untuk tidak menghiraukannya.

“Hah?” kali ini menyahut dengan senyum polos di wajahnya, pandangan menatap gadis itu. “Oh, soalnya tadi aku ngantuk dan lantainya dingin sekali, jadi—gitu.” Iya gitu, gitu apaan, hah? “Lagian kalau tidur sendirian di kamar juga tidak enak, temanku sedang pergi ada misi dan akan kembali beberapa hari lagi.” Tidur sendiri itu tidak menyenangkan, sepi, nanti kalau muncul ‘sesuatu’ bagaimana? Monyet ah, yang terakhir dihapus saja, deh.

“Lain kali kalau aku bilang-bilang deh kalau mau tidur di koridor,” tidak nyambung, Io.

---

Gw webe =))

Hah, hoh.

Menghela nafas diam-diam, tipikal yang sulit dihadapi adalah orang macam pemuda di hadapannya ini. Entah belum terbangun sepenuhnya dari rasa kantuk hingga tertidur seperti itu atau memang--pemuda itu terlalu bodoh otaknya sampai-sampai--haduh. Ah tenang, dia tidak menghina, karena kapasitas otak masing-masing individu memang jelas berbeda-beda kok. Dan Ye Xia mengatakan hal ini bukan berarti karena dia mengatakan kau itu--berotak rendah. Ia sendiri juga terkadang dapat menjadi lemot, oke?

Lantai dingin, menjadi alasan utama. Mengernyit bingung, ia sendiri tahu matahari tengah bersinar terik sekarang, tapi bukan berarti alasan itu dapat dikatakan sebagai faktor utama si pemuda tidur sembarangan--menurutnya. Jadi begitu apapula? Namun masih memilih untuk diam, terutama ketika pernyataan selanjutnya turut dijabarkan. Tidur sendiri di kamar bukannya malah enak ya? Karena kamar terasa lebih luas dan kau bisa meletakkan barang-barangmu seenaknya kan? Yah, walau sekamar dengan Liliru selama ini tak membuatnya protes akan hal tersebut terlebih karena keahlian gadis itu untuk memasak dan hatinya yang lembut.

"Kau lelaki tapi kok takut tidur sendirian tidur di kamar", jangan bilang usianya masih sekitar sepuluh tahun-an. Karena wajahnya juga awet muda sih. Ah wajah paras asia di cabang ini kan memang babyface semua umumnya.

"Jangan pernah tidur disini lagi kalau tidak ingin masuk angin, yang repot juga kami staff medical..", memang benar kan? Terkadang masih banyak orang bodoh yang tak bisa menjaga kesehatannya sendiri dan bisanya merepotkan orang lain.

"Sekarang masih mau tidur lagi? Daripada kau sakit lain kali kusuruh saja seseorang menemanimu tidur", atau perlu dirinya turun tangan? Seperti babysitter saja.